Modernis.co, Solo – Indonesia merupakan bangsa yang besar, bangsa yang di dalamnya memiliki apa yang tidak dimiliki bangsa lainna. Lalu apa hubungannya dengan mahasiswa dan kampus dalam keberadaan bangsa yang besar ini. Pertanyaan sederhan ini perlu di sampaikan kepada manusia yang menyandang gelar kehormatan. Karena keberadaan mahasiswa adalah alasan yang paling mendasar untuk adanya sebuah perubahan dalam suatu bangsa.
Mahasiswa adalah seorang nahkoda yang nantinya akan ikut andil berperan membawa bangsa yang besar ini berlayar melewati pasang surut zaman juga dinamika kehidupan postmodern. Mau di bawa kemana bangsa Indonesia yang besar ini?.
Menjadi seorang mahasiswa bukan lagi menjadi pribadi seorang yang berprilaku seperti anak SD, SMP dan SMA. Seorang mahasisiwa memiliki sebuah tanggung jawab yang besar atas gelar mahasiswannya itu. Mahasiswa harus turut andil dalam sebuah dinamika bangsa, mahasiswa tidak boleh diam ketika melihat sebuah kedzoliman. Kedzoliman yang terjadi di suatu bangsa tidak boleh di biarkan terus berlangsung. Apabila kedzoliman di biarkan terus menerus berlangsung maka tunggulah masanya kehancuran.
baca opini lainnya : Cengkraman Kapitalisme
Dewasa ini, sering kita jumpai seorang mahasiswa yang lupa kalau dirinya mahasiswa, seorang mahasiswa yang tau kalo dirinya mahasisiwa namun tak mau tau kalo dia adalah mahasiswa. Mahasiswa saat ini dapat di katakana jauh dari subtansi kemahasiswaannya juga eksistensi seorang mahasiswa mulai mengalami degradasi. Mahasiswa dewasa ini mulai mengarah kepada kehidupan yang bersifat apatis, nihilis, hedonis.
Seorang mahasisa yang apatis adalah dia yang berkata I don’t care terhadap suatu hal. Misal, seorang mahasiswa yang tidak peduli dengan kegiatan yang ada di kampus karna menganggap bahwa, yang penting dia masuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan setelah itu pulang lalu bersenang-senang dengan kegiatanya sendiri.
Mahasisiwa seperti ini bisa di katakana sebagai seorang mahasiswa kupu-kupu. Mahasiswa yang taunya hanya kuliah pulang-kuliah pulang. Mahasiswa seperti ini tidak boleh dijadikan bahan refrensi bagi mahasiswa-mahasiswa yang lain. Tak hanya itu, ada juga seoarng mahasisiwa yang inginnya itu sak enak e dewe ( berbuat sesuka hatinya).
baca opini lainnya : Polarisasi Kaum Santri-Abangan Kekinian
Dia tidak mau ada keterikatan dengan apapun juga siapapun yang seharusnya melekat pada diri mahasiswa. Terakhir adalah seorang mahasiswa yang hedonis. Mahasiswa yang seperti ini amat sangat banyak tumbuh dan berkembang di dalam dunia kampus. Mahasiswa yang lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan nya dari mulut ke lutut ketimbang kegiatan kegiatan kampus. Dia lebih memilih untuk pergi ke mall berbelanja pakaian, nonton dan bermain game dari pada pergi ke toko buku.
Ungkapan dia atas adalah sebuah problem yang harus di selesaikan bukan untuk di pikirkan. Karna saat ini begitu banyak kampus kampus yang besar, megah dan indah para penghuninya adalah macan macan ompon. Inilah yang menjadi pokok persoalan dari tema besar menggugat mahasiswa kampus. Kalau saja mau untuk sedikit jujur. Dunia kampus adalah dunia yang paling indah.
Dimana di dalamnya berisi orang-orang hebat, kuat dan tangguh secara akademis, baik itu mahasiswa maupun dosennya. Mengingat kampus adalah sebuah laboratorium yang amat sangat mahal yang secara eksisitensi dapat menciptakan orang orang besar tangguh dan militan. Kampus juga merupakan sarana pembelajaran yang efektif dan berbeda di banding kan dengan sekolah sekolah sebelumnya.
Kalau sekolah sekolah sebelumnya guru adalah seoarang yang di haruskan lebih banyak aktif dan bahkan mendominasi ruang kelas, namun ketika di lingkungan kampus justru berlaku sebaliknya. Mahasiswa di tuntut untuk aktif dan mandiri dalam pembelajaran yang ada di dalam kampus. Oleh karna itu, sejatinya kampus adalah tempatnya orang orang yang bukan sembarangan. Belum lagi mahasisiwa yang menerjunkan dirinya kedalam organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus.
Kehadiran dan keatikfan mereka amat sangat di butuhkan organisasi dalam upaya mencapai sebuah visi dan misi masing masing organisasi. Secara universal hal hal sedemikian ini cukup baik untuk di ikut mahasiswa. Karena dengan menerjunkan diri kedalamnyalah mahasiswa bisa belajar menjadi sosok pribadi yang baik. Dengan demikian seorang mahasiswa akan bisa memberi sebuah kontribusi dimana bumi di pijak.
Memang berat menjadi seorang mahasiswa itu. Tapi jika seorang mahasiswa tunduk dan patuh oleh keberadannya itu, maka penyesalan yang tak pernah di ketahui ujungnya akan menjadi momok menakutkan. Perjuangan menjadi mahasiswa sejati memang tak mudah dan mungkin juga menyakitkan.
Namun sakitnya di dalam perjuangan akan ada akhirnya. Mungkin bisa satu jam, satu hari dan satu minggu. Oleh karena itu diharapkan lahir dan berkembang dari rahim-rahim kampus seorang mahasisiwa yang memberi dan berkontribusi kepada bangsanya.
baca opini lainnya : Pak AR ; Orang Besar yang Low Profile
Untuk Indonesia yang berkemajuan, di butuhkan juga mahasiswa yang berfikir maju. Baik itu di dalam kanca nasional maupun internasional. Menjadi seorang problem solver bagi suatu bangsa dan bukan menjadi sebagai problem. Mahasiswa adalah seorang pemuda yang sedang belajar di dalam kampus.
Yang harus mempunyai semangat seperti yang di nyanykan oleh salah satu musisi Indonesia Rhoma Irama yang berbunyi, darah muda, darahnya para remaja, yang selalu merasah gagah, tak pernah mau mengalah. Masa mudah, masa yang berapi-api, yang maunya menag sendiri, walau salah tak peduli. #Save mahasiswa #membacaitu candu.
Oleh : Nur Kholis Majid (Ketua Bidang Kader PC IMM Ahmad Dahlan Surakarta dan Pegiat Darwis Foundation)