Anak Muda dan Sejarah Masa Depannya

anak muda dan masa depannya

Modernis.co, Malang – Peran anak muda dalam sejarah yang panjang di perpolitikan Indonesia telah mengalami dialektika dengan berbagai konteks sosio-kultural yang dihadapinya. Jauh sebelum Indonesia merdeka, anak muda telah memperlihatkan partisipasi politik yang tinggi. Sebagai manifestasi dari keinginan untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat.

Pada abad ke-20, anak muda dalam politik Indonesia merupakan fenomena yang khas. Meluasnya kesempatan penduduk untuk memperoleh pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, disintegrasi masyarakat primitif, serta perkembangan teknologi yang begitu pesat. Membuka sekaligus membentuk nilai-nilai rasional dalam pemikiran yang menjadi dasar bagi gerakan politik anak muda.

Rasionalisasi nilai-nilai tradisional seolah-olah mengguncang bagi sebagian masyarakat. Terutama pada masyara­kat yang bersifat tertutup dan primitif, khususnya terhadap nilai-nilai baru, didukung oleh agama yang dipahami dan dipraktekkan bersifat konservatif. Anti re­formisme dan berbagai persoalan budaya yang ikut menentukan gerak awal kaum muda dalam politik Indonesia.

Berdirinya Budi Utomo 1908 dengan mengusung isu yang berkaitan dengan persoalan kebangsaan, merupakan manifestasi dari kesadaran rasionalisasi nilai-nilai perjuangan, dari hegemoni nilai-nilai paternalistik dan sikap pasrah kepada upaya rasional­isasi pemahaman.

Maka kemudian dari BO berdirilah Taman Siswa (Ki Hajar Dewantara/ Suwardi Suryaningrat) dan kemudian Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah. Tahun 1928, para anak muda pun bergerak pada ranah yang sama untuk membangun Indonesia merdeka, tahun 1930-an, kaum muda semakin aktif dalam pergerakan politik nasional dengan berdirinya berbagai gerakan kebangsaan yang dimotori oleh anak muda.

Anak muda disebut-sebut memiliki peran penting dalam berbagai gerak sejarah bangsa. Anak muda adalah investasi yang bisa dijadikan sumber inspirasi, bertukar energi dengan anak muda itu sangat penting untuk mengolah informasi yang diperoleh dari berbagai sudut pandang dengan situasi politik seperti sekarang ini.

Dalam sejarah Indonesia, khususnya pada bidang politik dan juga bidang ekonomi sesungguhnya anak muda selalu menjadi motor. Anak muda merupakan pelaku utama yang mendominasi di era pergerakan. Di era kemerdekaan baik demokrasi terpimpin, parlementer, sampai di awal  orde baru, semua pelakunya adalah anak muda. Jadi tak perlu dipungkiri bahwa Indonesia dibangun atas pondasi kekuatan anak muda yang luar biasa.

Di masa mendatang, kita dihadapkan pada situasi yang juga luar biasa, yaitu bonus demografi yang otomatis melahirkan anak-anak muda yang baru. Sehingga pemilih terbesar untuk saat ini juga antara  40%-55% adalah pemilih muda. Oleh karena itu tantangan terbesar saat ini ialah menyadarkan anak muda untuk memiliki kesadaran yang otentik terhadap bangsanya. Kesadaran kewarganegaraan yang kuat, dan juga mau berpartisipasi secara berkualitas menjadi maju dan berdaya.

Berkaca dari karakter anak muda, seringkali mereka memang punya semangat yang besar, emosional cukup tinggi dan berkobar-kobar. Jika diibaratkan dengan kendaraan, bisa dikatakan anak muda punya gas yang kuat akan tetapi remnya kurang. Semangat yang berkobar-kobar inilah yang perlu diantisipasi dan diarahkan sehingga muaranya akan menghasilkan sesuatu yang produktif.

Belajar dari sejarah panjang yang pernah dilalui bangsa ini. Perlu adanya kolaborasi antara golongan tua dan golongan muda. Tetapi kemudian jangan menjadikan anak muda hanya sebagai pemandu sorak (cheerleader), sebagai penonton, atau hanya sebagai pelengkap.

Namun harus sebagai pelaku aktif yang harusnya diberikan kesempatan yang sama untuk berkreasi dan berinovasi. Problematika yang sering terjadi di Indonesia tidak semata-mata berlatar belakang SARA, namun juga konflik antara generasi tua dan muda yang tidak terekonsiliasi.

Golongan tua ingin terus bercokol dan kemudian memanipulasi kekuatan anak muda. Di satu sisi, anak muda juga tidak sabaran, sehingga harus ada upaya untuk bekerjasama membangun jembatan saling pengertian. Karena kelompok tua yang pastinya sudah bercokol lama. Otomatis ada kepentingan tertentu yang ingin dicapai. Inilah pengingat bagi siapapun pemimpin bangsa ini ke depan. Jika ingin maju dan progresif maka harus terus mengoptimalkan anak muda.

Memperkuat anak muda adalah salah satu hal yang sangat pelik hari ini. Indonesia sekarang ini terjadi ketimpangan sosial yang luar biasa jika bicara soal anak muda kota dan anak muda desa dalam hal ini kapasitas dan integritasnya tidak merata. Hal inilah yang menjadi PR negara.

Namun kita juga tidak bisa mengharap negara bisa melakukan banyak hal. Negara adalah bagian kecil kekuatan ekonomi politik yang lain, baik itu skala internasional, regional, nasional, maupun lokal.

Perlu dibangun kolaborasi yang konsentrasi utamanya memerdekakan anak muda. Di negara ini, anak muda lebih dianggap sebagai competitor bahkan penggangu, atau juga sebagai kelompok-kelompok radikal ekstrem. Padahal anak muda merupakan investasi utama yang harus diperkuat potensinya.

Bahkan di negara-negara maju, baik maju demokrasinya maupun ekonominya selalu concern pertamanya adalah pemberdayaan anak muda. Anak muda merupakan orang-orang yang rentan dalam masyarakat, yang memang harus diperkuat di berbagai bidang, baik itu bidang bisnis, bidang sosial budaya, dan bidang politik.

Problem sebelumnya yang pernah terjadi telah memberikan pelajaran bagi kita bahwa golongan tua seperti kelompok oligarki, kartel, mafia dan seterusnya yang penuh dengan kepentingan tertentu seringkali ingin bercokol terus, dengan berbagai ransel atau kepentingan yang melekat dengan mereka. Sementara anak muda yang baru lahir, baru menetas, dan kemudian tumbuh berkembang, mereka pasti melihat sebuah idealisme itu yang harus mereka kerjakan.

Hari ini sangat sedikit sosok yang bisa dijadikan teladan bagi anak muda. Mereka bahkan menemukan sesosok teladan bukan dari komunitas atau bangsanya sendiri. Tapi kemudian mereka memposisikan heroisme itu justru dari masyarakat lain yang mereka lihat di televisi, internet, dan seterusnya.

Apabila pemimpin-pemimpin kita cukup sensitif dan aware dengan perkembangan anak muda, sesungguhnya harus segera membuat sebuah kebijakan yang ramah terhadap perkembangan anak muda secara lebih positif. Kebijakan yang ada sekarang terkesan masih belum terlihat, masih sangat parsial, jadi negara harus lebih serius, dan kerja keras untuk mengerjakan kebijakan yang benar-benar memperkuat dan memberdayakan anak muda.

Anak muda hari ini masalahnya adalah marjinalisasi, teralienasi, dan akhirnya sibuk sendiri. Seolah olah tidak peduli, namun sesungguhnya peduli dan menyimpan energi atau power yang luar biasa. Intinya kita perlu mengerucut pada proses perubahan kebijakan yang positif bagi anak muda.

Positif bagi anak muda, diharapkan positif juga bagi masyarakat. Karena hampir semua isu anak muda terkait dengan masyarakat luas. Seperti infrastruktur, pendidikan, kewirausahaan dan lain sebagainya yang semuanya melibatkan anak muda. Negara sebagai wadahnya harus segera memperkuat dan memberdayakan anak muda tidak hanya kapasitasnya, tapi juga integritasnya.

Anak muda jangan hanya dijadikan sebagai tim hore atau penggembira belaka, anak muda harus menjadi aktor utama, dalam setiap pergerakan bangsa. Termasuk dalam konteks kepemimpinan nasional. Anak muda harus mempersatukan dan mewadahi kekuatan untuk membangun the real social movement. Mereka harus tampil, bermitra, bertindak, dan bersinergi untuk memajukan bangsanya.

Oleh: Nainunis Nailati (Ketum Komisariat IMM Titanium Universitas Negeri Malang)

 

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment