IMM dan Kesadaran Berorganisasi

aktivis imm

Modernis.co, Malang – Sejarah mencatat, di tengah kondisi ketegangan yang ditaburi oleh rezim PKI yang mengancam . Pimpinan Wilayah Persyarikatan Muhammadiyah Jawa Barat, menjawabnya dengan membangkitkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Berdirinya IMM pada 14 Maret 1964 M di Jogyakarta yang inisiatsi oleh Djasman Al-Kindi, Sudibjo Markus, Rosad Soleh, Amien Rais, Muhamamad Musa, Mursalin Dahlan, Ahmad Mansyur Surya Negara. Bertujuan untuk menghimpun, menggerakkan, dan membina potensi mahasiswa guna menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai kader Persyarikatan Muhammadiyah, kader Umat dan kader Bangsa. Lihat Api Sejarah karya Ahmad Mansyur surya Negara jilid 2.

Hal fundamental terkait kontribusi IMM kepada Banggsa dan Negara yang tidak bisa kita pungkiri. Lahirnya IMM bertujuan untuk menambah Jumlah Organisasi mahasiswa Islam dan memperkuat eksistensi organisasi mahasiswa yang terancam akan di bubarkan. Organisasi yang dimaksud di antaranya HMI, SEMMI, GPI, PMII, dan PII.

Ini menjelaskan bahwa kelahiran IMM bukanlah sebuah persolan. Melainkan keharusan sejarah bangsa Indonesia dalam mempertahankan kesatuan. Terbukti setahun setelah IMM berdiri PKI kembali mengadakan kudeta pada 30 September 1965. Kendati demikian, lawan Islam yang berusaha menghapus peniagaan (pendidikan, budaya, sosial, dan politik), serta berusaha menghapus Organisasi Islam tersebut, dengan lahirnya kekuatan baru (IMM) Islam tetap bertahan.

Kelahiran IMM membuktikan dan mengabadikan untuk kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa. Sebagaimana yang tercantum dalam buku Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) pada tiga poin terakhir dari enam poin penegasan IMM. Keenam poin tersebut merupakan pernyataan sikap kader untuk Bangsa. Bahwa setiap perjuangan dan amalan yang dilahirkan IMM yang berlandaskan Nilai Islam murni untuk pengabdian dan pembelaan atas Bangsa Indonesia.

Sangat sederhana dalam menyanggah argumentasi kesesatan para kader yang mengatakan bahwa tidak ada arah yang jelas dalam proses ber-IMM. Kebingungan harus ngapain, apakah hanya sekedar ikut kajian, datang rapat, tiap hari ke Komisariat dan diskusi saja.

Jawabannya cukup melihat kembali poin dari SPI. Kader yang mengatakan demikian ialah kader yang dalam berorganisasi hanya melihat kepentingan pribadi tapi tidak melihat panduan organisasi. Jelas bahwa setiap perjuangan dan amalan yang dilahirkan IMM berlandaskan Nilai Islam murni untuk pengabdian dan pembelaan atas Bangsa Indonesia.

Sehinga dengan membuka kembali lembaram-lembaran sejarah yang mendorong lahirnya IMM. Tidak sepatutnya kader ikatan hari ini meneriakkan Fasthabikhul Khairat namun hedonistik dan glamor menjadi tujuan. Tendensi dari tujuan tersebut sudah pasti menimbulkan perpecahan internal. Hujat-menghujat sesama ikatan dan akan berakhir pada hilangnya marwah ikatan dalam mengoperasionalisasikan tujuannya.

Kesadaran personal sangat dibutuhkan dalam tubuh ikatan untuk membentuk kesadaran kolektif bahwa, tujuan ikatan tidaklah setingkat dengan jabatan dan kedudukan, tetapi tujuan ikatan jauh lebih besar dan mulia -dari segi teologis, humanisasi serta persyarikatan- untuk digadaikan dengan keglamoran semu.

Melirik kesatuan dari keberagaman melalui sejarah

Satu lagi yang bisa kita kerucuti dari catatan sejarah bahwa antara ikatan dan lembaga organisasi mahasiswa lain punya sejarah emas. Sejarah emas ini kiranya harus dibentuk kembali melalui dialog terbuka antar lembaga organisasi untuk mengejawantahkan misi kemanusian dan keadilan. Keberagaman dan perbedaan antar ikatan dan lembaga lain di dalamnya terdapat kesamaan misi.

Saya percaya bahwa, setiap lembaga organisasi mahasiswa tidak pernah kehilangan misi humanisasinya, sebab disetiap lembaga organisasi mahasiswa manapun merupakan representase dari aspirasi-aspirasi masyarakat.  Kesamaan ini bisa disatukan dalam pergerakan yang dimulai dengan pendekatan dialog agar tidak terjadinya tupang tindih antara kepentingan satu lembaga dengan kepentingan lembaga lainnya.

Kita tidak mungkin terus menerus menyelimuti diri dan bergerak sendiri-sendiri dalam membangun keadilan bagi segenap masyarakat. Kerja sama tetap diperlukan adanya agar tidak terisolasi dalam menyikapi keberagaman. Terlebih lagi sekarang bangsa kita tercekik dengan persoalan rezim yang masalahnya tidak kunjung pudar di muka publik. Korupsi semakin menjamur dan pengalahgunaan kekuasaan yang menindas semakin tidak karuan.

Dalam mengikapi persoalan politik yang mengancam perniagaan -terutama yang mencekik gerak akademik- agar cepat tuntas, lembaga organisasi mahasiswa harus serentak bergerak agar kontradiksi dari keberagaman pandangan-pandangan gerakan mahasiswa pada pemecahan masalah social dan kemanusiaan terarah pada jalan keluar yang simple dan juga teknisi. Meminjam kata Eko Prasetyo dalam bukunya Bergeraklah Mahasiswa hlm:94:

Bagi saya apa gunanya menjadi cendikiwan terpelajar, pengajar dan ilmuan kalua tidak mampu mempertahankan kebebasan akademik. Bagi saya melawan politikus reaksioner merupakan tugas mulian dan pantas untuk dilakukan guna mempertahan tradisi pengetahuan dan megokong nilai lembaga pendidikan yang telah banyak memberikan sumbangan.

Diakui atau tidak sekarang pengalihan isu politik sudah banyak memakan korban teruama dalam dunia pendidikan. yang menjadikan gerak mengekspresikan imajinasi dan kreativitas tehambat dan terbungkam. Untuk itu perlunya perlawanan agar arah dan tujuan yang hendak dicapai tidak terkungkung dengan titah penguasa yang berat sebelah.

*Oleh : Syarif (Kader IMM Tamaddun FAI UMM)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment