Modernis.co, Malang- Covid-19 atau yg lebih dikenal dengan Corona telah mengguncang dunia di awal tahun ini. Mulai dari negara maju hingga berkembang telah terjangkit oleh virus . Berawal dari Wuhan China corona menyebar ke negara-negara lain seperti Italia, Korea Selatan, Malaysia, bahkan hingga saat ini Indonesia pun menjadi sasaran virus Corona.
Di awal Maret baru dinyatakan bahwa dua orang warga negara Indonesia positif terjangkit virus Covid-19 ini. Namun saat ini sudah tercatat 3.842 masyarakat yang positif terjangkit virus (11/04). Situasi ini menyebabkan keresahan dan sikap panik yang berlebih masyarakat.
Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan juga himbauan, dari segi kesehatan, ancang-ancang ekonomi sampai pengaman di setiap daerah. Untuk mencegah penyebaran dan dampak virus Covid-19, bahkan DKI Jakarta sudah merealisasikan PSBB.
Di tengah situasi genting karena Covid -19 ini. Banyak netizen yang malah asik mengeluh, menyalahkan orang lain, bergantung pada orang lain, menyebar hoax bahkan berdebat untuk hal yang tidak perlu. Banyak orang saat ini setiap kematian selalu dikaitkan oleh virus Covid-19 sehingga makin membuat panik warga lain.
Dampak kepanikan penyebaran Covid-19 ini sungguh sangat signifikan. Perekonomian negara dari saham hingga nilai rupiah mengalami pelemahan. Tukang becak, sopir angkot, grab, gojek, warung, tukang sate, penjual keliling, foto copy, kafe, tukang kue, toko kecil, bahkan grosir, mall, hotel semua memprihatinkan.
Ditambah lagi dengan isu “Lockdown” yang kian marak terdengar. Jika seandainya benar-benar terjadi “lockdown” kemungkinan bisa jadi semakin tertekan kehidupan masyarakat kecil yang tidak punya pilihan.
Situasi dengan tingkat kepanikan, keresahan dan ketidak seimbangan ekonomi saat ini seharusnya diimbangi dengan Ikhtiar dari setiap kalangan. Gerakan Sosial yang muncul belakangan ini dari setiap kalangan merupakan wujud kepedulian dan juga ikhtiar masyarakat dalam menjaga satu sama lain dan memutuskan mata rantai virus mengerikan ini.
Mengingat masyarakat kecil, agar mereka tetap bisa di rumah dan makan. Gerakan sosial muncul dari lapisan masyarakat yang peduli dengan kehidupan sesama.
Gerakan sosial dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, tidak hanya dengan harta tetapi barang. Membagikan makanan, minuman, masker, handsanitizer kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan untuk membelinya juga dapat membantu mensejahterakan masyarakat. Pemberian sembako dengan harga yang sangat murah juga bermanfaat bagi kebanyakan orang.
Presiden Joko Widodo juga menyadari bahwa pandemi virus corona yang berdampak terhadap pendapatan rakyat. Presiden bahkan mengaku kerap mendapat keluhan dari para tukang ojek hingga sopir taksi yang memiliki kredit motor dan mobil.
Presiden menjanjikan memberi kelonggaran untuk tukang ojek, sopir taksi, serta nelayan dalam pembayaran cicilan kredit kendaraan. Pemerintah juga memberikan kelonggaran cicilan bagi pengusaha kecil menengah.
Para pengusaha yang melakukan kredit dengan nilai di bawah Rp 10 miliar akan diberi penundaan cicilan selama 1 (satu) tahun. juga penurunan bunga. Selain itu, OJK akan memberikan kelonggaran, relaksasi kredit bagi usaha mikro, usaha kecil untuk nilai kredit di bawah Rp 10 miliar. Baik kredit yang diberikan oleh perbankan maupun industri keuangan nonbank.
Merebaknya Virus Covid-19 menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama dengan gerakan-gerakan kemanusian. Semua gerakan sosial yang merupakan bentuk ikhtiar itu bisa dimulai dari diri kita sendiri, membantu siapa saja yang bisa kita bantu dengan apa pun yang kita bisa atau punya.
Mengikuti anjuran untuk tetap di rumah. Kemudian menghargai dan membantu orang- orang yang memang tidak bisa tinggal di rumah karena harus bekerja. Seluruh pihak saling bekerjasama menghadapi wabah tersebut, baik antar pemerintahan dan lembaga atau otoritas lainnya, juga dengan para pengusaha maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagai masyakat yang peduli dengan sesama untuk memerangi Covid-19, seluruh gerakan sosial merupakan bentuk ikhtiar yang telah diusahakan oleh pemerintah dan otoritas lainnya, seperti stimulus fiskal maupun relaksasi di sisi sektor finansial maupun makro ekonomi, tidak akan berjalan tanpa diiringi doa.
Jika Tuhan berkehendak maka cepat lambat masalah tersebut akan segera terselesaikan dan masalah ekonomi seperti omset turun dan tidak adanya biaya untuk menggaji karyawan dapat teratasi. Sesungguhnya selalu ada kemudahan disetiap kesulitan.
*Oleh : M. S. Wahyudi S. (Sekprodi Ekonomi Pembangunan FEB UMM dan Wakil Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kab. Malang)