Pilkada di Tengah Covid-19: Antara Partisipasi dan Antisipasi

partisipasi dan antisipasi

Modernis.co, Banten – “Solidaritas, Partisipasi, dan Kolaborasi adalah kunci sama-sama kita bertahan ditengah pandemi”.

Segolong masyarakat saat ini bukan membutuhkan sosok pemimpin yang baru atau pun petahana, akan tetapi masyarakat butuh pendampingan yang lebih baik secara materil dan imateril dalam menangani Covid-19 ditengah krisisnya moral dan etika.

Hampir di seluruh daerah pendampingan penanganan Covid-19 memiliki “nilai” buruk sepanjang sejarah, atau kami sebut Rapor Merah. Menelaah maraknya hiruk pikuk riak-riak keluhan ditengah masyarakat menjerit-menjerit, apakah ini potret peradaban moral yang dibangun berabad-abad yang menjelma tanpa hati nurani. Pesan-pesan semesta ini mengajarkan betapa pentingnya kepedulian? betapa pentingnya kebersamaan.

Beragam respon berhamburan berterbangan, abu-abu itu masuk ke dinding penguasa menjadi kekuatan, terbang ke ruang rakyat menjadi cemoohan, pergi ke warung kopi menjadi obrolan. Suara-suara demokrasi ini terus menghembuskan nafas-nafasnya, semua menyambut dengan pepesan-pepesan.

Ada yang berteriak tapi dibiarkan, ada yang juga yang sibuk mempersiapkan skema-skema kemenangan, pemerintah sibuk dalam mengeksekusi ruang demokrasi itu. Seharusnya, mereka itu harus mementingkan kenyamanan dan ketentraman yang di rampas oleh Covid-19 ini.

Berbicara dalam percepatan pencegahan covid-19 ini, pihak terkait seolah buta mata, hati, dan pikiran akan kemaslahatan umat. Padahal, dana yang di gelontorkan oleh pemerintah pusat sangat terbilang sangat pantastis.

Tetapi, masyarakat tidak merasakan hasil dari pada nominal yang di gelontorkan itu kepada pemerintah daerah, lantas buat apa adanya gugus tugas? jangan jadikan semua itu sebagai ajang dan tontonan.

Ketika kita berbicara gugus tugas yang terjadi di pandeglang saat ini tidak ada reaksi sama sekali, baik itu dari BPBD dan Dinkes,mereka tidak ada solusi yang tepat untuk pencegahan/penyuluhan secara signifikan terkait penyebaran covid-19.

Apakah dengan selembaran pamflet dan banner akan berdampak besar dalam mengingatkan khalayak ramai, dan tanpa adanya sosialisasi. Memang waktu itu pernah ada reaksi dari tim gugus tugas, akan tetapi itu hanya berjalan sebantar. Padahal covid-19 masih menghantui biarpun tidak ada korban jiwa setidaknya memberi keamanan dan keselamatan kepada masyarakat itu perlu karena itu mengganggu psikis orang yang sudah lanjut usia khususnya.

Apakah itu hanya simbolis saja agar terlihat, supaya uang dari pemerintah pusat itu diambil untuk keperluan stakeholder terkait saja, sementara masyarakat mati juga tidak jadi masalah.

Lantas bagaimana ketika pemilu sudah di tetapkan tanggal, hari, dan tahun? Apakah KPU sudah menjamin keamanan dan keselamatan setiap warga negara yang memilih di kobong pemilihan tempat keluar masuk orang untuk memilih calon bupati dan wakil bupati. Apakah sudah siap memfasilitasi warga masyarakat yang akan memilih di bilik suara, dengan cara memberi masker dan handsanitizer kepada setiap warga tanpa terkecuali.

Bukankah kalian di gaji untuk menjadi pelayan masyarakat? Tapi masyarakat yang mana yang kalian layani? Lantas apa peran dan fungsi kalian di masa pandemi ini.

Apapun kebijakan dan hasilnya, kita tetap apresiasi dan akan berpartisipasi, menjaga naluri iklim berdemokrasi.

Tulisan ini menjadi refleksi kita bersama untuk peka dan membuka mata, masih banyak peran-peran yang harus dilakukan dan kerahkan untuk kemajuan.

Mari bersama-sama kita bahu-membahu saling melengkapi satu dengan yang lain, supaya wabah ini hilang dan aktifitas berjalan lancar sebagaimana mestinya.

Oleh : M. Danu Nugraha (Mahasiswa Hukum dan Sosial UNMA Banten).

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment