Esensi Gelar IMMawan dan IMMawati

aktualisasi imm

 

“IMM merupakan model gerakan mahasiswa Islam yang inklusif-moderat. Semangat tajdid, keterbukaan, kebersamaan dengan kelompok lain, dan pikiran-pikiran kontekstual-berkemajuan merupakan spirit fundamental bagi gerakan kader IMM.”
Amirullah – IMM Untuk Kemanusiaan (2016)

Modernis.co, Jaksel – Ketika berbicara tentang organisasi, kita akan berbicara tentang individu yang menjalankan organisasi (baca: Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Maka, sudah pasti menjadi sebuah konsekuensi logis kader IMM dalam menjalankan gerakan organisasi, dengan kaderisasi dan dakwah nya yang khas.

IMM ini sudah berdiri kokoh, dan lagi-lagi di tengah arus modernisasi bahkan hingga kini di era disrupsi inovasi (Distruption Innovation) menjadi sebuah tuntutan.

Kader IMM harus terus mampu mengembangkan dan memasifkan ekspansi dakwahnya dengan pemikiran kreatif-inovatif-solutif, serta aware terhadap situasi zaman, dalam berbagai lini kehidupan, beragama, berbangsa dan bernegara. Selain itu, pembentukkan jati diri dan pengembangannya harus diketahui betul oleh kader IMM.

Kendati demikian, sehingga dapat meneruskan founding fathers yang sudah berdedikasi untuk berjuang di IMM dengan cita dan harap mampu memberikan yang terbaik terhadap ikatan, pun lebih jauh dapat mewujudkan cita-cita hidup Muhammadiyah, sebagai generasi penerus estafet kepemimpinan.

Maka, ini menjadi sebuah konsekuensi dan sebagai landasan perjuangan bagi kader IMM itu sendiri, pun termasuk salah satunya dengan mampu memaknai dan mengaplikasikan sebuah panggilan kehormatan di IMM, yaitu IMMawan dan IMMawati.

IMMawan dan IMMawati

Panggilan yang memiliki marwah di dalam setiap langkah perjuangan kader IMM. Sebenarnya ini yang menjadi sebuah kegelisahan, kerisauan penulis terhadap kader IMM dalam menjalankan roda gerakan ikatan yang mereka memiliki predikat atau gelar IMMawan dan IMMawati.

Esensi gelar ini yang perlu dimaknai, dihayati bahkan dijadikan sebagai marwah dalam meneruskan khittah perjuangan ikatan. Demikian, berangkat dari gagasan, yang beranjak kepada pengalaman. Yang kemudian menjadi pengamalan di ikatan.

IMMawan Shareza, kader IMM UMSU dalam tulisan nya yang berjudul “Sakralnya Gelar Diriku dan Dirimu “IMMawan/IMMawati” (Qorib et al, 2016: 33-36), yang memberikan sebuah gagasan reflektif-kontemplatif pada diri kader, yang menyebut dirinya IMMawan/IMMawati, dan sebagai upaya mendorong kader IMM agar tidak lupa bahwa ia mengemban amanah yang begitu besar dalam dirinya.

Tak heran jika kader IMM seolah lepas landas. Hal ini memungkinkan terjadinya kecenderungan-kecenderungan negatif. Di antaranya sebagian (mungkin) seperti, masih adanya merasa dimiliki oleh satu orang alias berpacaran, mencari eksistensi, kegiatan yang bersifat jangka pendek, minim refleksi, minim akan pentingnya adab seorang akademisi hingga politik praktis.

Hal itu bukan bermaksud mengklaim kader IMM demikian. Namun, tinjauan penulis secara sosiologis, dan sebagai bentuk keresahan terhadap kader IMM. Pasalnya, inilah yang dapat merusak kemajuan organisasi, dan merusak moral bangsa. Kemajuan bangsa salah satunya diukur dari mana keseriusan warga negaranya untuk memajukan bangsanya.

Jika begini, IMM sebagai organisasi intelektualisme dan gerakan akhlak menjadi terkikis terbawa arus dalamnya romantisme tersebut. Artinya, IMM menjadi tidak maju, dan tidak dapat memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara.

Terlebih kader IMM akan semakin tertinggal jika romantisme tersebut akan terus bergulir dan beregenerasi terus-menerus. Dengan kata lain, kader IMM akan tertinggal, dan hal-hal negatif menjadi tradisi yang selalu diproduksi secara massal, dan tidak ada perubahan ke arah lebih baik.

Selanjutnya, sebagai aktivis IMM, yang bahkan tidak sedikit (mungkin) kader IMM terhindar, terlena dengan adanya romantisme tersebut. Yang kemudian, terjerumus pada romantisme atau dengan kata lain, terperosok dalam indahnya lautan yang luas tiada tepi. sehingga lupa ada makna yang mendalam, luhur, dan murni dibalik itu yang perlu dihayati dan diaktualisasi, yaitu nilai-nilai ideologis IMM, dan perilaku akhlak mulia.

Gelar IMMawan dan IMMawati Bukan Sekadar “Jas Merah”

Mari refleksikan romantisme gelar IMMawan dan IMMawati dalam menjalankan dakwah berkemajuan, dengan banyaknya aktivitas, dan dinamika nya. Terlepas dari itu, diharapkan IMMawan dan IMMawati yang membawa perubahan, gagah, serta anggun dalam moral nya yang sama-sama bersinergi dalam menjalankan aktivitasnya sebagai wujud loyalitas & militansi terhadap ikatan.

Dengan dibuktikan IMMawan dan IMMawati yang berkompetensi nilai-nilai religius, intelektualitas, serta humanis sebagai kepribadian, kemudian mampu mengaktualisasikan nilai tersebut di tengah kehidupan. Jika kita melirik dalam akademik, kader IMM sejatinya mampu menjalankan akademik dengan baik, karena IMM adalah organisasi yang berbasis kemahasiswaan.

Maka, jelas sangat di sayangkan dan merugi, seseorang yang “berjas merah” yang memiliki makna dan arti mendalam yang diturunkan langsung oleh founding fathers IMM dengan gelar “IMMawan dan IMMawati”, serta mempunyai motto “Fastabiqul Khairat” tidak dapat menyeimbangan dan melaraskan kegiatan akademik dengan organisasinya.

Sejalan dengan itu, dengan dibuktikan nya sebuah prestasi di sisi intelektualitas akademiknya yaitu pada Indeks Prestasi (IP) yang baik, , iman dan akhlak yang terpuji, bertanggung jawab dalam menjalankan amanah IMM dengan baik dan maksimal, memiliki kepribadian yang kreatif-inovatif-solutif, prestatif, serta implementasi aksi nyata dalam realitas sosial kemasyarakatan, yang itu semua menjadi sebuah tanggung jawab kader IMM seutuhnya.

IMMawan Shareza dalam buku Dalam Suatu Masa: Kumpulan Tulisan Kader IMM UMSU (2016) mengatakan bahwa “….langkah awal yang harus kita terapkan ialah penekanan akan penerapan rasa “MALU” akan gelar IMMawan/IMMawati dengan Moto yang bergaung hingga ke pelosok Nusantara.

Tridimensi kader dan trilogi kader ikatan sangat realistis namun tidak mampu membuktikannya sebagai seseorang spesial dengan gelar IMMawan/IMMawati yang religius, intelektual, dan humanis.” Pernyataan tegas yang dilontarkan IMMawan Shareza diatas menjadi sebuah bumbu penyedap pedas dikalangan tubuh ikatan.

Dengan begitu kader ikatan tidak berfantasi ria dalam dinamikanya, sikap hedonis, apatis, bahkan terkadang yang terjebak dalam mekanistis-seremonial, pemikiran yang pendek-utopis, dan sebagainya. Sebuah catatan besar yang menggugat kader IMM dimanapun berada.

Menampilkan Wajah IMMawan dan IMMawati

Lalu perilaku apa yang harus ditampilkan oleh IMMawan dan IMMawati? Yakni bagaimana IMMawan dan IMMawati mengetahui, memaknai, hingga pada tataran menerjemahkan-implementasi nilai-nilai ideologi, simbol & gerakan IMM yang menjadi landasan perjuangan IMM dengan bijak.

Yang dengan itu dapat dilakukan penguatan dalam fondasi teologis, keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT, bersikap dan bertutur kata yang lembut dan terpuji (akhlak mulia), bersikap & beradaptasi dengan baik kepada orang lain maupun lingkungan sosial-masyarakat. Ini yang menjadi perhatian, ditanamkan dalam diri seorang kader ikatan, yang kemudian seyogianya sikap konsistensi harus dipegang teguh dan dijalankan sebagai bentuk loyalitas dan kontribusi nyata nya.

Tidak lupa untuk menumbuhkan sifat tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tanggung jawab terhadap ikatan. Secara tidak langsung, kader akan merasa bahwa dia bermakna dan keberadaannya ada/diakui serta memiliki tanggung jawab yaitu berkontribusi dalam ikatan, dan bangsa.

Serta kader menjadi percaya diri dan secara langsung maupun tidak langsung adanya proses transfer sifat, sikap contoh yang baik kepada teman-teman seperjuangan nya dalam ikatan maupun orang lain disekitar, yang ini disebut sebagai kesadaran individu-kolektif. Serta mampu memberikan dampak positif terhadap realitas sosial di masyarakat. Sebab, Kader IMM bukan sekedar kader ikatan, namun sebagai kader umat dan kader bangsa.

Lebih lanjut, IMMawan dan IMMawati yang memiliki kapasitas diri yang baik, terstruktur, dan mempunyai orientasi dan pandangan yang arif. Tentunya sebagai kader IMM ingin membuktikan bahwa seseorang yang spesial dengan gelar IMMawan dan IMMawati.

Adalah orang-orang yang memiliki jiwa religiusitas, intelektualitas, dan humanitas yang sesuai harapan dapat terealisasi dengan baik, dan tentunya kompetensi tersebut diwujudkan dengan berkhidmat untuk umat. Semoga berkah rahmat ilahi melimpahi perjuangan IMMawan/IMMawati.

Terakhir, tetap teguh dalam senantiasa berkeyakinan untuk tetap berproses dan berjuang di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dengan perjalanan yang dijalani di IMM, IMMawan dan IMMawati menjadi pelopor, pelangsung dakwah Muhammadiyah. Semoga kader IMM sesuai dengan harapan sekalian.

Dengan begitu, sehingga terwujudnya IMMawan/IMMawati yang murni (autentik) dalam merawat marwah ikatan, membumikan spirit kemajuan untuk negeri, serta sebagai bentuk ejawantah dari tujuan IMM, yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khairat

*Oleh: Bayujati Prakoso (Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jakarta Selatan 2018-2019)

Referensi:
Qorib, M, Yofiendi Indah, Zailani, et al. 2016. Dalam Suatu Masa: Kumpulan Tulisan Kader IMM UMSU. Jakarta: Global Base Review




Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment