Modernis.co, Malang – Resistensi Antimikroba dari tahun 2013, 2016, sampai 2019. Bakteri resisten itu semakin naik dari 40 persen, 60 persen, dan 60,4 persen pada tahun 2019. Peningkatan kejadian resistensi disebabkan karena adanya penggunaan antibiotik yang tidak terkendali. Bakteri resisten dapat terjadi karena kesalahan penggunaan antibiotik (Kementerian Kesehatan, 2011).
Oleh karena itu, kelompok -49 gelombang 3 Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan Dosen Pembimbing Lapangan Rizky Angga Pramuja, SE., M.Ec.Dev memilih untuk melakukan penyuluhan tentang “Pentingnya Kepatuhan dalam Penggunaan Antibiotik” di Dusun Gondang RT 04/RW 01, Desa Tegalgondo, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang. Sabtu (10/08/ 2024)
Koordinator PMM 49 UMM Rosydah Aribah Putri Amasya mengatakan pentingnya penggunaan antibiotik sampai habis, penggunaan resep dokter serta dampak negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak sesua.
“Sebaiknya, apabila sedang menjalani terapi antibiotik harus dituntaskan atau dihabiskan.Karena ketika badan sudah merasa membaik sebenarnya belum semua bakteri yang menyebabkan infeksi tersebut sudah terbunuh semua, akibatnya infeksi bisa kambuh dan bakteri tersebut akan bermutasi menjadi lebih kuat dan menyebabkan resistensi antibiotik,” terangnya.
Ia menambahkan antibiotik merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Selain itu penggunaan antibiotik tanpa resep dokter bisa menyebabkan berbagai efek buruk seperti kesalahan pengobatan, menurunnya efektivitas antibiotik dalam tubuh, menyebabkan gangguan pada bakteri baik didalam tubuh, dan menyebabkan resistensi.
Untuk diketahui penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan resep dokter akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi resistensi terhadap satu atau beberapa antibiotik, meningkatnya efek samping obat, biaya pelayanan kesehatan yang mahal bahkan mengakibatkan kematian. (Ulah et al.,2013 dalam Marsudi A.S., et.al.,2021)
Hasil penelitian yang dilakukan WHO dari 12 negara termasuk Indonesia, sebanyak 53-62% berhenti minum antibiotik ketika merasa sudah sembuh. (World Health Organization, 2015) Untuk itu, perlu pengetahuan yang lebih luas di masyarakat umum mengenai penggunaan antibiotik. (RAP)