Modernis.co, Malang – Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menempuh mata kuliah Gerakan Sosial Global kelompok 3 berkolaborasi dengan organisasi Relawan Nusantara Penanggulangan Bencana (RNPB) Malang menggelar kegiatan edukasi tanggap bencana di SDN 1 Karangnongko, Rabu (18/12/2024).
Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada siswa tentang langkah awal dalam menghadapi kebakaran, melatih keterampilan tanggap darurat, serta meningkatkan kesadaran mitigasi bencana. Rangkaian acara meliputi pengenalan bahaya kebakaran, simulasi pemadaman api menggunakan APAR dan alat sederhana, sesi tanya jawab, serta penyuluhan kesiapsiagaan bencana.
Ketua Kelompok 3 Mahasiswa HI UMM Agus Cahya Khusuma mengatakan para siswa dan guru mengikuti dengan antusias, terutama saat simulasi pemadaman api. Kegiatan ini berhasil meningkatkan pemahaman siswa mengenai kebakaran dan memperkuat keterampilan mahasiswa HI UMM dalam menerapkan teori ke dalam aksi nyata.
“Malang merupakan daerah rawan bencana seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan Hujan deras sering menyebabkan banjir dan longsor, pada tanggal 24 November 2024 Banjir besar kembali melanda kawasan Malang Selatan tepatnya Kampung Raas, Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang dengan jumlah warga terdampak mencapai 2.000 orang,” ujarnya kepada redaksi modernis.co, Rabu (18/12/2024).
Ia menambahkan memasuki hari ketiga tanggal 27 November, situasi di daerah RT 021 dan RT 022 masih sangat memprihatinkan. Banjir yang terjadi kali ini lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meskipun banjir adalah agenda tahunan di wilayah ini.
Menurut Ketua RT 22 Gatot, banjir disebabkan oleh kombinasi air hujan deras yang turun dari pegunungan dan air laut yang sedang pasang. Biasanya, air akan surut dengan cepat, tetapi kali ini kondisi berbeda karena air laut menjadi faktor utama yang menghambat penurunan permukaan air.
“Hingga 30 November 2024, situasi di lokasi banjir masih memerlukan perhatian serius. Banyak warga yang terpaksa mengungsi ke tempat-tempat aman seperti posko darurat yang didirikan di sekitar wilayah terdampak,” ujarnya.
Ia melanjutkan sebagian warga memilih bertahan di rumah mereka yang masih terendam air, sembari berupaya menyelamatkan barang-barang berharga. Bantuan logistik menjadi salah satu kebutuhan mendesak, terutama makanan, pakaian, air bersih, serta obat-obatan.
Banjir kali ini juga menimbulkan kerusakan cukup parah pada infrastruktur, termasuk jalan-jalan desa yang rusak akibat genangan air dan arus deras. Akses menuju lokasi terdampak sempat terputus, sehingga menyulitkan proses evakuasi dan distribusi bantuan.
Dalam menghadapi situasi darurat ini, berbagai organisasi dan relawan bergerak cepat untuk membantu para korban. Pada 30 November 2024 tim relawan dari RNPB Malang dan Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Malang turut turun langsung ke lokasi bencana. Mereka memberikan bantuan berupa pendistribusian logistik, seperti makanan siap saji, , selimut, pakaian ,serta kebutuhan dasar lainnya kepada warga terdampak.
Senada dengan Agus, salah satu perwakilan mahasiswa HI UMM Nadia Aramintana mengatakan mahasiswa UMM ikut serta dalam kegiatan penanganan banjir, mulai dari membantu evakuasi warga, mendirikan posko darurat, hingga membantu pendistribusian bantuan kepada korban banjir.
“Kami datang ke sini bukan hanya untuk memberikan bantuan fisik, tetapi juga untuk membantu meringankan beban warga yang terdampak banjir ini. Melihat kondisi yang memprihatinkan, kami merasa perlu untuk ikut turun langsung dan melakukan apa yang bisa kami bantu,” ujarnya.
Lebih lanjut Nadia mengatakan bencana banjir tahunan ini menjadi permasalahan serius Kondisi geografis yang berbukit dan dekat dengan pesisir laut menyebabkan wilayah ini rentan mengalami banjir dan tanah longsor.
Ia berharap Pemerintah Daerah bersama organisasi terkait dapat mengambil langkah konkret dalam upaya mitigasi bencana, seperti perbaikan saluran air, pembangunan tanggul, serta reboisasi di kawasan pegunungan untuk mengurangi risiko longsor dan banjir. Selain itu, edukasi dan pelatihan penanganan bencana kepada masyarakat juga diperlukan agar warga lebih siap menghadapi bencana di masa mendatang.
Kejadian banjir di Kampung Raas kali ini kembali menjadi pengingat bahwa upaya mitigasi bencana harus menjadi prioritas utama. Solidaritas yang ditunjukkan oleh berbagai pihak, seperti relawan, mahasiswa, dan organisasi kemanusiaan, memberikan harapan baru bagi warga terdampak untuk dapat bangkit kembali. (NAM)