Peran Agama di Era Milenial

urgensi pancasila

Modernis.co Malang – Generasi millennial saat ini menyita perhatian semua kalangan. Generasi ini sering menjadi perbincangan dalam segala aspek, baik dari segi pendidikan, norma-norma, kesadaran sosial, termasuk ketergantungan terhadap penggunaan teknologi. Generasi ini muncul di era milenial.

Era millennial merupakan fenomena yang muncul pada masyarakat saat ini. Fenomena yang bisa dilihat dari  aktivitas sehari-hari, kebiasaan, ketergantungan kepada koneksi internet, bersifat individual, egoisme, narsis, eksis, kerawanan mental dan lain sebagainya.

Generasi millennial dianggap sebagai pembawa nilai-nilai negatif karena pengaruh yang dikonsumsi datang dari luar. Generasi millennial sangat terbuka dengan teknologi. Contoh, setiap orang mempunyai smartphone dengan segala fitur terbaru yang ditawarkan. Facebook, youtube, twiter, instagram, whatshap dan lain sebagainya merupakan media yang paling banyak digunakan oleh generasi millennial.

Dampak positif dan negatif dari kemajuan dunia di era ini menjadi boomerang aktif disemua sisi-sisinya. Ketika kemajuan dianggap sebagai kiblat bagi generasi millenial. Kiblat kebebasan, kiblat kebenaran, kiblat kemodernan dianggap seperti yang dilakukan oleh orang kebanyakan. Padahal tidak semua yang dilakukan orang banyak selalu benar.

Hal ini dikarenakan perubahan cara hidup yang mencolok dengan generasi sebelumnya. Perubahan yang sangat dominan ini menyebabkan lahirnya sikap, idiologi, dan paham yang sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Tidak pahamnya generasi millenial terhadap nilai-nilai yang ada dalam Islam mengakibatkannya lari dari kebenaran yang sebenarnya.

Menyalahkan Islam sebagai penghambat kemajuan, pengekang kebebasan, pencipta permusuhan, biang terorisme, dan lain-lainnya. Semua pendapat ini banyak dikonsumsi oleh generasi millenial melalui media-media yang adaa saat ini. Agama dianggap sebagai sesuatu yang melahirkan diskriminasi bagi pemeluknya. Ini menjadi pekerjaan rumah  yang sangat besar bagi umat Islam untuk meluruskan pemahaman ini.

Padahal Islam sebagai agama rahmatallil ‘alamin tidak pernah membelenggu umat Islam untuk maju. Islam datang seperti cahaya disaat kegelapan meliputi semesta. Islam datang seperti hujan di gurun pasir yang membawa kesejukan dan kedamian bagi sesama. Islam tidak pernah membelenggu kreativitas manusia saat ini. Islam hanya memberikan rambu-rambu yang jelas tentang sebuah perkara supaya tidak salah dalam menyikapinya.

Penggunaan media-media sosial yang  hampir 24 jam dinikmati ini, tidak hanya menyuguhkan informasi yang akurat. Banyak juga modus-modus kejahatan, penipuan yang digencarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Penyebaran informasi bohong (hoaks), vidio-vidio yang tidak layak ditonton, penyebaran paham yang meresahkan masyarakat menjadi masalah sosial yang sulit untuk ditangani secara nyata.

Selain itu, batas pengguna aplikasi-aplikasi tersebut tidak sepenuhnya terkontrol sehingga anak-anak dibawah umur telah melihat aksi yang seharusnya tidak mereka lihat. Kondisi seperti ini hampir meliputi setiap aktivitas yang terjadi di dunia maya. Akhirnya, mental-mental manusia saat ini secara perlahan mengalami perubahan, baik secara cepat maupun lambat.
Nilai-nilai sosial yang dulu sangat dielu-elukan seakan sudah hilang entah ke mana. Adat istiadat yang menjadi kontrol sosial seakan telah ditinggalkan oleh masyarakat muda.

Mereka lebih mengedepankan rasionalisme dan egoisme dalam menyikapi sesuatu. Ketika paham mereka tidak sampai maka emosi yang akan mencuat kepermukaan. Kemarahan, makian, cercaan, aksi brutal menjadi tontonan yang lumrah saat ini.

Tidak pahamnya generasi millenial terhadap nilai-nilai yang ada dalam Islam mengakibatkannya lari dari kebenaran yang sebenarnya. Untuk menyeimbangkan, harus dilandasi dengan norma-norma yang ada dalam Islam. Ada rambu-rambu yang harus dijadikan pedoman dalam pemanfaatan teknologi. Selain itu, individualisme, egoisme, hedonisme yang mendominasi generasi millennial akan bisa diminimalisir melalui pendekatan-pendekatan agama.

Pendekatan agama atau dakwah terhadap generasi millennial juga harus dilakukan melalui pemanfaatan media-media komunikasi karena pengguna terbanyak adalah generasi millennial. Dakwah melalui pemanfaatan media komunikasi dan teknologi akan lebih mudah mencapai sasaran karena beda generasi beda pula cara pendekatan yang digunakan.

Generasi millennial sudah diberikan pilihan dari yang seperti apa yang akan mereka cari, style seperti apa yang akan mereka ikuti, materi apa yang mereka butuhkan, semua ini sudah bisa mereka dapatkan melalui situs-situs yang tersedia. Kapan waktunya, berapa lama, di mana, semuanya sudah bisa diatur oleh generasi millennial karena semua pilihan ini sudah tersedia Pemahaman agama yang baik bagi generasi millennial akan menjadikannya manusia yang sesungguhnya.

Percaya akan kebenaran Islam, sadar terhadap kebutuhan individu dan sosialnya. Hidup tidak hanya untuk mengedepakan egoisme saja, tetapi kemampuan untuk menerima keberadaan orang lain juga penting.
Terlepas dari pengaruh negatif yang dianggap mendominasi generasi millennial maka ada sisi lain yang membantah kondisi ini. Dibalik label negatif yang melekat pada generasi millennial, mereka merasa tidak ada masalah dengan kondisi yang ada.

Generasi millennial menganggap kemajuan yang terjadi saat ini harus dimanfaatkan secara optimal. Kecanggihan media informasi, transportasi, dan teknologi menjawab segala kebutuhan manusia masa kini. Kecanggihan seperti ini menjadi kebanggaan bagi generasi millennial yang sangat menikmati kecanggihan yang ada saat ini.

Selain dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata media sosial juga bisa dijadikan media pembelajaran, misalnya pemanfaatan vidio-vidio terkait materi yang diajarkan bisa kita dapatkan melalui aplikasi-aplikasi yang ditawarkan.

Padahal jika media sosial dimanfaatkan secara bijak maka banyak keuntungan yang bisa diperoleh bagi penggunanya. Melalui aplikasi-aplikasi yang ditawarkan, manusia saat ini dipermudah dalam proses komunikasi. Komunikasi tidak lagi tergantung kepada jarak tempuh dan waktu, dan biayanya lebih murah.

Oleh : Alfareza Oktamaulia (Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment