Modernis.co, Ciputat – Tepat pada tanggal 13 juni 2024, telah terjadi fenomena yang begitu miris yang dilakukan oleh DPP IMM, yang telah menghantarkan mantan ketum DPP IMM yaitu Abdul Musyawir Yahya. Masuk ke partai politik, dengan arak-arakan dan menyanyikan yel yel “assalamualaikum mas kaesang, IMM datang”. Serta dengan bangganya mengenakan atribut IMM. Hal ini menjadi pertanyaan besar apakah IMM sudah bukan lagi menjadi organisasi kemahasiswaan yang selalu menjadi kontrol sosial bagi para elit politik?
Apakah ini yang dinamakan sebagai degradasi organisasi kepemudaan? Tidak sedikit organisasi kepemudaan ketika sudah kenal dengan elit politik independensinya menjadi berkurang dan bahkan melemah. Jika dilihat saat ini kondisi demokrasi Indonesia tengah mengalami kemunduran dan sedikit organisasi kepemudaan tidak turun untuk mengkritisi kebijakan pemerintah.
Secara tidak langsung dengan adanya arak-arakan DPP IMM menghantarkan mantan Ketua Umum DPP IMM ini akan memperburuk citra IMM di kalangan mahasiswa dan masyarakat secara luas, terlepas dari itu semua coba kita lihat dari beberapa analisis teori yang sangat berkaitan dengan arak-arakan DPP IMM.
Teori Struktural-Fungsional
Menurut perspektif struktural fungsional, setiap elemen dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu yang berkontribusi pada stabilitas dan keteraturan sosial. Dalam konteks ini, DPP IMM sebagai sebuah OKP independen diharapkan berfungsi untuk mendidik dan membentuk karakter pemuda sesuai dengan nilai-nilai Muhammadiyah, serta berperan dalam pengembangan sosial, politik, dan ekonomi. Namun, tindakan menghantarkan mantan ketua umum untuk bergabung dengan partai politik bisa dianggap melanggar fungsi independensinya. Hal ini bisa memicu kritikan.
Pertama Independensi yang terganggu sebagai OKP seperti IMM seharusnya bersikap netral dan tidak memihak pada partai politik tertentu, agar dapat menjalankan fungsi organisasi dan kontrol sosial secara objektif. Kedua Kepercayaan Publik menurun, Tindakan arak-arakan DPP IMM tersebut dapat mengurangi kepercayaan publik terutama kader-kader IMM seluruh Indonesia terhadap tindakan yang dilakukan DPP IMM sebagai organisasi yang independen, netral, dan fokus pada pendidikan pemuda.
Teori Konflik
Teori konflik, yang diperkenalkan oleh Karl Marx, menekankan bahwa konflik sosial muncul dari ketidaksetaraan dan ketegangan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini, tindakan DPP IMM tersebut dapat dilihat sebagai bagian dari dinamika kekuasaan dan kepentingan politik yang berpotensi menimbulkan konflik khususnya di tubuh imm sendiri. Bisa dilihat dengan analisis berikut.
Pertama Intervensi Politik, ada anggapan bahwa kepentingan politik mulai mengintervensi dan mempengaruhi organisasi pemuda yang independen, yang seharusnya berfungsi sebagai penyeimbang kekuasaan agar kekuasaan bisa di awasi dengan baik oleh organisasi kepemudaan seperti IMM. Kedua terjadinya Polaritas Sosial, tindakan ini dapat memperkuat polarisasi di masyarakat antara mereka yang mendukung dan menentang tindakan tersebut, sehingga meningkatkan ketegangan sosial.
Teori Interaksionisme-Simbolik
Teori ini berfokus pada bagaimana individu dan kelompok membangun makna melalui interaksi sosial. Dalam konteks ini, tindakan DPP IMM dapat dilihat sebagai simbol yang mempengaruhi persepsi publik secara luas. Simbolisme dan tindakan Arak-arakan yang dilakukan oleh DPP IMM bisa dianggap sebagai simbol dukungan politik yang kuat, apalagi tahun ini akan berlangsungnya pilkada setelah selesainya pilpres. Hal ini akan bertentangan dengan nilai-nilai independensi dari IMM sendiri.
Hal ini akan memicu Respon Netizen terhadap arak-arakan dan nyanyian yel-yel oleh DPP IMM banyak menuai Kritik dan hujatan dari netizen hal ini merupakan bentuk reaksi terhadap simbol yang dipakai untuk menghantarkan mantan ketua umum DPP IMM sehingga hasil dari tindakan tersebut, menunjukkan ketidakpuasan dan penolakan terhadap perubahan makna independensi IMM.
Banyak yang menyayangkan dari tindakan tersebut. Khususnya dari kader IMM sendiri bahkan sampai para ayahanda pun menyayangkan tindakan tersebut. Karena terlalu pulgar membawa simbol IMM bahkan sampai diposting dengan bangganya di akun instagram DPP IMM.
Salah satu kader senior IMM Ciputat Dzawin Nur Ikram sekaligus merupakan salah satu stand up komedi ternama di indonesia pun turun untuk merosting DPP IMM yang melakukan nyanyian dan arak-arakan DPP IMM ke DPP PSI, terlihat beliau beberapa kali membuat story di instagranya. Beliau juga sempat mengunggah potonya sendiri yang sedang orasi di mobil komando yang mengenakan almet IMM, dengan kata kata “IMM sebelum kenal PSI dan sesudah kenal PSI”.
Reaksi ini pun makin memanas ketika di posting ulang di akun instagram Imm Indonesia dan beberapa instagram lainnya dan mendapatkan banyak komen kritik terhadap DPP IMM. Puncaknya Dzawin Nur Ikram memparodikan nyanyian dan arak-arakan dengan mengganti diksinya menjadi “assalamualaikum mas Dzawin Nur IMM datang” tepat di depan asrama putra Imm Cabang Ciputat.
Kesimpulan
Secara sosiologis, tindakan DPP IMM menghantarkan mantan ketua umum untuk bergabung dengan partai politik memicu kritik dan hujatan dari netizen karena dianggap melanggar prinsip independensi yang dipegang oleh organisasi tersebut. Hal ini menunjukkan adanya ketegangan antara nilai-nilai independensi dan intervensi politik, serta bagaimana simbolisme tindakan dapat mempengaruhi persepsi publik dan memicu respons sosial yang signifikan.
Organisasi seperti IMM harus berhati-hati dalam menjaga fungsi dan perannya di masyarakat untuk mempertahankan kepercayaan dan legitimasi sosial yang ada di masyarakat.
Oleh: Samsul Hadi (Ketua Asrama Putra IMM Cabang Ciputat tahun 2023-2024)