Modernis.co, Jakarta – Pergaulan bebas di kalangan remaja terjadi karena remaja mencari pengetahuan dan informasi tentang seksualitas secara sendiri. Informasi tentang seksualitas tersebut dapat melalui teman yang sama-sama belum mengerti mengenai seks bebas, majalah-majalah porno, video, dan tempat hiburan malam yang memberikan akses informasi tanpa sensor.
Kebebasan dalam mengakses informasi seksualitas akan membuat proses kematangan alat reproduksi pada remaja tidak diimbangi dengan informasi yang baik. Normalitas seks di zaman sekarang terjadi karena kurangnya pendidikan seks bagi remaja. Hal yang memengaruhi perilaku seks pada remaja dapat dibagi menjadi dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi perubahan hormon yang meningkatkan hasrat seksual, sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, pengetahuan dan sikap terhadap Kesehatan reproduksi, penyebaran rangsangan seksual, dan lingkungan pergaulan. Remaja yang pada umumnya mempunyai rasa ingin tahu yang besar tentang seksualitas, terpaksa mencari informasi sendiri guna memuaskan rasa keingintahuannya tersebut.
Maka tujuan dari karya tulis ilmiah ini untuk mendeskripsikan bentuk perilaku seks bebas, mengetahui faktor penyebab terjadinya seks bebas, mengetahui dampak seks bebas terhadap perilaku anak remaja. Pasalnya anak remaja cenderung memiliki sifat ingin tahu dan tingkat kesadaran orang tua untuk memberikan pengetahuan tentang seks sejak dini sangatlah kurang, karena dianggap tabu dan belum waktunya seorang anak mengetahui tentang seks.
Penulisan karya tulis ilmiah memberikan penanggulangan seperti upaya pembangunan karakter anak, bimbingan konseling dan keterbukaaan anak dengan orang tua, sehingga anak remaja akan lebih merasa aman dan nyaman jika dekat dengan orang tuanya, dan hal penting lainya untuk membentengi perilaku remaja dari pergaulan bebas.
Masalah seks merupakan sesuatu yang sangat menarik dan tidak ada habisnya untuk dibahas. Seksologi selalu menarik perhatian untuk dibicarakan karena menyangkut tata kehidupan yang lebih tinggi. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Perilaku seksual merupakan perbuatan zina karena seks bebas merupakan hubungan seks yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan bukan melalui pernikahan yang sah.
- baca juga: Pergaulan Bebas Semakin Merajalela
Penyakit menular seks (PMS), merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui hubungan seksual masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun. Kata remaja dalam arti “adolescence” berasal dari bahasa latin “adolescere” yang memiliki arti tumbuh ke arah kematangan. (Wibowo dalam diana dkk, 2020: 31).
Definisi yang dirumuskan Word Health Organisation (WHO), remaja merupakan suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola indefikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Modernisasi dapat dikatakan juga sebagai suatu bentuk perubahan sosial. Remaja merupakan suatu fase penting dalam periode pematangan organ reproduksi manusia di tandai dengan perubahan fisik yang relatif cepat namun tidak seimbang pada perubahan kejiwaan atau mental remaja.
Perubahan lainnya berhubungan dengan perkembangan psikososial, berupa perubahan pada hubungan dengan orang tua, pembentukan arah masa depan, munculnya perilaku negatif atau kenakalan remaja seperti penyimpangan aktivitas seksualitas, penyalahgunaan pemakaian internet dan media komunikasi, dan akses pornografi.
Perilaku seksual pada remaja merupakan segala tingkah dan perilaku yang didorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis, terdapat berbagai perilaku seksual remaja, aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu necking atau petting), dan bersenggama dalam menentukan objek (seksual bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun diri sendiri. (Siregar dkk, 2020: 104).
Remaja melakukan seks bebas karena remaja tidak mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi, sehingga kurang tahu bahaya atau dampak dari seks bebas. Remaja yang pada umumnya mempunyai rasa ingin tahu yang besar tentang seksualitas terpaksa mencari informasi sendiri guna memuaskan rasa keingintahuannya tersebut. Pada zaman sekarang para orang tua sudah semakin sadar bahwa pentingya untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak.
Kurangnya perhatian terhadap pendidikan seks bagi remaja memungkinkan adanya anggapan bahwa membicarakan seks menjadi hal yang tabu bahkan yang paling ekstrim adalah berpendapat bahwa hal tersebut mendorong anak remaja untuk melakukan hubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih memiliki paradigma pendidikan seks merupakan sesuatu yang vulgar dan sepatutnya remaja harus belajar dari lingkungannya.
Pandangan masyarakat pada umumnya ini ditegaskan oleh Abineno, bahwa rata-rata orang tua membicarakan seks dan seksualitas merupakan sesuatu pemahaman yang baru. Hampir semua orang tua di Indonesia tidak pernah mendapatkan pendidikan seksual. Bahkan mereka juga tidak pernah membaca sesuatu yang berindikasi mengenai pendidikan seksual. Mereka “buta huruf” di bidang seks dan seksualitas. (Marbun dan Stevanus, 2019:327).
Perilaku seksual yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari gaya hidup yang semakin modern, sehingga cenderung tidak sesuai norma dan liberal. Perilaku seksual biasanya dilakukan dalam situasi yang mendukung seperti bersama-sama di dalam suatu ruangan dengan pasangannya. (Rahyani dkk dalam Putri dkk, 2021:32). Pengalaman seksual yang menyenangkan menyebabkan remaja menganggap perilaku seksual merupakan hal normal dan cenderung akan mengulanginya.
- baca juga: Pendidikan Seks dan Urgensinya
Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seks Bebas
Masa remaja merupakan masa penting kehidupan dimana terjadi perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan seperti perubahan fisik, psikologis, sosial dan biologis. Perubahan yang terjadi pada remaja diakibatkan karena mulai aktif dan berkembangnya fungsi organ reproduksi. Aktif dan berkembangnya organ reproduksi ditandai dari datangnya menarche (menstruasi) pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja putra.
Proses manstruasi membuat remaja memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi perilakunya. Salah satu perilaku yang ingin dicoba oleh remaja seperti perilaku seks pranikah. Perilaku seks pranikah merupakan perilaku seksual remaja yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan. Biasanya perilaku seks pranikah sering dilakukan saat remaja berpacaran. Perilaku seks merupakan akibat dari perkembangan biologis sehingga mendorong hasrat seksualnya.
Salah satu bentuk kenakalan remajayang marak saat ini adalah pergaulan bebas (seks bebas). Bagi seorang anak dan remaja yang sedang bertumbuh dan berkembang serta mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi, menutup-nutupi masalah seks dan melarang membicarakannya justru akan semakin membuatnya menjadi semakin penasaran. Remaja akan mencari informasi tentang seks dari sumber manapun. Berdasarkan Duvall & Miller (2018:232), mengatakan bahwa bentuk perilaku seksual mengalami peningkatan secara bertahap. Beberapa bentuk perilaku seksual remaja meliputi:
(1) Berpegangan Tangan
Definisi berpegangan tangan tidak terlalu menimbulkan rangsangan seks yang kuat. Namun, biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya (hingga kepuasan seksual dapat tercapai);
(2) Ciuman Kering
Ciuman kering merupakan aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan bibir. Dampaknya dapat menimbulkan imajinasi atau fantasi yang disertai dengan meningkatnya keinginan untuk melakukan aktivitas seksual lain;
(3) Ciuman basah
Ciuman basah merupakan aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir;
(4) Berpelukan
Definisi berpelukan dapat menimbulkan perasaan tenang, aman dan nyaman disertai dengan rangsangan seksual terutama apabila mengenai daerah sensitif;
(5) Berfantasi
Definisi berfantasi atau berimajinasi salah satu bentuk membayangkan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme;
(6) Meraba
Meraba merupakan aktivitas meraba bagian-bagian sensitif rangsangan seksual, seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, dan lain-lain. Aktivitas meraba dapat melemahkan kontrol diri sehingga dapat berlanjut ke aktivitas seksual lainnya seperti petting bahkan senggama;
(7) Masturbasi
Masturbasi merupakan suatu usaha merangsang bagian tubuh sendiri dengan tujuan mencapai kepuasan seksual. Pada laki-laki biasanya merangsang alat genital, sedang pada perempuan lebih beragam biasanya dengan merangsang alat genital, payudara atau tubuh yang lainnya;
(8) Petting
Definisi petting secara tradisional digunakan untuk menggambarkan usaha merangsang bagian tubuh tertentu yang saling dilakukan oleh pasangan, namun tidak sampai pada hubungan seksual. Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah ciuman bibir, rangsangan payudara, rangsangan alat genital manual.
(9) Oral Seks
Oral seks merupakan masuknya penis ke mulut yang kemudian memberikan rangsangan sehingga mencapai orgasme. Jadi berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk- bentuk perilaku seksual antara lain berpegangan tangan, ciuman kering, ciuman basah, berpelukan, berfantasi atau berimajinasi, meraba, masturbasi, petting, oral seks.
Menurut Abu Al-Ghifari (2018:61), pelecehan seksual paling sering terjadi pada teman dekat atau seseorang yang pernah dikenalnya, sekalipun tidak melakukan hubungan seksual namun tindakan seperti merendahkan kehormatan seseorang. Pelecehan seksual merupakan dampak dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsu terhadap lawan jenis sebagai obyek pelampiasan tanpa melihat keberadaannya sebagai manusia yang bermoral, terlebih lagi tidak ada seseorang yang mau direndahkan.
Pada remaja menganggap pelecehan seksual sekedar iseng, tapi manakala nilai kehormatan diganggu. Pengertian dihinakan atau diperlakukan tidak sesuai dengan norma yang dianut. Apabila remaja dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang aspek-aspek pokok identitas dirinya seperti fisik, kemampuan intelektual, emosi, sikap dan nilai-nilai, maka akan siap berfungsi yang sehat baik dengan teman sebaya, keluarga atau masyarakat dewasa tanpa dibebani perasaan cemas dan frustasi. Remaja melihat bahwa tidak sedikit orang dewasa atau masyarakat sekitarnya yang gaya hidupnya yang kurang memperdulikan agama, bersifat munafik, tidak jujur dan perilaku amoral lainnya.
Faktor- faktor Penyebab Terjadinya Seks Bebas
Menurut Sarwono (2011) dalam Erayanti (2018:20-22). beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja, faktor yang mempengaruhi perilaku seksual ada dua yaitu: Faktor internal sendiri mencakup meningkatnya seksual dan perbedaan usia kematangan seksual dan faktor eksternal.
Pertama, Faktor internal dari penyebab seks bebas meliputi perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu, mencakup meningkatnya seksual dan perbedaan usia kematangan seksual.
Kedua, mencakup meningkatnya seksual dan perbedaan usia kematangan seksual mencakup meningkatnya seksual dan perbedaan usia kematangan seksual seperti:
(1) Keluarga Orang tua karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan tentang seks dengan anak dan tidak terbuka, cenderung membuat jarak mengenai masalah seksualitas;
(2) Pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan pengetahuan dan informasi faktual yang benar remaja akan terbantu mengambil sikap yang bertanggung jawab dan terbaik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitasnya;
(3) Penyebaran rangsangan seksual melalui massa Penyebaran informasi dan rangsangan seksualitas melalui media massa serta adanya teknologi canggih menjadi tidak terbendung lagi;
(4) Lingkungan pergaulan Proses sosialisasi keluarga di lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dimana kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di masyarakat.
Dampak Seks Bebas terhadap Perilaku Anak Remaja
Dampak yang terjadi akibat seks bebas seperti, psikologi remaja akan terganggu jika melakukan hubungan seksual dengan cara dipaksa atau mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki, psikologi remaja sangat berpengaruh terhadap masa depan remaja sehingga harus memiliki pengetahuan yang luas tentang seksual atau kesehatan reproduksi. (Nirwana dalam Fauziyah dan Azizah, 2020:39).
Seks bebas dapat meningkatkan angka kehamilan yang tida diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di indonesia dimana 20% dilakukan oleh remaja. Di Amerika 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75% gadis mengandung di luar nikah, hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacur. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan dan 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi.
Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya, dampak psikologis, fisiologis, sosial, dan fisik serta menyebabkan penyakit menular seksual pada remaja. Secara alami dorongan seks bebas pada remaja sangat besar diakibatkan oleh perubahan yang terjadi. Hasrat yang tidak terkendali menjadikan remaja terjerumus dalam prostitusi, hubungan seks bebas, hubungan seks pranikah dan berbagai akibat negatif lainnya termasuk aborsi. ( Riski dkk, 2020:231).
Dampak lain yang paling berpengaruh ada pada segi aspek psikologis dan sosial pelaku pernikahan dini. Interaksi, komunikasi, sosialisasi, dan juga adaptasi di lingkungan masyarakat menjadi terkendala. Pelaku pernikahan dini yang disebabkan oleh kehamilan di luar nikah biasanya akan mengalami keterasingan sosial.
Pernikahan dini akibat seks bebas juga akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dari ibu dan calon anak, karena organ reproduksi remaja yang belum matang. Sehingga menyebabkan wanita yang menikah di usia dini akibat hamil di luar nikah rentan terkena penyakit kanker serviks, dan kanker Rahim. (Nurtifani dan Sucipto, 2022 ).
Dampak dari seks bebas (free sex) khususnya pada remaja dapat dibagi menjadi bahaya fisik, yang dapat terjadi akibat seks bebas seperti terkena penyakit kelamin (penyakit menular seksual atau PMS) dan HIV atau AIDS serta bahaya kehamilan dini yang tak dikehendaki. PMS merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui hubungan seksual (Wustha dalam Diana, 2020).
Penanggulangan Seks Bebas di Kalangan Remaja
Pembangunan karakter anak merupakan sebuah proses yang harus dimulai sejak dini dan bahkan ketika beranjak remaja anak membutuhkan dukungan keluarga untuk terlibat dalam kehidupan reproduksi sehat. Dukungan orang tua yang paling besar tanggung jawabnya untuk memberikan aspek moral dari seksualitas bagi perkembangan anak-anak di kemudian hari. Lingkungan keluarga di rumah merupakan tempat yang terbaik untuk menyampaikan informasi tentang seks kepada anak-anaknya.
Orang tualah yang paling mengenal sifat anak-anaknya. Orang tua pula yang mengetahui tingkat kematanganya. Informasi dan penyuluhan serta konseling perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah pada kesehatan reproduksi remaja. Keluarga dan masyarakat sekitar juga ikut peduli dengan kondisi remaja untuk membantu remaja jika mengalami masalah kesehatan reproduksi dengan cara di arahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik dengan pemecahan masalah pada tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis. (Ningsih dkk, 2021:280).
Upaya mengatasi masalah seks bebas pada remaja diantaranya perlu melibatkan orang tua ataupun keluarga. Selain itu, remaja juga perlu dilibatkan dalam suatu organisasi sehingga memiliki aktifitas dan kesibukan. Untuk itu dibutuhkan upaya dari orang tua untuk dapat mengajak anak remajanya berbicara dari hati ke hati dengan rasa penuh kasih sayang, sehingga anak remaja akan lebih merasa aman dan nyaman jika dekat dengan orang tuanya, dan hal penting lainya untuk membentengi perilaku remaja dari pergaulan bebas yang membuat mereka terjerumus pada seks bebas dengan dibekali pendidikan agama yang kuat.
Berdasarkan kesimpulan dari penjelasan seks dan pengetahuan seorang anak remaja, bentuk-bentuk perilaku seksual remaja seperti: Berpegangan tangan; ciuman kering; ciuman basah; berpelukan; berfantasi; meraba; masturbasi; peting dan oral seks. Hal tersebut karena kurangnya pengetahuaan remaja akan dampak yang akan terjadi pada kesehatan fisik dan psikologi. Perilaku seksual didasar oleh dorongan hasrat seksual dengan lawan jenisnya, faktor yang mempengaruhi perilaku seks pada remaja terjadi karena faktor internal dan eksternal.
Pendidikan terhadap seks sangatlah penting agar remaja dapat mengetahui bahaya dari seks bebas, Pengetahuan seks bagi remaja dapat dilakukan dengan pemberian pemahaman seks dan resiko yang akan terjadi. Peran orang tua juga dibutuhkan untuk memberikan wawasan tentang seks, karena remaja akan merasa aman dan nyaman bahkan tidak malu jika membicarakan hal yang tabu seperti seks kepada orang terdekatnya.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah seks pada remaja akan berdampak baik bagi pembangunan karakter anak remaja dan juga membentengi perilaku remaja dari pergaulan bebas yang membuat mereka terjerumus pada perilaku seks bebas.
Oleh: Elga Anastasya Putri Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
Daftar Pustaka
Diana, A., Yuviska, I. A., & Iqmy, L. O. (2020, Januari). Penyuluhan tentang Bahaya Seks Bebas. Jurnal Kebidanan, 6(1).
Dwiayuningtiyas, M. (2018, November 26). Pendidikan Seksuak bagi Remaja. Retrieved juni 18, 2023, from D’funstation: https://www.dfunstation.com/blog/read/dunia-remaja/242/tujuan-pendidikan-seksual-bagi-remaja
Erayanti, P. (2018). Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual di Smp Negeri 14 Banjarbaru. Akademi Kebidanan Sarimulia, 1-45. Retrieved juni 18, 2023, from http://repository.unism.ac.id/149/2/KTI%20FULL.pdf
Fauziyah, N., & Azizah, E. N. (2020). Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Dampak Seks Bebas bagi Kesehatan Reproduksi . Jurnal Ilmiah Pamenang, 2(2), 37-40. doi:10.53599
Kuswandi, K., Ismiyati, & Rumiatun, D. (2019). Analisis Kuantitatif Perilaku Seks Bebas pada Remaja di Kabupaten Lebak. Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang, 14(1), 18-24. Retrieved juni 18, 2023, from https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/284/213
Marbun, S. M., & Stevanus, K. (2019). Pendidikan Seks pada Remaja. FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika, 2(2), 325-343. doi:: 10.34081/fidei.v2i2.76
Mbaloto, F. R., Purwaningsih, D. F., & HS, M. (2020). Penyuluhan Kesehatan tentang Seks Bebas pada Remaja SMPN 4 Sigi. Jurnal Abdidas, 1(4), 228-233. doi: https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i4.51
Nida, N. H. (2020, Agustus 28). Perilaku Seks Pranikah Remaja. Retrieved juni 18, 2023, from Dinas Pemberdayaan Perempuaan Perlindungan Anak dan Pengendaliaan Penduduk Yogyakarta: https://dp3ap2.jogjaprov.go.id/berita/detail?judul_seo=559-perilaku-seks-pranikah-remaja#:~:text=Perilaku%20seks%20pranikah%20adalah%20perilaku,biologis%20sehingga%20mendorong%20hasrat%20seksualnya
Ningsih, E. S., Susila, I., & Safitri, O. D. (2021). Upaya Pencegahan Seks Bebas dan Pemahaman Reproduksi Sehat pada Remaja. Journal of Community Engagement in Health, 4(2), 280-281. doi:https://doi.org/10.30994/jceh.v4i2.169
Nurtifani, F. D., & Sucipto, M. A. (2022). Dampak Pernikahan Dini Akibat Seks Bebas yang Terjadi di Kalangan Remaja. Seminar Nasional Bimbingan dan konseling 2022, 251-256. Retrieved Juni 18, 2023, from https://semnas.upstegal.ac.id/index.php/semnasbk/article/view/136/138
Putri, D. E., Yuliadi, I., & Kusumawati, R. N. (2021). Hubungan antara Tekanan Teman Sebaya dan Gaya Hidup. jurnal pemikiran dan penelitian psikologi, 17(1), 197-206. doi: 10.32528/ins.v%vi%i.2289