Alasan Kemandekan Gerakan Perempuan

gerakan perempuan

Modernis.co, Malang – Sungguh menjadi hal serius untuk diperhatikan. Dewasa ini, banyak sekali ditemui perilaku-perilaku tak terpuji yang menyudutkan dan menurunkan harkat martabat seorang perempuan. Pada dasarnya, berbicara permpuan berarti kita sedang membicarakan masa depan, sebab perempuan menjadi pilar serta pejaga peradaban.

Kehadiran perempuan ditengah kehidupan sosial kemasyarakatan harusnya dihargai, diberikan ruang sebesar-besarnya bukan memarjinalkanya. Realitas itu sungguh miris sekali, bisa kita lihat diberbagai lembaga atau instansi manapun rasio perempuan selalu lebih kurang dibandingkan laki-laki. Apakah ini dikarenakan perempuan kalah bersaing atau mungkin laki-laki sendiri yang tidak mau disetarakan dengan perempuan ?.

Memaknai penciptaan Hawa untuk menemani kesendirian Adam, bagi saya itu adalah suatu paham yang amat berlebihan. Artinya, apabila tidak ditelisik secara mendalam kehadiran Hawa pada saat itu, maka sampai pada saat sekarang perempuan akan selalu diidentikkan dengan apa yang disebut sebagai “sub ordinasi”. Perempuan hanya sebagai penemani laki-laki kala kesepian.

Sayangnya sampai sekarang paham itu masih diimani oleh orang-orang yang tak mau menghormati perempuan. Menepis paham-paham seperti ini memang sangat berat, namun harus tetap disuarakan agar tidak tenggelam dibawah keserakahan seorang laki-laki.

Hal ini juga ingin mengkampanyekan kepada semua perempuan yang masih berada dibawah cengkeraman laki-laki untuk terus berkompetisi secara sehat, memperjuangkan apa yang menjadi haknya, dan melawan segala bentuk diskrimanis serta keserakahan terhadap perempuan.

Dalil agama mengatakan tidak ada sedikitpun sekat diantara semua manusia, melainkan tauhid yang menjadi pembeda. Semua dikatakan sama, sehingga apapun bentuk sikap/tindakan yang mencoba merendahkan yang lain adalah bentuk kejahatan terhadap kemuliaan manusia sebagai ciptaan Tuhan.

Meminjam istilah Simone De Beauvoir, perempuan sering diistilahkan dengan The second sex, yang pada dasarnya perempuan diasingkan oleh kontruksi sosial yang sengaja disetir oleh laki-laki guna menutup jalan perempuan untuk bisa berkompetisi dengan laki-laki.

Sehingga perempuan hanya bisa mengurusi hal-hal seputar urusan rumah tangga dan beberapa pekerjaan yang seolah-olah itu hanya bisa dikerjakan oleh perempuan sementara laki-laki tidak.

Perempuan juga harus bisa dan berhak ikut terlibat dalam bidang sosial, politik dan ekonomi. Keberadaan perempuan yang hanya berkutat pada rumah tangga menjadikanya makhluk yang pasif membuatnya tidak bisa bergerak diranah publik.

Setelah membaca dari beberapa referensi, penulis melihat bahwa keterpurukan perempuan dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, yakni : Pertama, dari segi psikologis. Secara psikologis, perempuan memang memiliki kecenderungan sensitif terhadap hal-hal yang bersifat violence. Ini dipengaruhi oleh dominasi emosional yang diunggulkan dalam menanggapi persoalan yang dihadapi.

Kedua, dari segi biologis. Memang perempuan diciptakan dengan sifat lemah lembut serta bentuk tubuh berbeda dengan laki-laki. Walaupun tidak seutuhnya, anatomi ini juga menjadi penghalang perempuan untuk melakukan apa yang dikerjakan oleh laki-laki.

Ketiga, secara teologis. Sebenarnya pada tahap ini tidak ada masalah sama sekali. Secara penciptaan semuanya sama tanpa ada pembedaan sedikitpun antara perempuan dan laki-laki. Yang ada hanyalah dalil-dalil dijadikan alat ampuh untuk memarjinalkan perempuan.

Menarik untuk didiskusikan lebih lanjut mengenai perdebatan ini, dilain pihak seorang perempuan menuntut untuk tetap bisa bersaing dengan laki-laki tanpa ada diskriminasi. Sementara pada sisi tertentu laki-laki tidak mau berada pada tingkat yang sama dengan perempuan.

Perlu diketahui secara tegas, tulisan ini tidak bermaksud mengajak perempuan untuk membangkang. Selama perempuan dan laki-laki bisa saling menerima dan mendukung dalam segala sisi kehidupan maka tidak akan ada sedikitpun ditemukan permasalahan yang kemudian membuat keduanya saling berkompetisi untuk menjatuhkan.

Harmonisasi Laki-laki Dan Perempuan

A.M Safwan dalam bukunya Islam dan Kosmologi Perempuan menjelasakan, bahwa dalam penciptaannya laki-laki diibaratkan akal mewakili Tuhan perihal keagungannya, sedangkan perempuan umpama hati sebagai manifestasi keindahannya.

Peristiwa ini sebanarnya ingin menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan adalah dua makhluk yang saling membutuhkan ibarat tangan kanan membutuhkan tangan kiri, laksana perempuan merindukan laki-laki. Dalam keluarga misalnya, diperlukan komunikasi intens antara perempuan dan laki-laki.

Sehingga dalam perjalananya urusan rumah dan anak bukan menjadi tugas individu perempuan saja (dalam kedudukanya sebagai ibu), begitupun dengan pekerjaan/mencari nafkah tidak semata disematkan pada laki-laki (sebagai seorang ayah). Kerja sama yang baik akan menentukan keberlanjutan rumah tangga yang dibangun.

Walaupun secara biologis perempuan adalah lemah, namun apabila selalu berada dibawah cengkraman laki-laki maka hal tersebut hanya akan membuat perempuan menjadi memberontak dan melawan. Ini sesuai dengan cita-cita perjuangan kaum perempuan yang menamakan diri sebagai gerakan feminis.

Fenomena selama ini walaupun tidak bisa diterima seutuhnya, perempuan dijadikan korban kebuasan laki-laki. Tidak saja berbicara tentang sex, bahkan lebih kejam dari itu perempuan seakan komoditi yang bisa berpindah tangan sekejap begitu saja tanpa ada perasaan bersalah.

Ada banyak perempuan menjadi pelopor di negeri ini. Kehadiran mereka ibaratkan sang surya yang menerangi segenap alam semesta dalam kegelapan, sebutlah RA Kartini pendobrak system adat, Cut Nyak Dien ikut beerjuang dimedan tempur mengusir para penjajah, Nyai Walidah mendamping KH A.

Dahlan dalam mencerdaskan umat, dan beberapa perempuan-perempuan lainya yang tak pernah takut tampil. Seakan mereka ingin mengajarkan kepada perempuan sekarang bahwa tak ada alasan untuk tetap terus maju. Jika seandainya perempuan dikodratkan sebagai pengurus pekerjaan-pekerjaan ringan, maka mereka ingin lebih giat lagi menolak stigma tersebut.

Bangsa yang begitu besar, pekerjaan dengan peran begitu banyak, membutuhkan perempuan untuk mengisi kekosongan tersebut. Perempuan dengan sifat kerja keras dan keuletanya menjadi ciri khas tersendiri dalam menghadapi berbagai fenomena kehidupan yang semakin dinamis.

Perempuan juga harus tetap bisa berada disamping laki-laki sebagai bentuk kerja sama dan meluruskan segala keburukan yang dilakukan oleh laki-laki. Anggapan-anggapan bahwa perempuan adalah makhluk lemah harus mulai dirubah sejak sekarang.

Wahjiansah
Wahjiansah

Mahasiswa, Penerima Beasiswa Sarjana Muamalat

Related posts

Leave a Comment