Modernis.co, Jakarta – Niatnya mau peduli tapi justru over dan bikin anak jadi manja. Hadeuh! Kalo gini ntar yang susah juga kita lagi moms!
Sebagai orang tua kita pasti mau yang terbaik buat anak-anak ya. Kayak gak tego gitu pas liat anak lagi bingung atau gak bisa melakukan sesuatu, akhirnya kita take over tuh.
Kalo kayak gini justru akan membuat anak menjadi manja. Sedangkan, bocil tuh hanya butuh dukungan dari orang tuanya. Sebagai wujud dari kepedulian dan kasih sayang.
Tapi harusnya ada dong ya kekhawatiran atau kepikiran, jangan-jangan kita terlalu memanjakan? ntar dia jadi manja gimana?
Yap betul betul, cinta dan perhatian ke anak itu wajib, tapi kalau semua effort hidup anak selalu kita cover (istilahnya Helicopter Parenting), nanti mereka jadi rapuh.
Anak yang terlalu dimanja atau clingy itu terlalu bergantung pada orang lain, sehingga bakal ngalamin banyak kesulitan kalo suatu saat nanti dia harus melakukan sesuatu sendiri.
Sifat manja tuh susah dirubah jadi mandiri dan gampang kena tekanan mental pas dia gak bisa nyelesaiin tantangannya sendiri. Yakin deh, anak manja pasti lebih sering tantrum.
Nah, ini dia 5 jurus jitu buat kasih sayang maksimal, tapi hasilnya bikin anak jadi mandiri, kuat, dan auto-glow up!
1. Ajarkan “Glow Up” Lewat Usaha, Bukan Instan
Kita sebagai orang tua harus paham kalo cinta itu bukan berarti selalu memberi apa yang diminta anak. Atau selalu ambil alih semua tugas atau tanggungjawab anak.
Kalau anak ingin sesuatu jangan langsung dibeliin, pikirin dulu atau coba deh challengge dan kasih keinginannya sebagai hadiah atau apresiasi atas usahanya.
Ortu juga bisa lho ngajak mereka berusaha sendiri buat mewujudkan keinginannya. Misal nih mereka nabung dari uang jajan atau minta mereka melakukan tugas tambahan di rumah sebagai syarat.
Dengan begini, anak belajar bahwa tercapainya keinginan atau harapan itu butuh proses dan usaha. Mereka akan lebih menghargai kerja keras, bukan sekadar menerima hasil instan.
2. Berani Bilang “Tidak” dan Tunjukkan “Red Flag”
Seringkali, orang tua takut mengatakan “tidak” karena gak tega lihat anak tantrum atau kecewa. Padahal, batasan itu penting banget.
Menolak permintaan yang tidak penting itu adalah green flag dalam parenting. Sebab, ketika kita menolak dengan alasan jelas, kita mengajarkan mereka tentang batasan sehat dan realitas.
Jelaskan kenapa permintaan itu tidak bisa dipenuhi, tanpa perlu marah-marah. Sehingga, dengan begitu anak belajar mengelola rasa kecewa.
Mereka akan paham bahwa merengek tidak selalu berhasil dan mulai mengenali apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
3. Libatkan Anak dalam Tanggung Jawab Rumah
Jangan biarkan anak hidup lowkey tanpa tanggung jawab. Sejak kecil, libatkan mereka dalam tugas rumah tangga sesuai usia mereka.
Melibatkan mereka buat ngerjain tugas rumah tuh bukan soal eksploitasi anak yak ges. Hal ini lebih ke ngajarin anak kemandirian dan tanggungjawab.
Contohnya, minta mereka merapikan mainan sendiri, membereskan tempat tidur, atau menyiapkan bekal sekolah. Lupa buku pelajaran, jangan dianter. PR belum selesai, jangan ortu yang ngerjain pagi-pagi.
Misalnya lagi nih, kalau mereka lupa bawa bekal, jangan langsung buru-buru mengantar, sesekali biarin aja mereka nanggung resikonya seharian.
Biarkan mereka merasakan konsekuensi alami. Pengalaman ini akan melatih mereka menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan siap menghadapi kehidupan nyata.
4. Beri Ruang untuk Melakukan Kesalahan
Sebagai orang tua, kita sering overprotektif dan buru-buru membantu saat anak kesulitan, takut mereka gagal atau melakukan kesalahan. Sehingga kamu perlu stop itu semua. Justru dari kesalahan mereka akan belajar.
Biarkan anak mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri, meskipun hasilnya masih berantakan. Tugas kita adalah mendampingi dan memberikan dukungan, bukan mengambil alih.
Ketika mereka salah, alih-alih memarahi, diskusikan aja. “Eh dek, coba deh menurutmu, apa yang salah? Besok kita coba lagi ya!” Cara ini membangun rasa percaya diri dan melatih kemampuan problem solving.
5. Komunikasi Terbuka Bikin Anak Merasa “Valid”
Kasih sayang yang paling otentik adalah komunikasi terbuka. Luangkan waktu khusus buat mendengarkan cerita mereka, tanpa distraction dari gadget kita sendiri.
Dengarkan keluh kesah mereka, validasi perasaan mereka “Oh, kamu sedih ya karena kalah main?”, tapi tetap ajak mereka mencari solusi.
Hubungan yang terbuka (sering disebut egaliter dalam parenting kekinian) membuat anak merasa “valid” dan dicintai, sehingga mereka tidak perlu bertingkah manja atau tantrum untuk mencari perhatian.
Mereka tahu, ada tempat aman untuk bercerita dan itu bagus banget buat perkembangan mental buah hati tercinta. Demikian cara ngasih perhatian ke anak tanpa perlu bikin anak manja.
Yuk terapkan beberapa hal di atas untuk mendukung masa depan mereka jadi anak yang siap bersaing! (IF)