Modernis.co, Malang – Sejumlah mahasiswa UMM berdialog di Kampung Mahasiswa menyorot kiprah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dinilai menurun dalam membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Kamis (02/11/2023).
- baca juga: Penumpang Gelap dalam Muhammadiyah
Dalam beberapa tahun terakhir, UMM sangat sulit melahirkan para pakar atau tokoh intelektual yang pemikirannya dijadikan referensi. Sehingga UMM lebih sering dinilai sebagai panggung hiburan dibandingkan sarana mencetak SDM yang berkualitas.
Dengan visi Menjadikan Universitas terkemuka dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) berdasarkan nilai-nilai Islam, nyatanya tidak terealisasi karena UMM lebih banyak mengadakan agenda hiburan daripada agenda-agenda keilmuan.
Ketua Umum IMM KORKOM UMM, Ahmad Haidar Mumtazam mengatakan bahwa UMM hari ini lebih suka memfasilitasi agenda hiburan, seperti konser, dan yang terbaru pelaksanaan turnamen golf pada dies natalis UMM yang secara esensi tidak menggambarkan identitas pendidikan.
“Saat ini UMM tidak menunjukkan dirinya sebagai kampus yang mau membesarkan agenda-agenda keilmuan di kampus, Efeknya sangat jarang tokoh intelektual lahir dari UMM yang pemikirannya digunakan untuk kebaikan masyarakat,” katanya dalam diskusi Kritis Mahasiswa UMM, Kamis (02/11/2023).
Ia menambahkan agenda keilmuan yang dilakukan oleh setiap organisasi kemahasiswaan yang ada di UMM kurang mendapatkan support yang layak . Ini harus dievaluasi, jangan sampai dukungan akademik terhadap mahasiswa dan organisasi mahasiswa UMM nantinya hilang sehingga UMM hanya menjadi panggung untuk hiburan semata.
“Sehingga kita tidak mampu membedakan UMM sebagai institusi pendidikan dan tempat hiburan,” tegas Ahmad, mahasiswa UMM Fakuktas Agama Islam itu.
Di sisi lain, Ketua Umum IMM Cabang Malang Fadhil Fathurochman menyoroti kiprah UMM yang sangat antusias membuat acara-acara hiburan, mengundang artis di setiap agenda universitas yang menghabiskan biaya besar. Mirisnya, untuk agenda kaderisasi, agenda keilmuan, support UMM sangat minim.
“Ini terbukti dari kegiatan UMM yang sangat jarang menyentuh wilayah keilmuan. Padahal salah satu kewajiban UMM adalah memberikan dukungan terhadap agenda-agenda kemahasiswaan di wilayah keilmuan, karena hanya ini yang bisa melahirkan SDM unggul. Bukan dengan cara berjoget-joget lalu pulang ke kos,” terang Fadil, pemuda asal Bali itu.
Presiden Mahasiswa UMM, Yogi Syahputra Alaydrus juga memiliki pendapat yang sama. Dia menyoroti kehadiran Turnamen UKM Golf pada Dies Natalis UMM pada 4 November 2023 mendatang adalah bentuk ketidakseriusan UMM dalam mengembangkan kegiatan keilmuan di Kampus.
“Hasilnya, kita jarang melihat ada mahasiswa yang kritis, justru yang lahir adalah mahasiswa yang pragmatis, dan belajar untuk menjadi budak-budak korporasi nantinya,” ujarnya.
Ini sesuatu yang miris bagi UMM. Harapan sejumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan ini agar UMM lebih peduli dengan agenda-agenda keilmuan daripada sekedar menjadi tempat hiburan semata. (NAM)