Sekolah Sebagai Kawah Candradimuka Pemimpin Bangsa

pemimpin bangsa

Modernis.co, Riau – Sebagai bangsa yang besar, Indonesia menyadari pentingnya sebuah pendidikan bagi rakyatnya. Sebab dengan pendidikan yang baik adalah modal penting bagi Indonesia untuk bangkit dan bersaing dengan bangsa lain serta disegani dalam pergaulan dunia.

Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi manusia selain urusan sandang, papan dan pangan. Masyarakat yang terdidik akan menjadikan kehidupan sosial manusia menjadi lebih baik lagi dari peradaban sebelumnya.

Dengan pendidikan manusia bisa merasakan kehadiran tekhnologi yang membuat urusan jadi lebih muda. Seperti yang dikatakan oleh Daoed Joesoef bahwa Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia.

Salah satu bukti bahwa Indonesia memberikan perhatian khusus pada pendidikan yaitu tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. Serta dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta di peringatinya Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei.

Bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sistem pendidikan di Indonesia pada dasarnya dapat dikatakan sudah cukup baik dan berjenjang secara berkala mulai dari dasar hingga menengah atas. Hanya saja masih terdapat beberapa kekurangan di berbagai sisi yang harus segera diperbaiki oleh pemerintah. Baik itu oleh pemerintah pusat hingga pemerintahan daerah yang memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sekolah-sekolah di Indonesia seharusnya menjadi Kawah Candradimuka bagi para calon pemimpin bangsa. Berbicara tentang cerita pewayangan Indonesia, tidak asing dengan nama Kawah Candradimuka, itu adalah kawah yang terdapat di alam kahyangan. Di Kawah Candradimuka itulah jabang bayi Tutuka, anak Bima, pernah digembleng oleh Batara Empu Anggajali, sehingga sang bayi tampil sebagai ksatria perkasa yang kemudian dikenal dengan nama Gatotkaca.

Kesaktian yang dimiliki Gatotkaca berkat tempahan di Kawah Candradimuka menyebabkan anak Bima sanggup mengalahkan musuh para dewa. Selain Gatotkaca, salah seorang anak Arjuna yang bernama Bambang Wisanggeni, sewaktu masih bayi juga pernah dimasukkan ke Kawah Candradimuka, oleh Dewasrani dengan maksud untuk membunuhnya.

Namun, Wisanggeni bukan mati melainkan. Hanya saja, tidak mudah untuk seoklah-sekolah di Indonesia benar-benar menjadi Kawah Candradimuka pemimpin bangsa, sebab sekolah di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan antara lain, terbatasnya jumlah sekolah negeri dalam satu wilayah yang mengakibatkan tidak semua anak yang ingin masuk sekolah dapat tertampung, maka dari itu banyak orang tua yang akhirnya menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dengan biayanya jauh lebih mahal bila dibandingkan sekolah negeri. Tanpa mengesampingkan sekolah swasta, diharapkan dengan banyaknya jumlah sekolah negeri yang tersedia, semakin tinggi pula angka para anak usia sekolah yang mampu untuk sekolah.

Terutama di daerah 3 T (tertinggal, terdepan dan terluar) dalam upaya pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Tentu sekolah negeri tidak hanya menambah jumlah sekolah, namun kualitas fisik dari sekolahnya juga mesti diperhatikan. Bagaimanapun juga bentuk bangunan sekolah mencerminkan kualitas dari pendidikan itu sendiri. Selain itu, masalah lain dalam pendidikan Indonesia adalah buku pelajaran yang berganti setiap tahunnya sehingga membuat buku lama tidak dapat digunakan kembali sebagai rujukan untuk belajar di sekolah.

Tentunya hal ini menjadi perhatian, sebab harga buku yang terbilang mahal terasa memberatkan bagi sebagian siswa maupun orangtua, sehingga sebaiknya pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat program satu buku 5 tahun bagi siswa sekolah, sehingga buku-buku pelajaran dari kelas yang lebih tinggi dapat diwariskan untuk penerus dibawahnya.

Dalam menerapkan kurikulum pelajaran yang telah disusun, penting sekali rasanya memperhatikan kualitas dan kuantitas dari guru yang mengajar. Indonesia melalui kampus-kampus yang memiliki fakultas keguruan dan sejenisnya mesti serius menghasilkan calon guru yang memiliki integritas. Sebab guru memiliki peran yang utuh sebagai orangtua kedua bagi para siswa di sekolah.

Setiap hari siswa berada di sekolah dan berinteraksi, disinilah diharapkan peran guru, mampu membangun karakter dan kepribadian siswa berdasarkan nilai-nilai agama dan moral yang berlaku di masyarkat, agar siswa tidak hanya belajar tentang mata pelajarannya semata, tapi juga etika dan tingkah laku, terutama dalam berkomunikasi. Hendaknya akan dimasukkan kedalam kurikulum yang berbasis pada kebaikan nilai agar menghasilkan siswa dan siswi teladan sesuai harapan.

Dalam pengembangan pendidikan, penting rasanya untuk melakukan pendidikan karakter kepada para siswa, sebab ilmu akademik saja belumlah cukup. Saat ini sering terdengar dan kita melihat berita di berbagai media tentang tingkah laku beberapa pelajar yang sudah melampaui batasnya seperti melawan, serta menantang guru yang mengajar di dalam kelas bahkan sampai pada pemukulan seperti yang terjadi di Pontianak.

Hal ini mengindikasikan, ada yang salah dalam pendidikan moral di sekolah, seharusnya sekolah juga memperhatikan tentang nilai-nilai moral, kohesi sosial, toleransi serta kedisiplinan para siswa, sehingga muncul rasa saling menghargai dan segan terhadap orang lain serta melahirkan empati dan rasa kasih sayang terhadap sesama.

Padahal zaman dahulu murid-murid sekolah masih memegang budaya yang teguh dan tindak tanduk sopan terhadap para guru, bahkan untuk jalan didepan guru, tidak berani melihat wajah dan membungkukan badan terlebih dahulu baru berani memandangnya. Dari contoh tersebut terlihat peran guru sangat besar bagi murid-murid dalam menempuh pendidikan, walaupun pada saat itu hanya anak-anak tertentu yang bisa bersekolah terutama anak dari para bangsawan.

Kasus bullying juga marak terjadi di sekolah-sekolah hingga menyebabkan beberapa korbannya menjadi depresi dan nekat sampai melakukan bunuh diri akibat merasa tertekan dan malu. Bullying adalah tindakan penindasan, asal katanya “bully” merupakan kegiatan yang menyebabkan ancaman, paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi, bahkan sampai melakukan kekerasan dengan tujuan menyakiti orang lain dan dilakukan secara berulang ulang.

Beberapa contoh bullying yang terjadi di sekolah antara lain seperti memberikan ejekan atau julukan tertentu kepada seseorang, mempermalukan di depan umum, melakukan kekerasan fisik, menjauhi dari pergaulan, hingga melakukan pemerasan. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang bertanggung jawab terhadap karakter anak bangsa mesti peka dan segera bertindak tanpa memandang siapa yang melakukannya, sekolah harus mampu menjadi pelindung dan pengayom bagi para siswa agar merasa nyaman dalam belajar dan berpacu untuk meraih prestasi tertinggi.

Pemerataan jumlah guru bagi daerah 3T jangan sampai terlupakan. Sebab masih banyak daerah-daerah yang tergolong ke dalam 3T hanya memiliki 2 atau 3 guru saja dalam satu sekolah, dan yang paling penting kesejahteraan guru mesti diperhatikan, masih banyak guru yang bekerja hanya dibayar dengan gaji yang pas-pasan dan belum mampu menutupi kebutuhan hariannya. Kesejahteraan guru memang harus diperhatikan secara serius, sebab jika guru sudah mapan secara ekonomi, maka mereka akan mudah untuk fokus dalam mengajar mendidik setiap muridnya.

Pendidikan Indonesia harus bangkit dan menjadi rujukan bagi negara lain minimal di Asia Tenggara. Sebab dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, Indonesia dituntut untuk dapat bergerak dinamis dan aktif. Dalam urusan prestasi Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri dengan berbagai prestasi yang diraih oleh anak-anak Indonesia yang berkompetisi di luar negeri.

Kemenangan dalam berbagai olimpade dapat menunjukkan kualitas bangsa Indonesia yang sebenarnya sehingga menghilangkan anggapan bahwa Indonesia adalah bangsa kurang dalam ilmu pengetahuan.

Untuk mewujudkan sekolahsebagai Kawah Candardimuka sistem pendidikan Indonesia mesti berbenah, pembangunan karakter berdasarkan nilai dan kebudayaan masyarakat Indonesia adalah hal utama dalam melakukan sistem mengajar dan belajar. Jika karakter sudah terbentuk, kualitas bangsa akan hebat dan kerja lebih efektif.

Maka dari itu, mengambil perumpamaan Kawah Candradimuka sekolah-sekolah di Indonesia menjadi tempat menempah ilmu dan karakter dari para siswanya agar kelak mampu bersaing dan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Indonesia mesti tampil di muka dan menjadi negara yang diperhitungkan termasuk dalam pengambilan keputusan yang melibatkan banyak negara. Hal itu bisa terwujud jika sistem pendidikan Indonesia diperbaiki sampai ke akarnya.

*Oleh: Aulia Asmul Fauzi (Sekretaris DPD IMM Riau)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan fikiran-fikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment