Pagar Laut dan Ilusi Kesejahteraan Rakyat

pagar laut

Modernis.co, Jakarta – “Saya melawan, kehidupan saya sebagai nelayan dikelola korporasi, sampai kiamat anak cucu saya miskin, karena saya hanya dijadikan objek, dia yang mengelola.”

Kata-kata ini diucapkan oleh Pak Kholid, seorang nelayan asal Tangerang, yang dikutip dari Tribunnews.com edisi Senin, 27 Januari 2025. Pernyataan ini merupakan cerminan dari keresahan nelayan di berbagai wilayah Indonesia yang terancam kehilangan mata pencaharian akibat proyek pembangunan pagar laut di kawasan pesisir.

Proyek pagar laut, yang awalnya bertujuan untuk menanggulangi banjir dan abrasi di kawasan pesisir Tangerang, kini menjadi sorotan. Sebuah laporan terbaru dari CNN Indonesia mengungkapkan bahwa proyek ini justru mengakibatkan kerugian ekonomi hingga Rp11,69 triliun per tahun. Temuan ini memunculkan pertanyaan besar tentang efektivitas kebijakan tersebut, terutama jika dilihat dari dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan.

Dalam praktiknya, proyek pembangunan pagar laut sering kali mengabaikan dimensi sosial dan ekonomi masyarakat pesisir. Meskipun memiliki tujuan mulia untuk melindungi kawasan pesisir dari ancaman abrasi dan banjir, proyek ini justru memberikan dampak serius pada kehidupan nelayan dan ekosistem laut.

Pola tangkapan ikan terganggu, sehingga banyak masyarakat pesisir kehilangan mata pencaharian. Kondisi ini memperburuk situasi ekonomi kelompok masyarakat yang sudah rentan.

Sebagian besar masyarakat terdampak berasal dari kelompok ekonomi lemah yang selama ini bergantung pada hasil tangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembangunan pagar laut, alih-alih membawa manfaat, justru menambah beban hidup mereka. Ketimpangan sosial semakin nyata, terutama di tingkat lokal, di mana akses terhadap sumber daya alam dan ekonomi semakin terbatas.

Kerugian finansial yang ditimbulkan proyek ini juga menjadi sorotan. Dengan anggaran besar yang telah dikeluarkan, hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan investasi. Hal ini menunjukkan adanya kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, yang akhirnya memunculkan pertanyaan tentang transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran negara.

Dalam konteks pembangunan infrastruktur, konsep pembangunan berkelanjutan menjadi sangat penting. Menurut United Nations Development Programme (UNDP), pembangunan berkelanjutan harus mencakup tiga pilar utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dengan demikian, setiap proyek infrastruktur harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.

Proyek pagar laut seharusnya tidak hanya berfokus pada mitigasi banjir dan abrasi, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat sekitar. Sebuah pendekatan holistik diperlukan untuk memastikan bahwa proyek ini tidak hanya memberikan manfaat teknis, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara keseluruhan.

Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan adalah melibatkan masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan cara ini, proyek dapat dirancang untuk memberikan manfaat yang adil dan berkelanjutan.

Dilema antara Keamanan dan Keberlanjutan

Kerugian ekonomi yang mencapai Rp. 11,69 triliun per tahun merupakan indikator jelas bahwa proyek pagar laut belum berjalan sesuai harapan. Salah satu akar masalahnya adalah kurangnya integrasi antara aspek teknis dan sosial dalam perencanaan proyek. Struktur besar seperti pagar laut mengubah pola aliran air dan sedimentasi, yang pada akhirnya mengganggu ekosistem laut.

Akibatnya, hasil tangkapan ikan berkurang, pendapatan nelayan menurun, dan ketahanan pangan masyarakat pesisir terganggu.

Selain itu, alokasi anggaran yang besar untuk proyek ini memunculkan pertanyaan tentang efisiensi penggunaan dana publik. Apakah dana sebesar itu tidak lebih efektif jika dialokasikan untuk program yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Misalnya, pengembangan teknologi ramah lingkungan untuk mendukung kegiatan nelayan, restorasi ekosistem laut, atau pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan di kawasan pesisir.

Dari sudut pandang lingkungan, proyek ini juga membawa dampak yang merugikan. Perubahan pola sedimentasi yang disebabkan oleh struktur pagar laut dapat merusak ekosistem terumbu karang dan mangrove.

Padahal, kedua ekosistem ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan laut sekaligus menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan. Kerusakan pada ekosistem ini tidak hanya mengancam keberlanjutan lingkungan, tetapi juga berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat yang bergantung pada hasil laut.

Harapan ke Depan

Ke depan, evaluasi menyeluruh terhadap proyek seperti pagar laut menjadi sangat penting. Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memastikan bahwa setiap langkah pembangunan dilakukan dengan kajian komprehensif yang melibatkan masyarakat lokal. Dengan demikian, proyek dapat dirancang agar memberikan manfaat nyata dan berkelanjutan bagi semua pihak.

Pendekatan berbasis ekosistem perlu dipertimbangkan sebagai solusi alternatif. Restorasi mangrove dan terumbu karang, telah terbukti efektif dalam mengurangi dampak abrasi dan banjir sekaligus mendukung keberlanjutan ekosistem laut. Solusi seperti ini tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat pesisir.

Mangrove, selain menjadi pelindung alami dari gelombang besar, juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya perikanan dan ekowisata, yang secara langsung meningkatkan pendapatan masyarakat.

Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran proyek harus menjadi prioritas. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa dana publik digunakan secara efektif dan benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Pemerintah juga perlu membuka ruang dialog dengan masyarakat terdampak agar setiap kebijakan yang diambil dapat mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi mereka.

Terlepas dari dinamika yang ada, pembangunan infrastruktur harus berpusat pada manusia atau mengutamakan prinsip human-centered development. Masyarakat pesisir tidak boleh lagi menjadi korban dari proyek besar yang mengatasnamakan pembangunan. Sebaliknya, mereka harus dilibatkan sebagai mitra utama dalam proses pengambilan keputusan.

Keberhasilan proyek seperti pagar laut tidak hanya dapat diukur dari keberhasilannya mengurangi banjir atau abrasi, tetapi juga dari sejauh mana proyek tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menjaga keberlanjutan ekosistem.

Dengan komitmen untuk menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan masa depan yang lebih adil, sejahtera, dan lestari bagi seluruh rakyatnya.

Oleh: Abdul Wahid Wathoni (Mahasiswa Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta)

editor
editor

salam hangat

Leave a Comment