Kertas dan Kemajuan Peradaban

kertas peradaban

Modernis.co, Semarang – Kertas yang setiap hari kita jumpai di kos, kampus, dan bahkan kita lihat berserakan di tempat fotokopian. Bahkan sering kita anggap  sebagai suatu barang yang biasa. Ternyata kertas memiliki peran yang sangat besar dalam perjalanan sejarah peradaban umat manusia. Kertas adalah simbol kemajuan dari setiap peradaban dan bangsa.

Kemajuan suatu peradaban, bisa dilacak melalui kertas atau budaya tulis menulis. Kertas merupakan salah satu bukti otentik yang menandakan bahwasannya di suatu peradaban, ilmu pengetahuan sudah mulai berkembang dan dibicarakan. Tentu kita bisa banyak belajar dari perjalanan sejarah. Salah satunya dengan menggali asal usul kepenulisan yang sampai hari ini, tradisi itu masih kita warisi.

Pada abad ke-3 SM telah ditemukan bukti otentik berupa fragmen atau potongan-potongan kertas dalam bentuk yang sangat kuno, tepatnya di peradaban Yunani. Dengan adanya bukti itu, menandakan bahwasannya Yunani adalah peradaban yang sangat maju pada zamannya.

Jadi tidak salah kenapa ketika kita berbicara dan belajar filsafat atau ilmu pengetahuan harus singgah terlebih dahulu ke Yunani. Padahal ketika kita mau membaca ulang sejarah, masih banyak peradaban yang lebih tua dari pada Yunani seperti Mesir, Babilonia, Persia dan cina.

Dan apakah setiap peradaban itu tidak mewarisi tradisi filsafatnya atau ilmu pengetahuannya sendiri? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu kita harus berurusan dengan para ahli sejarah. Para ahli sejarah, telah sepakat bahwasannya filsafat atau ilmu pengetahuan ditemukan di Yunani. Dengan bukti fragmen atau potongan kertas, dan bukti semacam itu tidak di temukan diperadaban lain. 

Dengan adanya hal itu,  menandakan bahwasannya di situ (Yunani) manusia sudah mulai menggunakan akalnya untuk menjelaskan alam semesta. Mau tidak mau kita harus belajar dari kertas dan mulai berfikir secara adil semenjak dalam fikiran, bahwasannya memang ada suatu peradaban lain yang lebih maju dari pada kita (Islam). Ketika kita belum mengetahui apa-apa. Ketika Islam lahir di abad ke-7 M dengan Nabi Muhammad SAW sebagai penerima wahyu dari Allah SWT.

Kita bisa melihat budaya dan tradisi kepenulisan Al-Qur’an yang berkembang  pada saat itu. Tradisi kepenulisan Al-Qur’an pada saat itu masih menggunakan media batu, pelepah kurma, dan tulang unta. Sedangkan di Yunani di abad ke-3 SM sudah menggunakan kertas untuk menulis. 

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga. Ketika memang selama ini kita menganggap bahwasannya ada monopolo ilmu pengetahuan dari orang-orang barat. Karena biasanya mahasiswa atau masyarakat yang tidak mau membaca, akan salah paham. Kemudian membuat semacam argumentasi dengan dalih hegemoni peradaban barat. Supaya ketika kita berbicara filsafat atau ilmu pengetahuan, tetap berkiblat ke sana.

Tentu argumentasi semacam ini tidak adil dan perlu untuk diluruskan, karena dengan ketidaktahuan, kita membangun suatu argumentasi dengan nada yang menuduh. Dari kertas kita bisa belajar banyak hal dari sejarah masa lalu, dan sudah seharusnya kita sebagai manusia yang lahir dari sejarah, turut menjaga dan menghormati warisan peradaban,  salah satunya adalah kertas sebagai simbol kemajuan suatu peradaban. 

Kertas dan Tradisi Kepenulisan di Yunani

Pada zaman dahulu tepatnya pada tahun 384 SM ada seorang filosof yang sangat rajin menulis teks-teks pemikiran gurunya dan filosof sebelumnya. Sampai hari ini teks tersebut masih kita warisi dan masih bisa kita baca. Filosof itu bernama Aristoleles seorang filosof yang sangat berpengaruh pada zamannya dan sesudahnya. 

Di salah satu karya Aristoteles, dia bercerita tentang salah satu filosof. Bahwasannya dahulu ada seorang filosof yang bernama Pytagoras yang mengajarkan tentang kebijaksanaan. lalu kitab Aristoteles ini diterjemahkan oleh Al-Kindi di dalam versi bahasa Arab dan terus menerus direproduksi sampai periode Ibnu Sina dan Ibnu Arabi.

Saya menyangka, ajaran ini sampai ke tangan Ibnu-Arabi mengapa, bisa kita lihat bagaimana cara Al Farabi membangun suatu sistem tasawuf falsafinya atau filsafat tentang ketuhanan. Dari akal satu sampai akal sepuluh itu merupakan pytagoryan (tentaktris). 

Aristoteles bercerita tentang Pytagoras di dalam kitabnya, bahwa Pytagoras memiliki suatu tradisi atau ritual yaitu menyambut matahari. Jadi ritual pytagorian itu, murid-muridnya berkumpul di suatu bukit setiap dini hari, dalam rangka menyambut kedatangan matahari. Semua laku berpantang yang diajarkan kepada murid-muridnya, yang nantinya ajaran itu akan membentuk satu tarikat kuno. Jadi jangan mudah percaya kalau tarikat itu hanya ada dalam tradisi Islam, bahkan di Jawa saya juga menemui tarikat yang kuno-kuno. 

Seperti yang dijelaskan diatas, apa yang telah diceritakan oleh aristotelis, kita bisa mengambil satu benang merah bahwasannya filsafat itu, dari awal kelahirannya sejak abad 6 SM memang memiliki kedekatan dengan tradisi spiritual yang berkembang di yunani kuno, dan tradisi itu terus dirawat.

Memang corak filsafat Yunani sangat tidak berurusan dengan tuhan dan agama. Tetapi dimensi spiritualitas itu terus kita temukan baik dalam pemikiran-pemikiran Platon maupun Aristotelis. Ketika Agama Kristen datang, kesibukan dari agama kristen salah satunya adalah mencari sintesis terbaik. Antara pemikiran Aristotelis dengan dogmatika kristen. Dengan begitu filsafat semakin mengagama.

Ketika masa Renaisans datang, dan segera disusul oleh periode modern awal, tidak serta merta ketuhanan hilang dari filsafat. Ketuhanan justru menjadi dicanggihkan sedemikian rupa dalam jangkauan rasionalitas abad 16-17 M. Jadi menurut saya, tidak ada jalan filsafat itu menjadi ateis, kalau memang ada itu adalah cerita eropa, bukan cerita timur bukan cerita dunia Islam.

Jadi salah kaprah semacam ini harus diluruskan. Filsafat memiliki pertautan yang sangat dekat dengan dunia spiritualitas yang terjadi di barat. Bahkan kemudian mengalami penggelembungan didalam tradisi filsafat timur. 

Oleh : Ahmad Zulkarnain (Sekertaris Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan DPD IMM Jawa Tengah)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment