Humanity Above Religion (Faith), Searah atau Malah Terpisah?

Humanity Above Religion

Modernis.co, Surakarta – “Percuma menjadi religius kalau tidak manusiawi” “Daripada beragama tapi jahat, lebih baik berperikemanusiaan meski tidak beragama”. Kalimat yang menggambarkan langsung logika berpikir dimana terjadinya dikotomis antara Agama dan Humanitas (Perikemanusiaan).

Berkaca pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), yang merupakan standarisasi kemanusiaan yang formal dan di sepakati banyak negara pendukung humanisme. Dikotomis antara agama dan kemanusiaan mulai terlihat jelas disini, dimana hak-hak manusia benar-benar dominan, karena penyusun deklarasi ini tidak melibatkan agama-agama.

Sehingga pada tahun 1993 di New York terjadi reaksi agama-agama terhadap DUHAM, yakni peluncuran acara Poject on Religion and Human Right.

Melihat realitas sekarang, di saat seluruh dunia di guncangkan dengan adanya Chovid-19, isu Humanitas dan Religiutas pun sangat dipengaruhi. Dengan beberapa keputusan yang di keluarkan pemerintah pusat mengenai arahan untuk penutupan sementara masjid dalam melaksanakan sholat berjamaah sebagai salah satu langkah pemutusan rantai penyebaran covid-19 ini.

Keputusan ini bisa dibilang menuai pro-kontra masyarakat. Di situasi seperti ini, Kita di hadapkan dengan intervensi antara kelompok yang tetap ingin sholat berjamaah di masjid dan orang yang melaksanakan sholat di rumah masing-masing sebagai bentuk kepatuhan terhadap keputusan pemerintah.

Timbulnya pernyataan “Humanity Above Religion (Faith)”, Sangatlah membuat kita berpikir-pikir, apakah Religon dan Humanity merupakan dua hal yang bertentangan? Apakah dengan kita beragama, kita kehilangan jiwa kemanusiaan kita? atau mungkin dengan kita berperikemanusiaan, keimanan kita akan berkurang?”Lebih takut sama Tuhan atau sama virus?” Kalimat tanya yang sudah beberapa kali saya baca di laman media sosial saya.

Sampai saat ini, saya belum tahu asal muasal kalimat tersebut. Jika saya tafsirkan dari beberapa referensi yang dibaca, Kalimat ini merujuk pada keadaan orang-orang yang takut keluar rumah dan tidak mengerjakan sholat berjamaah di masjid karena takut adanya penyebaran covid-19 ketika keluar rumah.

Lewat video berdurasi 0.48 detik yang beredar di media sosial whatshapp. Dimana ada beberapa kelompok warga yang berusaha menurunkan spanduk sebuah maklumat yang terpasang di depan masjid, yang memerintahkan agar warga sementara sholat di rumah masing-masing, sehingga virus tidak menyebar luas.

Namun terdengar dalam video tersebut dari salah satu warga yang mengeluarkan statement Jangan takut sama Ridwan Kamil” Kemudian di tambahi dengan warga yang lain dengan kalimat yakni “Takutlah sama gusti Allah!”. Hal ini menggambarkan adanya pertentangan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, saat menanggapi keputusan pemerintah soal penutupan sementara masjid.

Kemudian, jika berbicara soal religion atau agama, maka tulisan ini tidak terlepas dari pemahaman agama saya yakni Islam. Islam merupakan Agama yang kompleks, yaitu sebagai Rahmatan Lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Islam juga mengatur 3 hubungan antara lain, Habluminannafs, Habluminannas dan habluminaAllah.

Habluminannafs adalah hubungan manusia dengan dirinya sendiri, seperti saat individu itu makan, tidur atau memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Kedua adalah Habluminannas, ini merupakan hubungan antara manusia dengan manusia lain. Misalnya muamalah dan saling tolong menolong antar manusia (Perikemanusiaan).

Kemudian hubungan yang ketiga adalah HabluminaAllah Yakni hubungan antara Manusia (Hamba) dan Tuhannya (Allah), Hubungan ini bisa dilihat dari proses individu dalam melaksanakan ibadah misal sholat dan puasa.

Dalam Situasi seperti ini, agama tidak mempersulit manusia, Agama mengajarkan untuk saling mengasihi dan menjaga, saling respect antar manusia, Hal ini pun di pertegas dalam hadist riwayat Ahmad, Bahwa nabi bersabda ” Barangsiapa dari ummatku yang ketika bangun tidak memikirkan tentang keadaan ummatku, maka dia bukan bagian dari ummatku”.

Selain itu dari kisah Nabi Muhammad Salallahu alaihi wassalam yang pernah saya baca, dijelaskan bahwa nabi sangat mengasihi orang-orang di sekitarnya baik Islam maupun non Islam. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menolong manusia yang berbeda agama. Hal ini membuktikan bahwa islam sangat mengatur hubungan antar manusia. Namun, hanya saja manusia itu yang memepersulit dirinya sendiri.

Melihat contoh lain dimana agama benar-benar menjunjung tinggi sebuah perikemanusiaan yaitu lewat salah satu hadist “Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek moyangmu juga satu”.

Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap orang yang berkulit hitam. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap yang berkulit merah. Kecuali dengan taqwanya.” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Haitsami).

Kesimpulannya adalah Agama “Islam” mengajarkan penganutnya untuk saling menjaga dan melindungi, Jadi tidak ada istilah “Humanitas above Religion” Karena jika kamu beriman maka hubungan antar manusia akan terjalin dengan baik. Maka keduanya terhubung. “Semakin religuis seseorang justru dia akan semakin manusiawi” Misykat, Ahmad Fahmi Zarkasyi, Hal.63.

Oleh : Alfrisa Renuat (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

editor
editor

salam hangat

Leave a Comment