Neokomunisme Global, Alternatif Sistem Ekonomi Pasca Covid-19

khusnul Khuluq aktivis imm dan intelektual muda muhammadiyah

Modernis.co, Jambi – Pada kesempatan kali ini, kita akan sedikit mendiskuiskan tentang Covid-19. Dalam perpekstif seorang filsuf posmodern. Slavoj Zizek namanya. Ya, seorang filsuf nyentrik. Yang bergelar “The most dangerous philosopher in the West” itu.

Dia adalah seorang filsuf berkebangsaan Slovania. Seorang Psikoanalis. Juga salah seorang marxian yang sangat produktif. Hegelian, juga Lacanian. Buku terbarunya berjudul “Pandemic: Covid-19 Shakes the World”. Baru dirilis  bulan lalu.

Mengapa Dunia Heboh Dengan Covid-19?

Sebelum kita ke Zizek. Kita akan mengulas pertanyaan ini terlebih dahulu. Mengapa dunia begitu heboh dengan Covid-19? Pertanyaan yang sederhana. Namun perlu duduk sejenak. Untuk memikirkan jawabannya. Juga untuk membuat analisa. Mengapa pertanyaan itu muncul.

Mengapa isu Covid yang menjangkit begitu mencuat? Apakah karena menelan korban yang begitu masif? Apakah karena covid menutup paksa jaur transportasi di banyak wilayah? Ataukah karena covid menghentikan pertumbuhan ekonomi?   

Fakta kemanusiaan mengatakan bahwa, sebelum merengseknya covid, sekitar 8000 anak mati karena kelaparan. Tiap harinya. Itu tragedi kemanusiaan. Namun, mengapa tragedi kemanusiaan itu tidak begitu heboh? Seakan itu menjadi cerita imajinasi.

Kematian masif karena kelaparan. Itu hanya pucuk gunung es. Ada persoalan akut di balik itu. Kemiskinan, utamanya di negara-negara berkembang. Angkanya jauh lebih besar.

Kesenjangan ekonomi juga salah satu persoalan. Yang menyumbang angka kematian dunia karena kelaparan. Namun, mengapa tragedi kemanusiaan itu tidak menggemparkan dunia? Seakan itu hal biasa.

Kematian berskala masif karena kelaparan dan kemiskinan. Walaupun itu benar terjadi. Namun terdengar begitu jauh di luar sana. Sama sekali tidak memicu kehebohan. Apa lagi membangkitkan empati. Padahal, virus kelaparan itu mewabah secara laten.  Namun media-media besar sama sekali tidak tertarik. Untuk memberitakannya.

Yang lebih ironik lagi, virus kelaparan itu terus merengsek. Terus mewabah meski sudah ada vaksinya. Ya, makanan. Itulah antivirus untuk menanggulangi virus kelaparan. Yang sangat mematikan itu. Namun, vaksin itu tidak terdistribsi dengan baik.

Jadi, mengapa Covid begitu menghebohkan dunia? Ya, karena virus itu tidak hanya membunuh orang-orang miskin. Tapi juga membunuh orang-orang kaya. Virus itu begitu menghebohkan, karena virus itu juga bisa membunuh orang-orang kaya.

Zizek Menyoal Covid-19

Seorang filsuf posmodern, tampilannya begitu sederhana. Namun nyentrik, Slavoj Zizek. Bukunya terbaru bertajuk “Pandemic: Covid-19 Shakes the World”. Dia tidak mengambil royalti untuk dirinya atas bukunya itu. Sepenuhnya dia sumbangkan untuk penanggulangan pandemi. Dalam bukunya itu. Dia mendukung fakta bahwa covid hanya memicu kepanikan bagi pasar.

Bagaimana penjelasannya? Menurutnya, covid hanyalah memberi ancaman pada pasar. Yang artinya, satu-satunya entitas yang terancam oleh covid adalah pasar. Itu mengapa covid memicu kehebohan.

Penguasa pasar global adalah kalangan elite ekenomi kelas kakap. Disokong oleh media-media besar. Dan, dengan merengseknya covid, mereka terancam. Itu mengapa mereka berteriak. Lewat media-media besar. Yang kemudian memicu kehebohan. Itulah penjelasannya. Mengapa covid begitu membuat heboh.

Dalam bukunya itu. Dia menuturkan bahwa, memang, media menghimbau agar publik tidak panik. Namun dalam perspekif ini, media justru menunjukkan kepanikannya. Media yang menyokong penguasa pasar Itu panik.

Mereka panik. Lantaran covid akan menggerus pasar. Yang artinya, dagangan para elit itu akan mangkrak. Karena itu, mereka memberitakan pada publik. Sebagai upaya mempertahankan pasar.

Sistem Ekonomi Global Pasca Covid

Memang, covid melumpuhkan pasar. Paling tidak untuk sementara waktu. Di beberapa wilayah. Yang artinya, sistem ekonomi global akan tersendat. Pedagangan akan berhenti. Produksi berhenti. Distribusi juga berhenti. Kemudian apa setelah itu?

Dalam salah satu bagian dari bukunya itu. Zizek menawarkan sebuah alternatif pasar pasca covid. Komunisme global. Itulah pilihan terbaik pasca merengseknya covid. Menurut zizek, hanya ada dua pilihan pasca covid. Komunisme global atau barbarisme global.

Covid memberikan konsekuensi bagi sistem ekonomi global. Kondisi itu memberikan kesempatan pada komunisme. Di mana otoritariansisme menjadi batu loncatannya. Ya, koordinasi produksi dan distribusi. Itulah yang perlu dipertimbangkan pada level global.

Mengapa komunisme? Menurut Zizek, pasca merengseknya covid, komunisme, atau saya menyebutnya neokomunisme global, adalah alternatif paling baik kemungkinannya. Untuk menghindari barbarisme global.

Ingat, selain mengubah cara hidup, covid juga memunculkan virus-virus kebudayaan baru. Seperti hoax, tuduhan konspirasi, sentimen, atau bahkan rasisme. Dan itu, pada level tertentu akan berujung pada barbarisme global.  

Karena itu, menurutnya, koordinasi produksi dan distribusi. Di mana keduanya adalah salah satu fondasi dari komunisme. Itulah yang perlu dipertimbangkan pada level global. Untuk memulihkan sistem ekonomi pasca covid. Atau dengan kata lain, neokomunisme global adalah alternatif terbaik. Untuk sistem ekonomi global pasca covid-19. []

Oleh: M. Khusul Khuluq (Human Right Defender, Pegiat Filsafat, Kader Muda Muhammadiyah)

M. Khusnul Khuluq
M. Khusnul Khuluq

Muhammad Khusnul Khuluq, S.Sy., M.H. Alumnus Jurusan Syariah Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2015. Peraih The Asia Foundation Scholarship of Master Program on Syaria and Human Right Studies.

Leave a Comment