Menanggalkan Etika Demi Ketenaran Individu

organisasi keislaman

Modernis.co, Depok – Era Digital membuat masyarakat akhir-akhir ini tak bisa lepas dari gadget dan media sosial termasuk YouTube. Medium streaming video paling populer di dunia itu menjadi situs paling banyak dikunjungi kedua di dunia, setelah Google.

Keadaan ini turut mendorong millenial untuk ikut andil menyediakan konten yang bertujuan menghibur penggunanya. Namun belakangan ini timbul beberapa fenomena yang juga harus dicermati.

Yaitu beberapa oknum bertindak kurang terpuji agar trending, hal ini ditakutkan akan menjadi rules baru bagi beberapa YouTuber atau artisit sosmed demi mendulang perhatian dan trending. Itu tentu sangat miris, apalagi yang dilakukan sampai harus merugikan orang lain.

Kasus Beberapa YouTuber

Beberpa hari terakhir, sosok YouTuber Fedian Paleka menjadi ramai dibicarakan dalam ranah sosial media dengan melakukan prank paket makanan, yang berisi sampah kepada waria. Dia pun tenar dan karena itu pula netizen menyerangnya habis-habisan.

Sosok seorang Ferdian Paleka dalam dunia YouTube dapat dibilang baru. Dari beberapa informasi yang didapat, konten YouTube-nya baru dimulai pada tahun 2019. Tentu terhitung masih baru.

Namun saat ini sudah mampu mengumpulkan 100.000 subscriber dalam channel YouTube-nya. Tentu ini menjadi sebuah bukti tersendiri bahwa sosok Ferdian tidak bisa dianggap remeh sebagai seorang YouTuber, bahkan bisa dianggap cerdas.

Belakangan ini juga YouTuber Indra Kalistha ramai diperbincangkan terkait pernyataannya yang dianggap meremehkan Covid-19. Dalam akun YouTuber Gritte Agatha, Indira mengaku jarang memakai masker saat keluar rumah.

“Aku jarang pakai masker, kalau sehat masak aku pakai setiap hari. Kalau masker yang udara-udara gitu, aku enggak pakai, kecuali memang kayak ditegur gitu, kayak ‘Bu, bisa pakai maskernya? pakai namun kalo enggak ditegur, kita lepas lagi. Ini napas sayang-sayang ditutup gitu loh, sesak, nih dada juga sesak.”

Tindakan YouTuber tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan penghinaan atau pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 27 ayat (3) UU ITE.

Konten yang dianggap janggal tadi tentu memancing masyarakat untuk kembali melihat isi konten tersebut sehingga menghasilkan traffic yang tinggi, bahkan berhasil tenar. Namun yang menjadi permasalahan saat konten itu diluar batas norma dan dianggap menyelewengkan sebuah fakta.

Setiap elemen masyarakat punya hak yang sama untuk dihormati tanpa memandang jenis kelamin dan strata. Serta kondisi pandemi yang membutuhkan kesadaran tinggi dari msayarakat agar penyebarannya tidak meluas.

Dari kejadian di atas menarik bahwa seorang konten kreator YouTube harus mengerti dan melaksanakan ‘etika’ dan ajaran ‘moral’sehingga, dapat menyajikan konten keratif yang beretika dan tidak mengganggu keadaan sosial.

Etika dan Ajaran Moral

Ajaran moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan-angapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia. Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran-ajaran moral. Etika mengajarkan cara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dihadapan akal budi.

Ajaran moral misalnya mengajarkan sesama manusia untuk saling membantu, khususnya yang mampu membantu yang kekurangan.

Dalam konten itu tentu unsur untuk saling berbagi itu positif dibuat, tanpa ada pertentangan akal dan budi, maka itu sah-sah saja, tapi berbeda manakala ada pertentangan dengan budi, seperti prank berupa bantuan yang ternyata berisi sampah.

Akal sehat manusia tentu menolak dan itu menentang budi dalam berinteraksi sesama manusia. Terbebas dari niat pelaku yang mungkin menginginkan viewers bertambah. Tentu konten kreator juga harus memandang segi etika dan moral dalam mengembangkan kreativitasnya, menyajikan konten menarik.

Konten yang Kreatif dan Beretika

Dalam pembuatan konten, seorang tentu dituntut untuk mempunyai  kreativitas, guna menarik banyak penonton sehingga traffic-nya tinggi. Namun kreatif beda maknanya dengan kontroversial.

Kreatif lebih cenderung membuat sesuatu lebih berwarna, variatif dan segar. Namun kontroversial lebih kepada menghalalkan segala cara untuk memperoleh perhatian yang tidak sedikit mendapat kecaman. Sehingga bukan memberi warna namun semakin memperkeruh.  

Adanya anggapan yang kurang tepat bahwa viewers adalah kunci suksesnya seorang konten kreator, sehingga cara apapun ditempuh demi mendatangkan banyak viewers.

Isi dan esensi konten pun harus menjadi pertimbangan, karena semua konten yang sudah diupload akan bebeas diakses oleh masyarakat, termasuk anak-anak, kaum muda maupun tua. Sehingga apabila konten yang disajikan bernilai negatif, kelak akan menjadi contoh untuk ditiru oleh generasi mendatang.

Maka adanya etika tentu bukan penghalang kreativitas. Namun setiap hal punya batasannya. Termasuk dalam ide dan kreativitas yang ketika itu bertentangan dengan akal budi makan sebaiknya tidak dilaksanakan.

Oleh: Muhammad Miqdad Nizam Fahmi (Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Depok)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment