Jangan Manfaatkan Ketidaktahuan Kami

ketidaktahuan kami

Tuhan.
Negeri ini adalah bangsa yang besar.
Merdeka, namun masih terjajah.
Melawan saudara sendiri, itu benar.
Kami tak mengerti tuhan.
Apa yang terjadi pada negeri ini.

Yang aku tau pemimpinku telah berjanji.
Yang aku tau pemimpinku telah memberi harapan.
Yang aku tau pemimpinku telah memberi mimpi.
Ya tuhan, mungkinkah itu hanya menjadi pembukaan drama lima tahunan.
Yang sewaktu-waktu narasinya dapat diperjual belikan.
Apa yang terjadi?

Wahai, pemimpinku, apa kabar?
Kami tidak butuh pemberian uang, uang akan habis.
Kami tidak butuh makanan, makanan akan habis.
Kami tidak butuh janji, harapan, dan mimpi jika itu hanya pencitraan di awal laga.
Kami butuh kesejahteraan, kesejahteraan yang nyata.

Wahai pemimpinku,
Kami butuh untuk didengar.
Dengarkan paragraph kami, bukan hanya kata sepatah kami.
Jangan manfaatkan keadaan kami demi kepentingan pribadimu.
Jangan memanfaatkan kemiskinan kami untuk status sosialmu.
Tapi sejahterkan kami.

Kau tau wahai pemimpinku
Kami orang terpinggir yang mengharapkan perhatianmu,
Bukan uluran tanganmu.
Kami tersisih dan terhina di tanah kelahiran kami.
Lihatlah kami!
Kami terbakar oleh terik matahari.
Kami banjir oleh keringat kami sendiri.
Demi menyambung hidup kami wahai pemimpinku.

Sementara di atas kursi empuk itu.
Para tikus berdasi sedang mengunyah hak kami.
Para penampung suara kami sedang menertawakan kami.
Para pelayan kami tidak tulus menservis kami.
Para penguasa sedang menambah kekuasaan mereka sendiri.
Lantas, kepada siapa kesejahteraan ini kami gantungkan.
Siapa yang bertanggungjawab atas semua ini.

Sadarlah wahai pemimpinku,
Kembalilah kepada jalan yang benar sesuai prinsipmu di awal laga
Jadikanlah aku sebagai rakyat yang sejahtera
Wahai pemimpinku,
Tolong hargai kami.

*Oleh: Imam Fahrudin (Aktivis IMM Tamaddun Universitas Muhammadiyah Malang)


Related posts

Leave a Comment