Modernis.co, Malang – Transisi kekuasaan Amerika Serikat baru saja dilakukan (20/1). Donald John Trump dilantik dan resmi sebagai presiden ke-45 Amerika menggantikan Presiden Barack Obama. Trump yang kontroversial menghadapi gesekan protes yang cukup keras dari Anti-Trump yang tersebar di beberapa negara-negara bagian Amerika seperti Washington DC, Austin, Chicago, Austin, San Fransisco Bahkan meluas ke Benua Eropa dan Australia.
Demokrasi dan politik serta kekecewaan terhadap Trump yang diluapkan dalam bentuk unjuk rasa jalanan telah menyebabkan kerusuhan dan aksi vandalisme. Trump yang kontroversial merupakan hadiah pahit bagi proses demokrasi Amerika terkhusus bagi Anti-Trump serta lawan-lawan politik yang selama ini berseberangan pendapat terkait permasalahan internal maupun eksternal Amerika.
Massifnya protes terhadap Trump yang meluas diluar Amerika merupakan salah satu indikasi bahwa kemenangnan Trump atas Hillary merupakan sebuah ancaman terhadap stabilitas peta geopolitik dunia. Proses demokrasi dan transisi politik Amerika yang memiliki cengkraman yang kuat di mata dunia jelas memaksa perubahan kondisi sosial politik secara cepat pasca pergantian rezim.
Kutipan dari Peraih Nobel Sastra Winston Churcil dengan sangat indah pernah menulis bahwa Dalam perang anda hanya bisa terbunuh sekali tapi dalam politik anda bisa mati berkali-kali. Adagium tersebut tampak pas jika disematkan kepada Trump yang selama ini masuk dalam dunia politik praktis dan berhasil memenangkannya.
Argumen panas yang sering dilempar oleh Hillary pada saat kampanye adalah bahwa He (Trump) is unfit to be President (Trump tidak pantas menjadi Presiden). Warga Amerika juga tidak menginginkan presiden yang rasis, narsis serta tidak menghargai hak-hak seorang wanita.
Segala serangan yang berusaha membunuh karakter seorang Trump pada saat kampanye justru menjadi jembatan bagi Trump untuk meraih poin atas Hillary (279:228). Segala hal yang menyudutkan Trump tampak sebagai sebuah ganasnya demokrasi Amerika dalam menentukan presiden negera paman Sam tersebut.
Wacana seputar pembangunan dinding pembatas AS-Meksiko untuk mencegah masuknya imigran yang dituduh Trump sebagai pemerkosa dan penyalur narkotika terhadap Amerika.
Wacana tersebut jelas dicaci maki dan menjadi bahan perdebatan politik yang menunjukkan bahwa Trump rasis dan tidak menunjukkan sisi humanitas yang baik dalam hubungan dunia Internasional. Trump memberikan serangan balik bahwa Imigran gelap di Amerika merupakan masalah yang gagal diselesaikan dengan baik oleh Obama.
Slogan Make America Great Again! yang sering didengungkan Trump pada saat penyampaian pidato-pidato politik merupakan kritik tajam terhadap 8 tahun pemerintahan Obama yang dianggap oleh Trump gagal membawa Amerika menjadi sebuah negara yang besar. Serangan yang tampak keras dan membara tersebut tampak lunak dan hangat tatkala Obama dan Michele menyambut Trump beserta Melania di Capital Building pada saat pengambilan sumpah pelantikan Presiden ke-45.
Hillary yang sering melakukan serangan menyudutkan terhadap Trump dalam Demokrasi ala Amerika juga tampak sumringah melihat Trump diambil sumpah jabatan kepresidenan yang ditemani oleh Bill Clinton. Elit Demokrasi Amerika yang memainkan politik praktis secara totalitas tampak begitu elegan dan profesional yang ditunjukkan dalam kehadiran lawan politik dalam acara formal serta dibumbui jabat tangan dihadapan warga Amerika.
Ambisi Trump untuk menjaga Amerika tetap aman terbaca lewat gagasan pemberantasan terorisme islam radikal yang disampaikan lewat pidato pelantikan. Sikap Trump yang sangat keras tersebut jelas berdampak secara sosiologis terhadap muslim minoritas Amerika. Ini merupakan guncangan terhadap posisi muslim Amerika dimana ajaran Islam selalu diidentikkan dengan pembenaran kekerasan dalam pandangan mayoritas nonmuslim.
baca opini lainnya : Optimisme Pasca Pemilu
Program kesehatan nasional Obamacare juga menjadi kritik obama pada saat masa kampanye, benar saja sehari pasca pelantikan Pembekuan terhadap program kesehatan tersebut dilakukan. Trump menganggap obamacare adalah program yang gagal karena membuat anggaran negara menjadi membengkak dan negara harus menanggung beban yang berlebihan.
Trump tampak begitu gesit dalam melakukan reformasi tata program baru pemerintahan dengan mengusir secara kasar segala hal yang berbau obamaisme dari struktural pemerintahan yang ada.
Tampaknya Trump sedang menebar sebuah ancaman bagi lawan-lawan politiknya dengan menekan dan memberikan cara pandang baru terhadap persoalan yang dihadapi Amerika saat ini. Tindakan Trump yang terlalu ambisius dalam melakukan gebrakan perubahan terhadap tradisi struktural pemerintahan Amerika juga memang menjadi bahan perbincangan yang sedang hangat-hangatnya mengingat proses transisi kekuasan struktural yang sedang berjalan.
Sebagai sebuah negara yang besar yang memiliki pengaruh dan kekuatan ekonomi politik serta pertahanan dunia, Trump tak ingin berlama-lama dalam memainkan ritme lambat sebagai Presiden baru dalam hal kebijakan. Gaya kepempimpinan tersebut telah menjadi pola wait and see bagi-bagi negara-negara lain dalam hal melakukan kerjasama luar negeri dengan Amerika. Trump juga telah dengan tegas memberikan pernyataan untuk tak segan-segan mengakhiri kerjasama jika tak menguntungkan bagi Amerika.
Jika Trump begitu ngotot dan nyosor serta ambisius menjalankan kebijakan sebagai presiden yang baru ada lebih baiknya jika rem kebijakan juga harus pakem dan pengunaan tepat waktu. Hal ini menjadi penting mengingat ada banyak tikungan lawan yang sedang mengintai Trump dalam mencari titik lemah kebijakan.
Dalam dunia politik to kill or to be killed (membunuh atau terbunuh) adalah dua mata logam yang sulit ditebak posisinya. Namun Trump tampak lebih tendensius pada seni to kill dalam gaya berpolitiknya sehingga para lawan benar-benar pada posisi to be killed yang sedang menerima sebuah pesan ancaman. Selamat bekerja Bapak Presiden! God bless you!
Artikel telah tayang pada 6 Februari 2017 di andesbunke.wordpress.com dengan judul Ancaman Kepemimpinan Trump
Oleh: Adi Munazir (Legal Konsultan pada Supeme Law Firm Malang)