Modernis.co, Malang – Hari ini, Internasional Woman’s Day atau hari perempuan Internasional ditetapkan pada tanggal 8 Maret. Mengingatkan kita tentang suara perempuan. Bahasan ini bukan tentang feminisme atau sejenisnya. Sederhana saja. Nah, macam orang ulang tahun, pake make a wish sebelum tiup lilin, ada beberapa harapan dari teman laki-laki saya untuk perempuan.
Sadar Diri
Memang kata yang agak jahat. Tapi kali ini urat baper harus benar-benar putus demi objektifitas. Sist, Perempuan memang perlu sadar diri bahwa: “Dunia itu perhiasan dan perhiasan yang paling berharga adalah perempuan sholehah” (HR. Muslim. lihat: Riyadush Shalihin).
Istimewa banget kan? Sadari kalau kamu seberharga itu. Saking berharganya, orang jadi rada was-was soal perempuan. Orang merasa tabu kalau perempuan keluar malam (yah, walaupun diskusi dan ngerjain tugas). Apalagi ngopi bareng laki-laki. Wah, bisa jadi headline WA emak-emak se-RT. Seakan bilang “duh, sadar nduk, kamu perempuan…”.
Hal-hal ini dampak dari patriarti. Didukung oleh kepercayaan bahwa laki-laki lebih cerdas, lebih kuat dan yang lebih-lebih ketimbang perempuan, cukup meruntuhkan kepercayaan diri perempuan untuk berkarya.
baca juga opini lainnya : Sekolah Sebagai Kawah Candradimuka Pemimpin Bangsa
Jangan Bodoh
Soal pendidikan, data statistika tahun 2017/2018 untuk SMA menyebutkan total ada 7,151 siswa laki-laki yang mengulang sedangkan perempuan hanya 2,209 siswi saja. Hmm, secara akademik memang cukup unggul.
Pada 2016, Indonesia tebukti telah menjadi negeri dengan wanita karir terbanyak keenam di dunia, dengan presentase 36% posisi senior dipegang oleh perempuan. Intensinya, perempuan punya semangat yang tinggi ketimbang laki-laki untuk mendapatkan gaji yang lebih. Intensinnya, perempuan bisa lebih akrab dengan buku. Mengingat angka baca Indonesia sebagai kedua terendah di dunia. Mengingat angka perempuan melek huruf di dunia hanya 60% saja.
baca juga opini lainnya : Muhammadiyah dan Ilmu Pengetahuan
Dear perempuan, masih ada 62 juta anak perempuan tidak memperoleh pendidikan, 500 juta perempuan dewasa tidak dapat membaca, dan masih banyak lagi bentuk diskriminasi pada perempuan. Sedangkan regulasi perlindungan hak perempuan malah makin kendor saja. Hijrah secara formal aja ngga cukup, harus
Rubah Pola Pikir
Pinokio juga bisa jujur kalau perempuan relatif diukur karena kecantikannya. Akibatnya, body shaming sering kali terjadi. Perilaku menjatuhkan harkat, isi dompet, berat badan dan martabat ini, bisa diatasi dengan hijrah secara formal. Eit, tapi mesti ballence dengan point diatas. Pola pikir mesti dibangun, bagaimana mungkin kebiasaan hijrahmu tidak mengubah pola pikirmu?
Perempuan Bawa Perubahan
Jadi begitu, Ukht. Inget pemeren Emma di film Memories of the Alhambra? Emma berperan sebagai simbol perdamaian dan ketenangan. Ya. Perempuan seperti itu. Sayyidina Khadijah pula adalah the real figure dari perubahan. Perubahan dan kedamaian mesti berlangsung dinamis.
Sekian, best wishes dari mereka. Indonesia secara nilai memang sudah jauh dari diskriminasi gender. Namun secara hukum dan kebijakan suara kita mesti terdengar.
Satu pesan lagi ; Jangan diam. Sekian. Selamat hari Kita, Perempuan.
*Oleh : Ananda Firdausy Ahla (Aktivis IMM Tamaddun FAI UMM).