Kejujuran di Balik Panen, Menggali Pentingnya Etika Bisnis Petani 

opini mahasiswa umm

Modernis.co, Jakarta – Dalam kehidupan bermasyarakat, penopang utama ketahanan pangan menjadi peran  yang sangat penting bagi seorang petani. Hasil kerja keras mereka dari ladang hingga ke meja  makan kita sebagai bukti nyata betapa strategisnya profesi ini. Namun, di balik panen yang  melimpah, terselip tantangan besar yang jarang disoroti: bagaimana kejujuran dan etika bisnis  dijaga dalam setiap langkah perjalanan hasil tani tersebut. 

Di tengah persaingan pasar yang  semakin ketat dan tuntutan konsumen terhadap produk berkualitas tinggi, petani dihadapkan  pada dilema antara menjaga prinsip-prinsip moral dan mengejar keuntungan. Penggunaan  pestisida berlebih, praktik monopoli harga, hingga penyalahgunaan label organik menjadi  masalah yang sering mencuat dalam industri agraris. Hal ini tidak hanya merugikan konsumen,  tetapi juga mencoreng citra petani sebagai pelaku utama dalam rantai pasokan pangan. 

Etika Bisnis dan Profesi dalam bidang Pertanian sangatlah luas mencakup kejujuran  dan transparansi, keadilan dalam harga, pengelolaan berkelanjutan, tanggung jawab terhadap  kualitas pangan, komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan inovasi dan adaptasi.  Kejujuran dan transparansi dalam pertanian menjadi hal yang penting dan harus diperhatikan.  

Dalam kehidupan yang semakin maju ini banyak petani yang hanya mengambil keuntungan  yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan aspek kejujuran dan tanggung jawab terhadap  kualitas pangan. Penggunaan bahan kimia seperti pestisida merupakan hal yang wajar  dilakukan dalam pertanian. 

Persaingan yang ketat menjadikan petani melakukan apapun demi mendapatkan  keuntungan. Namun, banyak juga petani yang masih menggunakan aspek kejujuran dalam  menjalankan profesinya. Kejujuran dalam konteks pertanian bukan hanya sekadar moralitas,  tetapi juga sebagai komitmen terhadap konsumen dan lingkungan. 

Ketika petani tersebut jujur,  mereka akan membangun kepercayaan dan memastikan bahwa produk yang dihasilkan benar-benar aman dan berkualitas. Untuk mendapatkan perspektif langsung dari lapangan, kami telah  melakukan sebuah wawancara dengan petani dari berbagai wilayah. Wawancara ini dapat  memberikan gambaran nyata dengan tantangan yang mereka hadapi, serta pandangan mereka  tentang pentingnya kejujuran dan beretika dalam menjalankan profesi.  

Hasil wawancara dengan sejumlah petani dari berbagai wilayah menguak berbagai  pandangan menarik terkait etika bisnis dalam pertanian. Sebagian petani mengungkapkan  dalam wawancara tersebut bahwa petani pada jaman sekarang terlebih lagi yang hidup jauh  dari perkotaan kebanyakan tidak mengetahui apa itu etika bisnis dan profesi dalam pertanian  dikarenakan pengetahuan yang kurang terkait hal tersebut. 

Banyak petani yang belum  mendapatkan pengetahuan tentang praktik bertani yang beretika namun, kebanyakan petani  daerah tersebut menerapkan kejujuran dalam bertani. Selain itu, hasil pertanian yang fluktuatif  menjadikan petani untuk mengambil jalan pintas yang tidak etis. Petani juga beranggapan  bahwa persaingan pasar saat ini yang ketat memaksa beberapa petani mengorbankan beberapa  etika demi bertahan hidup. 

Dalam hasil wawancara Suharto mengungkapkan bahwa sistem  distribusi sering kali dikuasai oleh distributor sehingga petani sulit mendapatkan keuntungan  yang adil. Distributor yang menginginkan keuntungan yang tinggi mengupayakan segala hal  sehingga mengabaikan prinsip etika kejujuran dan transparansi dalam dunia bisnis.

Tantangan-tantangan tersebut menjadikan penghambat perkembangan pada dunia  pertanian, maka diperlukannya strategi-strategi yang memadai untuk menghadapi tantangan  tersebut. Dukungan dari Pemerintah sangat dibutuhkan dalam pertanian. Pemerintah perlu  memberikan regulasi yang mendukung petani yang jujur, seperti sertifikasi organik yang  transparan dan insentif bagi petani yang menerapkan praktik ramah lingkungan. 

Pelatihan  untuk dunia pertanian juga sangatlah penting untuk memajukan pertanian di Indonesia  mengingat Indonesia sebagai Negara Agraris. Penggunaan teknologi transparansi juga dapat  meningkatkan etika bisnis dalam pertanian. Menggunakan teknologi seperti blockchain untuk  melacak proses distribusi hasil panen sehingga konsumen dapat memastikan keaslian dan  kualitas produk. 

Dengan strategi-strategi tersebut diharapkan sektor pertanian menjadi  berkembang dan memiliki nilai etika dalam kejujuran dan transparansi.Kejujuran adalah nilai fundamental yang harus dipegang oleh setiap petani. Dengan  mengintegrasikan etika bisnis dalam praktik sehari-hari, petani tidak hanya dapat  meningkatkan kesejahteraan mereka, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan  membangun hubungan yang lebih baik dengan konsumen. 

Pemerintah, masyarakat, dan  komunitas lokal harus bekerja sama untuk mendukung petani dalam menjalankan bisnis yang  beretika. Dengan begitu, sektor agraris dapat menjadi lebih berkelanjutan, adil, dan bermartabat  bagi semua pihak yang terlibat. 

Oleh: Triya Shinta Erisma Mahasiswi Prodi (Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment