Waktu demi waktu berlalu
Hampir setiap langkah doa untukmu
Rasa kian pekat dalam jiwa
Apakah aku jatuh cinta seutuhnya?
Baca SelengkapnyaWaktu demi waktu berlalu
Hampir setiap langkah doa untukmu
Rasa kian pekat dalam jiwa
Apakah aku jatuh cinta seutuhnya?
Baca SelengkapnyaDesik tasbih pepohonan Berdoa meminta pertolongan Dibunuh tanpa ampunan Menjerit dalam tangisan Akar menggalakkan ke tanah Kering kerontang tanpa daya Ranting tanpa ikatan Daun keemasan meronta-ronta Tangisan awan meraung marah Bulirnya mengulik tanah Manusia kalang kabut resah Rumah ke rumah tampak atap 2020 Oleh : Ulfa Diyanti (Mahasiswa Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta)
Baca SelengkapnyaHujan dan aku gemercik rindu sang ina adalah rintihan kuSebuah imajinasi itu lah akuSang ina gemerlap melukiskan sama dengan nirwana Langit mengeluh rindu pada sang empunyaApalah arti nestapa ku?Yang menafikkan diri pada nirmala kehidupanmu Tak apa redum hati asal tidak dengan pikiranPersistensi ku menyala indah serta tajamMenembus cakrawala angin yang terpejam Sekali lagi!Tuhan ku dan Tuham mu yang menerangi dunia kegelapanBahwa tak ada satu pun sampena yang nista di atas nirwanaKau dan aku belenggu api rahasia sang pitarah dengan hantaman ego yang membaraDan persetan apa lagi yang akan kau lakukan?Bahwa…
Baca SelengkapnyaBerkecil hati dan merasa iriBerpikir dan mulai merasakanBahwa setaip keinginan harus di samakan dengan kemampuanBahwa kemampuan harus di garis luruskan dengan usaha Tak apa jika salah menapaki bumi iniSelayaknya manusia biasa yang hanya berdo’a pada pemilik-NyaSalah juga menjadi kemungkinan awal ketika tengah malam kembali datangMelihat dunianya yang luas dan langitnya yang biru Kembali hadir diri ini sendiri di kediaman rumahMemikirkan masa-masa yang harus dipersiapkanKadang tersenyum seraya merayu pada Tuhan mu ituSedikit saja tetapi sangat besar ternyata setelah di amati harapannya Sekali lagiBahwa Tuhan kita sama-sama tau tentang hidup manusianyaSeberapa lama…
Baca SelengkapnyaWahai pemuda pemimpin masa depanUntuk hidup kita ciptakan bayangUntuk hidup kita berjalan ke depanUntuk hidup kita meredang menerjang Wahai pemuda pemimpin masa depanDunia ini akan bersinar dengan semangatmuDunia ini akan berkembang karena ketekatanmuMeski nyawa kau berani korbankan Percayalah kita akan bersatu demi satu tujuanTujuan untuk amankan dari serangan orang-orang yang bertopeng belangTerus terawasi hingga dari kejauhan ujung nergeriBentangkan terus kekuatan sayap-sayap panjimu Wahai pemuda pemimpin masa depan..Tanpamu bangsa ini akan perlahan runtuh nyaris rubuhBumi Pertiwi yang telah berpenghuni nyamanTak rela jika harus terjadi lagi penindasan. Oleh : Abdurrahman Irham (Kader…
Baca SelengkapnyaHei, ini September 2018 ! Saat matahari menyingsing Barisan pemuda berjas hijau bersanding Degan gagah meneriakkan propaganda Menyalakkan kesilapan senator Anda Tak ada sangka di antara mereka Aparat berprasangka buruk Mengirim cecunguk berbayar Memadamkan api semangat yang berkobar Menggelapkan kebenaran yang ditebar Barisan pemuda berjas hijau digiring Saat langkah kaki beriring Suara kemerdekaan menggema Membelah langit cakrawala Hei, lusa September 2020 ! Saat terik matahari menyingsing Saat jalanan dipenjara pandemi Setelah bulan kemerdekaan Jangan lagi ada ekuivalen Hei, katamu negara ini merdeka! Oleh: Asmaul Afifah Irfindari (Kader FORSIFA UMM dan…
Baca SelengkapnyaBerjejer anak-anak Adam dengan baju gamis panjang, pancaran pesona jubah.Nampak alim bak seorang khultus keimanan berbalut pakaian.Komat-kamit mantra khutbah sampai berbusa-busa.Kajian rutinan berisi kicauan tentang ibadah berbalas surga. Tren hijrah meledak, ukuran spiritual keimanan sekedar busana.Memahami Al Quran sekedar konstektual belaka.Beribadah sholat sekedar rutinitas takut api neraka, berharap surga.Berbagi demi eksistensi bukan dasar kemanusiaan. Khusuk membaca Al Quran, mengabaikan bacaan ilmu lainnya.Ketika kita tertinggal, menyalahkan kaum kafir yang khusuk belajar.Teologi agama diabaikan, fatwa Ulama jadi bahan tertawaan.Bukan pakar ilmu, merasa paling tahu, paling fasih, paling faham. Kita sesama Muslim mengapa…
Baca SelengkapnyaWaktu bergulir silih bergantiLama musnah baru yang tumbuhItulah cara menemukan kebaruan, dan kini ku sedang mengusahakannyaMenemukan kebaruan lewat pencarianSulit dan asyik, menerka masa depan, mengenang cerita laluCerita itu masih membekas, Kuat dan bergantiMemang membahagiakan, sebab ada kecewa, putus asa dan harapan.Cerita adalah secarik perjalanan. Tentang aku, kau, kita dan mereka.Pernah duduk dalam ruangan peradaban, meneguk minuman perjuangan, menyicipi hidangan perkaderan.Hati kembali lega, ruangan itu masih terawat, serta minumannya pun tersuguh.Hidangan diantar oleh orang-orang yang punya semangat tinggi.Aku pernah ada didalamnya. Berjibaku dengan waktu, meladeni sebuah prosesKini dia semakin besar. Warnanya…
Baca SelengkapnyaMemilih untuk tetap bertahan, dan perlahan melangkah. Menerka segala rintang, menerjang segala aral. Merajut untaian asa, memupuk benih-benih harap. Mengejawantah narasi janji, menjadikannya sebuah bukti. Bangunlah engkau dari tidurmu yang tidak begitu nyenyak!! Perlahan masih kulihat tangan itu menggaruk kepala. Aku tahu, tidurmu tidak terlalu lelap. kesadaranmu tidak sepenuhnya hilang. Masih bisa kau dengar hiruk pikuk mustad’afin menimang lara. Masih terlintas dalam pikirmu, senyuman manis boneka Senayan yang setia pada korporasi dan oligarki. Ya, kesadaranmu belum sepenuhnya hilang. Bangunlah.. Bangkitlah.. Bangsa ini butuh pencerah. Negara ini butuh penggerak. Negeri ini…
Baca SelengkapnyaSerupa Bekasi, kau kurindukan saban malam saban kuputar lagu “ketika angin berhembus” bintang di langit aku mencinta sua yang tak pernah hala nyata salahku, hancur hatiku) Serupa Bekasi, kau kurindukan meski terik membakar hatiku rikala kau awangkan kekasih (usah datang! jika kau pergi lagi usah kembali! aku ingin kau bahagia dia pura-pura) Oleh : Aris Setiyanto (Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas)
Baca Selengkapnya