Modernis.co, Jakarta – Kekerasan verbal merupakan bentuk agresi yang sering terjadi dalam hubungan keluarga. Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta memberi edukasi terkait solusi mengatasi kekerasan verbal terhadap anak. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kekerasan verbal berdampak negatif pada psikologis anak. Orang tua yang melakukan kekerasan verbal disebabkan masalah keuangan, kehidupan emosional yang tidak terkendali dan pengaruh lingkungan yang kurang baik.
Anak-anak yang terpapar pelecehan verbal rentan terhadap gangguan emosi, harga diri rendah, dan kecenderungan perilaku agresif. Anak menjadi kesulitan bersosialisasi, kesulitan belajar di sekolah, serta mungkin kesulitan dalam mengatur emosi. Efek ini dapat memiliki implikasi jangka panjang untuk perkembangan dan kesejahteraan psikologis anak-anak. Kekerasan verbal berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis orang tua dan anak.

Penting untuk meningkatkan kesadaran akan efek negatif dari pelecehan verbal dan mempromosikan pencegahan dan intervensi yang efektif. Mengurangi kekerasan verbal dalam rumah tangga dan memberikan dukungan yang memadai kepada orang tua dan anak yang terkena dampak membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan holistik.
Kekerasan verbal merupakan bentuk agresi yang sering terjadi di lingkungan keluarga. Meski kesadaran akan pentingnya menjaga dan melindungi anak sudah meningkat, namun masih ada persoalan serius terkait merebaknya kekerasan verbal terhadap anak. Pelecehan verbal adalah penggunaan kata-kata kasar, menghina atau mengancam yang dapat berdampak besar pada perkembangan psikologis anak.
Verbal abuse atau kekerasan verbal adalah setiap tindakan atau penggunaan kata-kata yang menyakiti, mempermalukan, mengancam, atau melecehkan seseorang secara verbal. Hal tersebut merupakan bentuk kekerasan non-fisik yang dapat terjadi dalam banyak konteks, termasuk hubungan pribadi, di tempat kerja, di sekolah atau di masyarakat. Verbal abuse dapat berupa penggunaan bahasa kasar, ejekan, hinaan, sindiran, ancaman atau penilaian yang dimaksudkan untuk mempermalukan, menyakiti atau mengikis harga diri seseorang.
Verbal abuse dilakukan untuk mengontrol, memanipulasi atau mempermalukan korban. Efek dari kekerasan verbal bisa sangat merusak, memengaruhi kesehatan mental, psikologis, dan fisik korban. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa tidak aman, rendah diri, kecemasan, depresi dan trauma psikologis pada korban. Penganiayaan emosional melalui pelecehan verbal kepada seorang anak akan menyebabkan tekanan emosional Mahmud (dalam Nurmalina, 2021 : 1616-1624).
Kekerasan verbal terhadap anak merupakan fenomena yang memprihatinkan di masyarakat. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks dan beragam. Pemahaman yang lebih dalam tentang faktor-faktor tersebut berguna untuk pengembangan strategi pencegahan yang efektif. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan orang tua melakukan kekerasan verbal, yaitu:
1) pewarisan kekerasan antar generasi, ketika seorang individu mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak kemungkinan pada saat dewasa dapat menjadi pelaku kekerasan, 2) tekanan sosial meliputi penyakit, pengangguran, kematian anggota keluarga, kondisi rumah yang kurang layak, inklusi komunitas, isolasi sosial dan struktur keluarga, misalnya, probabilitas. bahwa orang tua tunggal akan terlibat dalam kekerasan lebih tinggi.
- baca juga: Intimidasi Gender, Sexual Harassment
Pemahaman Mengenai Kekerasan Verbal
Menurut Agustin (dalam Juniawati. & Zaly, 2021 : 53-63) kekerasan verbal adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam bentuk memarahi, memaki, mengomel, dan membentak berlebihan, termasuk mengeluarkan kata-kata tidak patut kepada anak.terhambat. Kekerasan verbal merujuk pada penggunaan kata-kata kasar, menghina atau mengancam dalam interaksi interpersonal. Hal tersebut dapat terjadi dalam banyak konteks, termasuk hubungan pribadi, seperti antara pasangan, orang tua dan anak, atau antara orang di tempat kerja atau sekolah.
Verbal abuse mencakup bahasa yang kasar, menghina, melecehkan, mengancam, atau mengejek yang dimaksudkan untuk menimbulkan rasa sakit, rendah diri, dan perasaan negatif pada korban. Kekerasan verbal tidak melibatkan kontak fisik langsung, tetapi dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan dan kesehatan mental korban.
Kekerasan verbal dapat terjadi di banyak latar yang berbeda, seperti hubungan pribadi antara orang tua dan anak, atau antara orang di tempat kerja atau sekolah. Kekerasan verbal termasuk penggunaan bahasa yang kasar, menghina, melecehkan, mengancam atau mengejek yang dimaksudkan untuk menimbulkan rasa sakit, penghinaan dan perasaan negatif pada korban.
Efek dari kekerasan verbal pada korban bisa sangat merusak. Verbal abuse dapat menyebabkan kerusakan kesehatan mental, termasuk gejala depresi, kecemasan, dan trauma mental. Kekerasan verbal juga dapat mempengaruhi kualitas hubungan antarmanusia dan mengganggu perkembangan emosi seseorang.
Kekerasan verbal pada anak merujuk pada penggunaan bahasa yang kasar dan merendahkan, termasuk penggunaan kata-kata kotor, hinaan, atau ejekan dengan tujuan untuk menyinggung dan melukai anak secara lisan. Hal tersebut dapat menyebabkan anak merasa malu, merendahkan diri, dan mempengaruhi pandangan anak. Situasi tersebut, korban kekerasan verbal dapat merasakan efek negatif yang signifikan. Anak mungkin menderita rasa tidak aman, rendah diri dan kecemasan. Kekerasan verbal juga dapat menimbulkan efek psikologis yang serius seperti depresi dan trauma.
- baca juga: Orang Tua, Guru Utama Atasi Moralitas
Pemahaman mendalam tentang kekerasan verbal dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Pengetahuan mengenai kekerasan verbal dapat membantu individu mengenali tanda-tanda kekerasan verbal, baik sebagai korban maupun pelaku, dan mendorong diakhirinya praktik tersebut. Pendidikan dan informasi yang diberikan kepada masyarakat dapat membantu mengurangi kejadian kekerasan verbal dengan mengajarkan cara berkomunikasi yang sehat dan konstruktif. Melalui pemahaman lebih mengenai pelecehan verbal, kita dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman, saling menghargai, dan mendukung bagi semua orang.
Peran Orang Tua terhadap Menjaga Komunikasi dengan Anak
Menurut Susanti dan Nujanah (dalam Awal. & Nugraheni, 2022 : 90-96) penghargaan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan citra diri. Penghargaan yang ditunjukkan oleh orang tua merupakan bentuk penerimaan, pengakuan dan penghargaan terhadap anak. Ketika orang tua menawarkan hadiah positif, seperti pujian, pengakuan prestasi, atau dukungan emosional, hal tersebut dapat membantu meningkatkan harga diri anak. Anak merasa dihargai dan diterima sebagai orang yang berharga.
Penghargaan orang tua yang konsisten dan tepat juga dapat membantu anak mengembangkan citra diri yang positif. Anak menjadi lebih percaya diri, memercayai kemampuannya dan lebih mampu menguasai tantangan. Lingkungan yang saling menghormati, anak-anak juga umumnya merasa positif tentang diri sendiri dan lebih memahami potensinya. Sebaliknya, kurangnya penghargaan atau apresiasi negatif dari pihak orang tua dapat berdampak negatif pada citra diri anak. Anak-anak mungkin merasa tidak berharga dan tidak berharga atau meragukan kemampuan anak. Hal tersebut dapat menyebabkan harga diri rendah, rasa tidak aman dan pengembangan citra diri negatif.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak juga merupakan salah satu faktor krusial dalam membentuk relasi yang sehat dan mencegah terjadinya kekerasan lisan terhadap anak. Peran utama orang tua adalah sebagai contoh dan pendorong dalam proses berkomunikasi dengan anak. Pembentukan pola komunikasi yang positif, orang tua dapat membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung. Kesadaran orangtua mengenai aturan berbahasa (Awarness of the Norm) juga perlu ditingkatkan agar dapat mendorong penggunaan bahasa dengan akurat, tepat, sopan, dan hati-hati saat berinteraksi dengan anak.
Penekanan komunikasi yang positif dan terbuka, orang tua dapat mengembangkan hubungan yang erat dengan anak, meningkatkan pemahaman dan memberikan bimbingan dan arahan yang positif. Orang tua berperan sebagai fasilitator, membantu anak mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan aman dan tanpa rasa takut, sehingga meminimalkan risiko kekerasan verbal dalam keluarga.
Oleh karena itu, peran orang tua dalam menjaga komunikasi yang positif dan suportif dengan anak sangat penting untuk mencegah kekerasan verbal. Melalui pewujudan lingkungan keluarga yang menawarkan rasa hormat, dukungan, dan komunikasi yang baik, orang tua dapat membantu anak mengembangkan keterampilan komunikasi yang sehat dan meminimalkan risiko terjadinya kekerasan verbal dalam keluarga.
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Verbal terhadap Anak
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (dalam Maghfiroh. & Wijayanti, 2021, : 187-193) stres orang tua merupakan salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan orang tua terhadap anak. Stres orang tua adalah tingkat stres yang dialami orang tua dalam mengasuh dan membesarkan anaknya. Ketika orang tua mengalami tingkat stres yang tinggi, emosional menjadi tidak terkontrol, sehingga memicu sikap kurang sabar dan mengakibatkan kurang mampu menghadapi konflik atau emosi negatif.
Stres dalam menjadi orang tua dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain tekanan keuangan, tuntutan pekerjaan, kurangnya dukungan sosial, konflik perkawinan, atau masalah kesehatan fisik atau mental. Saat orang tua berada di bawah tekanan , mengakibatkan orang tua kesulitan menjaga keseimbangan, memberikan perhatian yang cukup kepada anak, atau mengelola konflik dengan cara yang sehat.
Stres orang tua yang tidak terkendali dapat mendorong perilaku kekerasan pada anak. Orang tua yang merasa terjebak dalam situasi stres mungkin lebih rentan terhadap kemarahan atau ketidaksabaran yang berlebihan terhadap perilaku anaknya. Hal tersebut dapat membuat orang tua menggunakan kekerasan fisik dan verbal untuk melampiaskan rasa frustrasi atau merasa terkendali.
Penting bagi orang tua untuk menyadari tingkat stres yang alami dan mencari dukungan serta strategi yang tepat untuk mengelola stres tersebut. Upaya untuk mengurangi stres mengasuh anak, seperti mencari bantuan atau dukungan sosial, mengatur waktu dengan bijak, mengadopsi strategi pengasuhan yang positif, dan menjaga kesehatan fisik dan mental dapat membantu mencegah kekerasan terhadap anak dan menumbuhkan lingkungan keluarga yang aman dan mendukung.
Upaya Mencegah Kekerasan Verbal terhadap Anak
Menurut Usman (dalam Nurmalina, 2021 : 1616-1624) pendidikan ramah anak dalam keluarga dapat berlangsung dalam beberapa tahap, diantaranya : 1) komunikasi yang seimbang antara orang tua dan anak. 2) praktikkan disiplin tanpa kekerasan. 3) menerapkan pengembangan kepribadian positif pada anak.
- baca juga: Fenomena KDRT di Masa Pandemi Covid-19
Teori tersebut menjelaskan bahwa pendidikan ramah anak dalam keluarga dapat terdiri dari beberapa langkah penting yang dapat dilaksanakan. Komunikasi yang seimbang antara orang tua dan anak meliputi mendengarkan dengan seksama, memberikan waktu dan ruang kepada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan tanggapan yang baik dan membangun. Komunikasi yang seimbang memungkinkan orang tua untuk lebih memahami anak dan membangun hubungan yang kuat.
Perlu mengambil pendekatan yang lebih bijaksana dan positif untuk menangani perilaku kekerasan verbal terhadap anak-anak. Orang tua harus menghindari kekerasan fisik atau verbal sebagai cara untuk mengendalikan anak. Sebaiknya, orang tua harus mengambil pendekatan yang lebih berempati. Penjelasan, konsekuensi yang sesuai, atau strategi pemecahan masalah yang bertujuan untuk membantu anak belajar dan berkembang dengan baik.
Penerapan perkembangan kepribadian positif pada anak juga penting sebagai upaya pencegahan tindakan verbal abuse. Orang tua berperan penting g membantu anak mengembangkan kepribadian yang positif dan sehat. Orang tua dapat mencontohkan perilaku yang baik, mempromosikan nilai-nilai moral dan etika, dan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan minat, bakat, dan keterampilan anak. Tujuan pendidikan ramah anak dalam keluarga adalah untuk menciptakan suasana yang mendukung perkembangan positif anak dan memberikan dasar yang kokoh bagi tumbuh kembangnya yang baik.
Penenerapan pola asuh ramah anak dalam keluarga melalui komunikasi yang seimbang, disiplin tanpa kekerasan dan pengembangan pribadi yang positif, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak. Pendidikan yang berpusat pada anak membuat anak merasa dihargai dan didengar, serta mendorong untuk tumbuh menjadi orang yang sehat, bahagia dan bertanggung jawab di masyarakat.
Kesimpulan
Pemahaman tentang kekerasan verbal harus ditingkatkan. Mengetahui berbagai bentuk kekerasan verbal terhadap anak dapat meningkatkan kesadaran akan masalah tersebut dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi anak dari perlakuan yang tidak diinginkan. Orang tua berperan penting dalam menjaga komunikasi dengan anak. Menghargai orang tua dapat membantu meningkatkan harga diri anak dan mengembangkan citra diri yang positif.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak juga penting untuk membangun hubungan yang sehat dan mencegah kekerasan verbal terhadap anak. Orang tua dapat mengembangkan hubungan yang kuat dengan anak-anak melalui komunikasi yang positif, terbuka dan penuh kasih sayang.
Faktor penyebab orang tua melakukan kekerasan verbal pada anak adalah stres. Tingkat stres yang tinggi dapat memicu ketidaksabaran dan berujung pada perilaku kekerasan. Penting bagi orang tua untuk mengelola stres yang dialami untuk menemukan dukungan dan strategi yang tepat untuk mencegah kekerasan terhadap anak.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara membesarkan anak secara layak bagi keluarganya. komunikasi yang seimbang antara orang tua dan anak, praktik pendisiplinan tanpa kekerasan dan penerapan pengembangan kepribadian positif pada anak dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak dan mencegah kekerasan verbal.
Secara umum dapat ditarik kesimpulan tentang pentingnya pemahaman kekerasan verbal, peran orang tua dalam menjaga komunikasi dengan anak, penyebab terjadinya kekerasan verbal pada anak, dan upaya pencegahan kekerasan verbal melalui pola asuh ramah anak dalam keluarga. Melalui pemahaman dan tindakan yang benar, dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak.
Oleh: Bravi Pranaduta, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
Daftar Pustaka
Asmah, A., Sulaiman, S., & Noorhapizah, N. (2023). Adversity Quotient sebagai Perantara Pengaruh Persepsi dan Kecerdasan Mengelola Emosi terhadap Kekerasan Verbal pada Anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 225-239.
Awal, R. N., & Nugraheni, P. L. (2022). Pengaruh Kekerasan Verbal Orang Tua terhadap Konsep Diri Remaja. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi: JPPP, 11(02), 90-96.
Cahyo, E. D., Ikashaum, F., & Pratama, Y. P. (2020). Kekerasan Verbal (Verbal Abuse) dan Pendidikan Karakter. Jurnal Elementaria Edukasia, 3(2), 247-255.
De Vega, A., Hapidin, H., & Karnadi, K. (2019). Pengaruh Pola Asuh dan Kekerasan Verbal terhadap Kepercayaan Diri ( Self-Confidence). Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 433-439.
Erniwati, E., & Fitriani, W. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Orang Tua Melakukan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 1-8.
Indrayati, N., Iqomh, M. K. B., & Fahdiyah, H.(2021). Penerapan Komunikasi Efektif Orang Tua untuk Pencegahan Kekerasan Verbal pada Anak. Jurnal Dikemas, 1(1), 5-12.
Juniawati, D., & Zaly, N. W. (2021). Hubungan Kekerasan Verbal Orang Tua terhadap Kepercayaan Diri pada Remaja. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 5(2), 53-63.
Maghfiroh, L., & Wijayanti, F. (2021). Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal pada Anak Usia Sekolah di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 187-193.
Mahmud, B. (2020). Kekerasan Verbal pada Anak. AN-NISA: Jurnal Studi Gender dan Anak, 12(2), 689-694.
Nurdiantami, Y., Prasetya, A. K., Zahra, A. S. A., Martua, C. P., Fatah, R. S., & Pertiwi, R. (2022). Hubungan Antara Pengetahuan Sosial Emosional Anak dan Respons Anak Terhadap Pengasuh. Prepotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 1574-1580.
Nurmalina, N. (2021). Penganiayaan Emosional Anak Usia Dini melalui Bahasa Negatif dalam Kekerasan Verbal. Penganiayaan Emosional Anak Usia Dini melalui Bahasa Negatif dalam Kekerasan Verbal, 5(2), 1616-1624.
Wati, H. (2019). Pengaruh Kekerasan Verbal terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia 4- 6 Tahun di Desa Talangrio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko (Doctoral Dissertation, IAIN Bengkulu).