Modernis.co, Malang – Zaman ini tidak bisa kita pungkiri bahwa kita tidak akan terlepas dari yang namanya media sosial, baik itu Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, maupun Youtube. Dari 24 jam yang tersedia sekitar 80% kita habiskan waktu untuk berlama-lama mengeres layar handphone kita keatas dan kebawah berulang dan terus berulang, memalingkan penglihatan kearah handphone untuk memastikan apakah ada notifikasi yang masuk.
Terlepas dari segala manfaat yang cukup baik dari media sosial yang bisa kita dapatkan, entah itu informasi penting, berita penting dan untuk mempermudah kita berkomunikasi dengan orang lain entah itu yang berjarak jauh maupun dekat, tetapi bila media sosial ini kita gunakan dengan secara berlebih-lebihan maka akan sangat berpengaruh buruk pada mental, pola pikir seseorang.
Saat kita menggunakan media sosial tubuh (otak) akan menghasilkan hormon dopamin, itu sebabnya saat kita menerima pesan atau notifikasi rasanya kita sangat bahagia ketika melihat itu, itu sebabnya juga saat merasa kesepian, ingin mencari perhatian dari orang lain terkadang kita mengirim pesan dengan mengetik “Hai” dan mengirimnya 12x pesan tersebut kepada orang lain.
Biasanya lagi akan membuat status atau instastory di Whatsaap maupun Instagram untuk menghilangkan kesepiannya ataupun mencari perhatian orang lain, karena kita tahu ketika itu mendapatkan respon begitu bahagianya yang dirasakan, begitulah cara kerja dari hormone dopamine agar kita menyukainya dan terus mengerjakan itu berulang-ulang.
Dopamin adalah suatu cairan yang sama, yang dihasilkan ketika mengkonsumsi alcohol, merokok maupun berjudi, artinya ini memiliki sifat kecanduan. Disaat sesorang mengunakan media sosial terhitung dari usia anak-anak, maka yang terjadi adalah perkebambangan dan pertumbuhan mengalami ganguan, baik secara mental ataupun lingkup perkembangan kognitifnya.
Ketika anak-anak mulai tumbuh dan banyak anak-anak yang tidak tahu bagaimana membentuk hubungan yang lebih dalam dengan orang lain, pada intinya lingkup sosial nyata mereka dangkal, pola pikir bahwa mereka tidak percaya kepada temanya muncul, mekanisme berpikir untuk meghadapi tekanan dan menyelesaikan masalah sangat buruk, dan mereka hanya bisa melakukanya dengan pergi ke media social kemudian menuliskan, mencurahkan masalahnya untuk diketahui semua orang.
Hal ini memang akan memberi kelegaan tetapi berskala sementara dan selanjutnya muncul permasalahan-permasalahan baru yang lebih besar sehingga tidak mampu untuk dihadapi, pada akhirnya mental si anak akan terganggu ia akan mengalami depresi, stress dan lain sebagainya. Media sosial sewajarnya tidak bisa disalahkan tetapi pengguna dan pengunaannya yang tidak wajar serta tidak berkeseimbangan.
Media sosial telah menjadi ruang utama untuk menilai hidup orang lain. Sudah terlalu banyak dari kita menjadikan media sosial untuk sebagai arah patokan utama untuk menilai hidup individu atapun kelompok.
Seorang motivator Abdin Suardi pernah berkata “Stop membandingkan kehidupan nyatamu dengan postingan di media sosial orang lain, itu tidak adil”. Media sosial adalah ruang sangat bermanfaat bila kita gunakan dengan cara yang benar, tetapi kebanyakan dari kita melewati batas wajar dalam menggunakan media sosial, kita gunakan itu untuk hal-hal yang tidak berguna.
Kita terlalu membandingkan kehidupan kita sendiri dengan kehidupan orang lain, hidup tidak akan tenang, kehidupanmu tidak akan pernah merasakan apa yang namanya bersyukur. Membandingkan akan memperbesar rasa iri, membandingkan akan melemahkan mentalmu dan akan mehancurkan pola pikirmu.
Hiduplah dengan versimu sendiri jangan hidup dengan versi orang lain, jalani apa yang sudah kamu anggap benar. Kata imam Al-Ghazali orang yang mengenal dirinya, ialah yang akan mendapatkan kebahagian sejati. Duduklah dalam ruang sunyi dan tanyakan pada dirimu sendiri, siapa aku ? dari mana aku datang ? apa tujuan aku datang ke dunia ini ? kemana aku akan pergi ? dan dimana kebahagian sejati aku temukan ? cobalah tanyakan pada dirimu, kenali dirimu kenali bahagiamu.
Oleh: Ahmad Shoalihin (Aktivis IMM Komisariat Cardiovascular)