Modernis.co, Jakarta – Pergaulan bebas merupakan salah satu masalah sosial saat ini. Pergaulan bebas sering dilakukan oleh remaja salah satunya dalah mahasiswa. Pada masa remaja cenderung untuk melakukan hal-hal baru guna mencari jati diri yang sebenarnya. Tanpa adanya pengawasan dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat dapat membuat remaja terjerumus ke arah hal-hal negatif.
Salah satunya pergaulan bebas, di mana para remaja memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang mereka lakukan. Penulisan ini menjelaskan dampak lingkungan sosial terhadap pergaulan bebas mahasiswa. Selain itu, penulisan ini berisi tentang beberapa faktor sosial yang menyebabkan pergaulan bebas di kalangan mahasiswa. Terkait masalah sosial tersebut diperlukan upaya kerja sama antara orang tua, pendidik, masyarakat dan pemerintah.
Orang tua perlu memeberikan pengawasan yang baik dan mendidik para remaja mengenai nilai nilai yang benar serta mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang baik. Lingkungan kampus juga memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan moral dan menyediakan fasilitas kegiatan positif yang dapat mengarahkan minat dan bakat mahasiswa ke hal-hal yang bermanfaat. Adanya upaya bersama, diharapkan masalah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa dapat diatasi dan remaja dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab serta produktif dalam masyarakat.
Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa yang lebih baik dan mempunyai pemikiran jauh kedepan dan dapat menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Dalam memasuki era globalisasi banyak remaja telah terjadi penurunan moral, akhlak dan kesusilaan, dampaknya tentu berkaitan dengan masalah terjerumusnya mereka kedalam pergaulan bebas.
Peningkatan pergaulan bebas di antara anak muda Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah rasa keingintahuan yang tinggi terhadap pengalaman yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Selain itu, faktor lingkungan sosial individual juga dapat mempengaruhi anak muda untuk terlibat dalam pergaulan bebas. (Ferdiana, 2020). Remaja sendiri adalah masa peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan emosi, fisik, minat, pola perilaku, serta penuh dengan masalah yang dihadapinya.
Karakteristik yang ditunjukkan oleh remaja adalah rasa ingin tahu yang besar, keinginan untuk petualangan dan tantangan, dan kecenderungan untuk berani mengambil risiko tanpa pertimbangan yang matang (Dewi dan Susmita, 2021). Remaja dengan rasa keingintahuannya yang tinggi cenderung melakukan hal-hal yang baru yang mengarah ke hal negatif. Hal ini akan membuat remaja akan mudah untuk melakukan tindakan yang menyimpang.
Kenakalan remaja memang paling sering dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan pada saat menjadi mahasiswa adalah proses peralihan dari yang semula tinggal dengan orang tuanya lalu sekarang mulai tinggal sendiri atau merantau (Setyawan, 2019). Pada kondisi seperti inilah remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Dalam menemukan jalan hidupnya kerap kali para remaja melalui kesalahan dalam melangkah, sehingga tidak menyadari bahwa perbuatan yang dilakukan justru bertentangan dengan aturan nilai dan norma di dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya perbuatan yang dilakukan adalah melakukan kenakalan. Dampaknya mereka terlalu percaya diri (overconfidence) dan ini menjadikan emosinya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan dari orangtua.
Kenakalan remaja dikenal dengan istilah Juvenile delinquency yaitu perilaku yang jahat (dursila) kenakalan anak-anak muda, keadaan patologis pada remaja yang disebabkan bentuk pengabaian sosial, sehingga mengembangkan ke arah perilaku menyimpang kartono. (Sulastri dkk, 2020).
Permasalahan pergaulan bebas ini sudah merajalela baik di kalangan pelajar maupun mahasiswa dengan alasan mulai dibilang gaul dan demi mencari kesenangan semata (Suhaida. dkk, 2018). Salah satu alasan utama pergaulan bebas dikalangan pelajar dan mahasiswa adalah tekanan sosial. Pelajar dan mahasiswa sering kali menghadapi tekanan dari teman sebaya atau lingkungan yang memandang pergaulan bebas sebagai tindakan yang keren atau sebagai bentuk kebebasan pribadi.
Dorongan untuk terlihat keren atau diterima di kelompok sebaya dapat mendorong individu untuk terlibat dalam pergaulan bebas meskipun mereka menyadari konsekuensi negatifnya. Kesenangan atau kepuasan pribadi juga dapat mendorong bagi individu untuk terlibat dalam pergaulan bebas.
Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada (Afriani, 2021). Penyimpangan sosial pada pelanggaran norma dikategorikan tidak menimbulkan korban (without victims), sedangkan penyimpangan sosial pada pelanggaran hukum dikategorikan dapat menimbulkan korban (victims). Artinya korbannya adalah dirinya sendiri seperti bunuh diri, penyalahgunaan narkoba, lesbian, homo seksual, dan lain-lain. Menurut Wilnes (dalam Hisyam, 2018) menyatakan bahwa sebab-sebab penyimpangan yang berasal dari luar lingkungan sebagai berikut:
Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan, seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya maka tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya seseorang yang tumbuh dalam keadaan broken home.
Proses Belajar yang Menyimpang, seseorang yang melakukan tindakan yang menyimpang dapat disebabkan karena sering membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Karir penjahat kelas “kakap” yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan berani, merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial, ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi dalam upaya mencapai suatu tujuan, seseorang tidak memperoleh peluang sehingga mengupayakan peluang itu sendiri. Dengan demikian, terjadilah perilaku menyimpang.
Ikatan Sosial yang Berlainan, setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola menyimpang maka kemungkinan besar mereka juga akan mencontoh pola-pola perilaku yang menyimpang.
Akibat Proses Sosialisasi Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang, banyak media yang menampilkan berita atau tayangan tentang tindakan kejahatan. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari subkebudayaan yang menyimpang. Faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
Faktor dari Dalam, faktor dari dalam adalah inteligensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin, dan kedudukan seseorang dalam keluarga. Misalnya, seseorang yang tidak normal dan pertambahan usia.
Faktor dari Luar, faktor dari luar adalah kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media masa. Misalnya, seorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan atau narkoba. Selain itu, contoh faktor dari luar juga didapatkan dari pergaulan individu yang berhubungan dengan teman-temannya, media masa, media cetak, maupun media elektronik.
Menurut (Sendari, 2021) Pergaulan bebas penting dipahami, terutama untuk generasi muda. Dan juga bisa memberi dampak buruk bagi pertumbuhan anak dan remaja. Tak hanya untuk anak, perilaku tersebut juga bisa merugikan orang-orang di sekitarnya, dan sering dikaitkan dengan kenakalan remaja. Pergaulan bebas sering tidak terkontrol dan bisa menjerumuskan anak ke berbagai hal negatif.
Pergaulan bebas merupakan salah satu masalah dalam masyarakat yang banyak terjadi identik dengan remaja. Banyak hal yang menjadi akibat dari pergaulan bebas remaja saat ini misalnya Narkoba, Minuman beralkohol, perjudian, seks bebas.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Bebas di Kalangan Mahasiswa
Pengertian pergaulan bebas berhubungan dengan faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah satu daerah atau tempat seseorang tinggal untuk bermasyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan suatu tindakan serta perubahan-perubahan perilaku setiap individu.
Lingkungan sosial yang kita kenal antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain. (Mensi dkk, 2020). Lingkungan sosial sering kali tidak disadari memberikan pengaruh negatif pada remaja, sehingga membuat mereka terlibat pergaulan yang mengarah ke hal negatif. Pergaulan bebas dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal melibatkan individu itu sendiri.
Sementara itu, faktor eksternal melibatkan faktor-faktor dari lingkungan sekitar, seperti kurangnya perhatian orangtua, keadaan keluarga yang tidak harmonis, pengaruh dari lingkungan sekitar, dan pengaruh media sosial. (Setiawan dan Nurochman, 2019). Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:
Faktor Internal
Faktor internal dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan keadaan dalam diri individu, yang mengacu kepada tingkah laku dalam berkelompok maupun bermasyarakat yang menyangkut dengan kontrol diri, kesadaran diri, nilai-nilai keagamaan ataupun gaya hidup. Titisari (dalam Hafri dkk, 2019) Mengatakan bahwa individu dengan kontrol diri yang rendah memiliki karakteristik yang labil yang menyebabkan seseorang untuk melakukan tindakan tindakan pidana atau tindakan yang menyimpang lainnya. Dalam hal ini dapat dimengerti bahwa kontrol diri ini berfungsi sebagai kemampuan untuk menahan atau mencegah tingkah laku yang dapat merugikan diri sendiri, maupun orang lain. Penyebab terjadinya pergaulan bebas dari faktor internal adalah :
Kontrol diri, berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Kurangnya kontrol diri yang memicu cepatnya remaja mengambil keputusan yang merugikan dirinya, dikarenakan tidak adanya benteng di dalam diri sehingga akan cepatnya seseorang terjerumus dalam pergaulan bebas.
Kesadaran diri, Kurangnya kesadaran remaja terhadap pergaulan yang sedang dijalani merupakan implikasi dari kurangnya pengetahuan remaja tersebut yang akan berdampak terhadap pergaulan bebas.
Nilai-Nilai Keagamaan, kurangnya pendidikan agama yang tidak diberikan sejak kecil mengakibatkan remaja tidak memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, tidak memahami tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran agama dan apabila kepribadian remaja dipenuhi oleh nilai-nilai agama maka akan terhindarlah remaja tersebut dari kelakuan-kelakuan yang tidak baik.
Life Style (Gaya Hidup), gaya hidup yang modern tidak terlepas dari kebiasaan remaja dalam kehidupan sehari-hari, mengikuti gaya hidup atau tren orang barat merupakan suatu permasalahan yang timbul dan berakibat pada pergaulan bebas.
Faktor Keluarga
Orang tua atau keluarga sebagai pendidik utama bagi anaknya, merupakan panutan utama seorang anak yang perilakunya akan ditiru atau diikuti. Pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak lahir hingga remaja. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama pengasuhan.
Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anaknya Djamarah (dalam Hafri dkk, 2019). Lestari (dalam Hafri dkk, 2019) mengatakan bahwa biasanya remaja terjerumus dalam pergaulan bebas karena disebabkan oleh kurangnya pengawasan/perhatian dari orang tua. Dengan demikian, remaja merasa bebas untuk bertindak seenaknya tanpa perlu memikirkan dampak negatif yang dihasilkan dari pergaulan bebas. Penyebab terjadinya dari faktor keluarga adalah :
Taraf pendidikan keluarga, rendahnya taraf pendidikan keluarga yang berpengaruh besar sebagai penyebab terjadinya pergaulan bebas dimana orang tua tidak dapat memberikan pengetahuan lebih bagaimana dampak yang terjadi apabila anak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Keadan keluarga yang tidak stabil (Broken Home), keadaan keluarga sangat berpengaruh pada tingkah laku atau perkembangan psikis remaja yang mana keadaan orang tua yang tidak harmonis yang membuat perkembangan psikis anak terganggu dan anak cenderung kesenangan diluar untuk merasa senang, dan melupakan hal yang terjadi di keluarganya karena orang tua tidak memberi kasih sayang, sehingga sang anak mencari kesenangan diluar berbuntut pada pergaulan bebas.
Perhatian Orang tua, kurangnya perhatiaan oleh orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang mendapat perhatian lebih sehingga sang anak bebas dalam beraktivitas dan cenderung anak jarang menceritakan masalah-masalah yang terjadi.
Keadaan ekonomi keluarga, ekonomi yang rendah dalam keluarga membuat anak merasa kurang mendapatkan kecukupan finansial maupun materil dan biasanya banyak pula yang putus sekolah yang membuat pergaulan anak tersebut dengan remaja yang senasib yang membuat perilaku sang anak menjadi tambah parah.
Faktor Lingkungan Sosial, lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta perubahan-perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan sosial yang kita kenal antara lain lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan tetangga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali dikenal oleh individu sejak lahir.Amsyari (dalam Hafri dkk,2019), mengatakan bahwa lingkungan sosial merupakan “manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya seperti tetangga-tetangga, teman-teman, bahkan juga orang lain disekitarnya yang belum dikenal”
Dalam kehidupan sehari-hari para remaja tidak terlepas dari pengaruh yang konstruktif dan pengaruh destruktif. Sebenarnya kedua sifat itu telah ada semenjak manusia (remaja) dilahirkan. Sifat-sifat ini akan berpengaruh pada para remaja, tergantung dimana remaja itu berada. Jika remaja tersebut ada pada lingkungan yang baik maka yang akan dominan adalah pola tingkah laku yang baik pula Aisyah (dalam Hafri dkk, 2019). Penyebab terjadinya pergaulan bebas dari faktor lingkungan sosial adalah:
Kurang berhati-hati dalam berteman (Pergaulan), teman dapat menuntun kita ke arah yang positif dan negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas terjadi karena berteman dengan orang yang tidak baik. Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh (Ginting dkk, 2020), disebutkan bahwa pergaulan memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kepribadian remaja. Cara remaja bergaul akan mencerminkan kepribadian mereka, baik dalam pergaulan positif maupun pergaulan negatif. Kuatnya pengaruh teman sebaya membuat remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama teman-temannya, maka dapat dimengerti bahwa teman teman sebaya lebih cepat berpengaruh terhadap perilaku dari pada keluarganya.
Keadaan lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekitar merupakan faktor pembentuk kepribadian seseorang, jika di lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang kurang kondusif maka sang anak akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas dimana kita ketahui bahwa perkembangan seseorang lebih ditentukan pada lingkungan dari pada keluarga.
Dampak Pergaulan Bebas di Kalangan Mahasiswa
Keadaan lingkungan masyarakat yang mempengaruhi terbentuknya pergaulan bebas di kalangan generasi muda. lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif terhadap jiwanya, dalam sikapnya, dalam ahklaknya (Suharni dan Mohd Haramen, 2021). Sedangkan, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Setyawan. Dkk, 2019) disebutkan bahwa pergaulan bebas memiliki banyak dampak negatif.
Salah satunya dampak bagi pelaku yaitu kehamilan di luar nikah, perasaan minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “suci”. Adapun dampak negatif lain dari pergaulan bebas yang sudah menjurus pada perilaku sex bebas dapat dilihat dari sisi biologis dan akademik. Dampak biologis menyebabkan pelaku berpotensi terserang penyakit kelamin.
Sedangkan dampak akademik yakni banyak diantara mereka yang tidak sanggup mengikuti pelajaran, hilang kemampuan untuk konsentrasi, malas belajar, patah semangat dan sebagainya. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Sapara. dkk, 2020) dituliskan sejumlah dampak dari pergaulan bebas yang dibedakan berdasarkan lingkungannya yaitu keluarga, sekolah, dan pertemanan.
Dampak Lingkungan Keluarga
Lingkungan dapat memengaruhi tumbuh kembang anak pada remaja tidak terbatas hanya pada kondisi di dalam dan di luar rumah seorang anak remaja itu sendiri (Sapara. dkk, 2020). Beberapa pengaruh lingkungan keluarga dalam perkembangan remaja adalah jika pola asuh terlalu mengatur, tidak memperhatikan pendapat anak, kurang memberi kepercayaan diri, dan menghambat kemampuan bersosialisasi.
Lingkungan keluarga, termasuk hubungan orang tua, juga berpengaruh dalam perkembangan anak remaja. Hubungan harmonis antara kedua orang tua dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengasuhan. Sebaliknya, konflik antara orang tua dapat membuat anak remaja merasa tidak aman secara psikologis dan kesulitan mempercayai orang lain. Selain itu, kondisi keluarga broken home juga dapat memengaruhi perkembangan mereka.
Pendidikan keagamaan yang diberikan oleh orang tua bertujuan agar anak remaja memahami dan menghindari hal-hal yang dilarang dalam agama. Norma-norma sosial juga memiliki peran penting dalam perkembangan remaja , agar nilai-nilai kehidupan tetap teguh dan mereka dapat melindungi diri dari pengaruh negatif di sekitar mereka. Nilai-nilai moral dalam lingkungan seperti sopan santun, kerja sama, saling menghormati, dan menghargai orang lain juga berperan dalam membentuk karakter mereka.
Dampak Lingkungan Kampus
Lingkungan Kampus dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap tumbuh kembang dan pendidikan remaja (Sapara. dkk, 2020). Pengaruh lingkungan kampus dalam pergaulan bebas merujuk pada pengaruh yang dimiliki oleh lingkungan kampus secara keseluruhan terhadap terjadinya pergaulan bebas di antara mahasiswa. Lingkungan kampus dapat membentuk norma sosial, mempengaruhi perilaku, dan menciptakan kondisi yang memungkinkan atau mendorong pergaulan bebas.
Setiap kampus memiliki budaya unik yang dapat mempengaruhi perilaku dan norma sosial mahasiswa. Jika budaya kampus menganggap pergaulan bebas sebagai sesuatu yang umum, diterima, atau bahkan dipromosikan, mahasiswa dapat terdorong untuk terlibat dalam pergaulan bebas. Lingkungan kampus dapat membentuk norma sosial terkait pergaulan bebas. Jika norma sosial yang ada di kampus menganggap pergaulan bebas sebagai perilaku yang umum atau bahkan diharapkan, mahasiswa mungkin merasa tekanan untuk mengikuti tren tersebut.
Norma sosial dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, membuat pergaulan bebas terlihat sebagai hal yang normal dan diterima. Struktur fisik kampus, seperti ruang publik, asrama, atau fasilitas rekreasi, juga dapat mempengaruhi terjadinya pergaulan bebas. Lingkungan yang mendukung pertemuan atau interaksi yang tidak terkontrol dan tidak terawasi dapat memberikan kesempatan bagi pergaulan bebas. Selain itu, organisasi atau kelompok di kampus yang mengadakan kegiatan yang mendorong pergaulan bebas juga dapat mempengaruhi mahasiswa untuk terlibat.
Dampak Lingkungan Pertemanan
Lingkugan pertemanan dapat memberikan pengaruh kembang anak pada remaja (Sapara. dkk, 2020). Pengaruh teman sebaya dalam pergaulan bebas mahasiswa merujuk pada pengaruh yang dimiliki oleh teman sebaya dalam mendorong atau mempengaruhi mahasiswa untuk terlibat dalam pergaulan bebas. Teman sebaya dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan dan perilaku mahasiswa dalam konteks sosial kampus.
Teman sebaya dapat menggunakan tekanan sosial untuk mempengaruhi mahasiswa agar ikut serta dalam pergaulan bebas. Tekanan sebaya dapat berupa dorongan untuk mengikuti tren, norma kelompok, atau perilaku yang tidak sehat. Mahasiswa yang merasa terjebak dalam tekanan sebaya mungkin merasa sulit untuk menolak atau mempertahankan keputusan yang berbeda.
Selain itu, Teman sebaya dapat membentuk norma kelompok yang mendorong pergaulan bebas. Jika norma kelompok di kampus mendukung atau mengapresiasi perilaku bebas, mahasiswa cenderung untuk mengikuti arus tersebut agar diterima dan menghindari rasa terisolasi. Norma kelompok dapat memiliki pengaruh kuat dalam membentuk perilaku individu.
Mahasiswa sering kali cenderung meniru atau mengadopsi perilaku dari teman sebayanya. Jika teman sebaya terlibat dalam pergaulan bebas, ada kemungkinan mahasiswa akan tergoda untuk ikut serta dalam aktivitas serupa. Kehadiran teman sebaya yang terlibat dalam pergaulan bebas dapat meningkatkan minat dan keinginan mahasiswa untuk mencoba hal serupa. Teman sebaya membentuk lingkungan sosial bagi mahasiswa.
Jika lingkungan sosial kampus secara umum menerima dan mempromosikan pergaulan bebas, mahasiswa dapat merasa bahwa perilaku tersebut adalah norma yang diterima dan diharapkan. Lingkungan yang toleran terhadap pergaulan bebas dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku individu. Meskipun pergaulan bebas memiliki dampak negatif, beberapa mahasiswa menganggapnya sebagai bentuk dukungan sosial dan koneksi dengan teman sebaya. Pergaulan bebas bisa menjadi cara untuk merasa diterima dan termasuk dalam kelompok tertentu. Mahasiswa mungkin merasa bahwa mereka mendapatkan dukungan emosional atau mengalami rasa keterikatan dalam konteks pergaulan bebas.
Solusi Pergaulan Bebas di Lingkungan Sosial Pada Mahasiswa
Solusi dalam mengatasi masalah pergaulan bebas di lingkungan sosial pada mahasiswa, dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan sehat. Pertama, pendidikan dan peningkatan kesadaran mengenai konsekuensi negatif dari pergaulan bebas harus diberikan kepada mahasiswa. Mereka perlu memahami risiko kesehatan, keamanan, dan akademik yang terkait dengan perilaku tersebut.
Pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, atau program pengembangan diri yang fokus pada dampak negatif pergaulan bebas. Selanjutnya, penguatan nilai dan etika perlu dilakukan melalui pendekatan pendidikan dan pembinaan. Penting untuk mengajarkan mahasiswa tentang tanggung jawab sosial, integritas, serta menghormati diri sendiri dan orang lain. Dengan membangun nilai-nilai yang kuat, diharapkan mereka dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana. Ini dapat dicapai melalui pengembangan kurikulum yang memasukkan mata pelajaran atau program khusus yang mempromosikan nilai-nilai tersebut.
Pembinaan dan bimbingan juga merupakan solusi yang efektif. Mahasiswa perlu diberikan dukungan dan panduan dalam mengatasi tekanan sosial dan emosional yang mendorong pergaulan bebas. Tim konselor atau pembimbing dapat membantu mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik. Selain itu, pembentukan kelompok diskusi atau forum kelompok kecil dengan topik-topik terkait juga dapat menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, pemahaman, dan strategi dalam menghadapi tekanan dan tantangan yang terkait dengan pergaulan bebas.
Selain itu, melibatkan mahasiswa dalam aktivitas dan organisasi yang positif juga penting. Mahasiswa perlu didorong untuk terlibat dalam klub atau komunitas yang mempromosikan kegiatan sehat dan produktif. Hal ini dapat memberikan alternatif yang menarik dan membangun relasi dengan individu yang memiliki nilai dan minat yang sama. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan olahraga, seni, budaya, atau sosial yang dapat membantu membangun koneksi sosial yang positif dan memperluas lingkaran pertemanan yang sehat.
Pengawasan yang memadai juga perlu diberikan di lingkungan kampus. Institusi pendidikan perlu memastikan kehadiran dosen atau staf pengawas di tempat-tempat strategis untuk mencegah dan mengendalikan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, peningkatan kehadiran petugas keamanan di area-area kampus yang sering menjadi lokasi pergaulan bebas atau mengadakan patroli rutin untuk memastikan keamanan dan ketertiban kampus. Kolaborasi antara institusi pendidikan dan orang tua juga sangat penting.
Orang tua perlu terlibat dalam memantau dan mendukung kehidupan sosial anak mereka di kampus. Komunikasi yang baik antara orang tua dan institusi pendidikan dapat membantu mengatasi potensi masalah yang muncul. Institusi pendidikan dapat melibatkan orang tua dalam pertemuan, seminar, atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan keterlibatan orang tua dalam mendukung anak-anak mereka.
Terakhir, kampanye dan sosialisasi perlu dilakukan untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan bertanggung jawab. Dewi (dalam Munif, 2023:10) menjelaskan bahwa diperlukannya sosialisasi pada kalangan pelajar untuk mencegah terjadinya penyimpangan. “pelajar perlu sosialisasi agar tidak terjadi penyimpangan”. Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami pentingnya pergaulan yang positif dan menjadikan hal tersebut sebagai pilihan yang lebih baik. Kampanye tersebut dapat melibatkan media sosial, poster, spanduk, dan kegiatan lainnya yang dapat menjangkau mahasiswa secara luas dan memberikan informasi yang relevan mengenai pergaulan bebas.
Penerapan solusi-solusi ini membutuhkan kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, mahasiswa, dosen, staf pengajar, serta keluarga dan masyarakat sekitar. Dengan upaya bersama, diharapkan pergaulan bebas di lingkungan sosial mahasiswa dapat diminimalisir dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung. Selain itu, evaluasi terus-menerus juga perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas solusi yang diimplementasikan dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran Dampak Lingkungan Sosial Terhadap Pergaulan Bebas Mahasiswa. Pergaulan bebas di kalangan mahasiswa adalah fenomena yang dipengaruhi oleh faktor internal, keluarga, dan lingkungan sosial. Faktor internal mencakup dorongan individu untuk mencari kebebasan dan eksplorasi diri. Faktor keluarga berperan penting dalam membentuk perilaku pergaulan bebas, dengan pola asuh yang kurang pengawasan dan komunikasi yang terbuka dapat mempengaruhi mahasiswa. Lingkungan sosial, termasuk teman sebaya, lingkungan kampus, dan media sosial, juga memainkan peran dalam membentuk sikap dan perilaku mahasiswa terkait pergaulan.
Dampak pergaulan bebas di kalangan mahasiswa sangat beragam. Bagi pelaku pergaulan bebas, dampaknya dapat mencakup penurunan kualitas akademik, masalah kesehatan fisik dan mental, serta risiko terlibat dalam perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkoba dan seks bebas. Selain itu, pergaulan bebas juga dapat merusak ikatan keluarga akibat munculnya konflik. Dalam konteks pendidikan, pergaulan bebas dapat mengganggu proses belajar-mengajar di sekolah atau kampus, sementara hubungan pertemanan berkualitas juga dapat terganggu.
Untuk mengatasi pergaulan bebas di lingkungan sosial mahasiswa, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Keluarga perlu meningkatkan pengawasan, memberikan komunikasi yang efektif, dan memperkuat pemahaman nilai-nilai yang baik. Institusi pendidikan harus melibatkan diri dengan menyelenggarakan program dan kegiatan yang meningkatkan kesadaran akan dampak pergaulan bebas.
Selain itu, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga non-pemerintah penting untuk menyediakan sumber daya dan program yang mendukung pergaulan sehat dan positif bagi mahasiswa. Dengan upaya bersama, diharapkan pergaulan bebas di kalangan mahasiswa dapat dikurangi, sementara mahasiswa dapat terlibat dalam pergaulan yang lebih positif dan membangun.
Oleh: Fajarria Tri Wandita, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
Daftar Pustaka
Anwar, H, K. Martunis., & Fajriani. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas Pada Remaja Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Vol 4(2) Hal 9-18.
Ferdiana, C. E,H, Susanto., & S, Aulia (2020). Penggunaan Media Sosial Tinder dan Fenomena Pergaulan Bebas di Indonesia. Koneksi, 4(1), 112-118. eISSN: 2598-0785
Ginting, R., D,Y, Ginting., & Irmayani. 2019-2020. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Bebas pada Remaja di SMK Swasta Jaya Krama Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Kesehatan Masyarakat & Gizi, Vol. 2 No.2
Hisyam, CJ, & MM, MS (2021). Perilaku Menyimpang: Tinjauan Sosiologis., books.google.com, https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=ALdTEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=perilaku+menyimpang+tinjauan+sosiologi&ots=SfQ9EY06Lg&sig=8_7rt1VQz_XHMJsFrrUwtJ-ab3Y.
Munif, A. W, Syahamah. B,A, Damayanti., & R,Y, Fadhilah. (2023). Sosialisasi pada remaja yang Terdampak Sosial Media terhadap Pergaulan Bebas (Studi di MTs Al-Ihsan Desa Banjaragung, Bareng, Jombang). NAJWA: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. jurnallppm.iainkediri.ac.id, <http://jurnallppm.iainkediri.ac.id/index.php/najwa/article/view/124>
Rofi’i, Agus, dkk. (2021). Penyuluhan Tentang Bahaya Pergaulan Bebas dan Bijak Bermedia Sosial. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 2(4). DOI: 10.31949/jb.v2i4.1588.
Sapara, Mensi M. J, Lumintang.,& Cornelius,J.Paat. (2020). Dampak Lingkungan Sosial Terhadap Perubahan Perilaku Remaja Di Desa Ammat Kecamatan Tampan’amma Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Holistik. Vol 13(3).
Setiawan, M. A., & H, Nurochman. (2019). Peran Konselor dalam Penanggulangan Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja (Studi Kasus di SMA Muhammadiyah 2 Palangkaraya). Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(2), 14-20.
Setyawan, Sendy Agus, dkk. (2019). Pergaulan Bebas di Kalangan Mahasiswa dalam Tinjauan Kriminologi dan Hukum. Law Research Review Quarterly. Vol 5(2): 135-158. DOI: https://doi.org/10.1027/1016-9040/a000314
Suhaida, Siti. H, Jamaluddin Hos., 7 Ambo Upe. 2018. Pergaulan Bebas Di Kalangan Pelajar (Studi Kasus di Desa Masaloka Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya Kabupaten Bomabana). Neo Societol. Vol 3(2).
Suharni. M, Haramen. (2021). Dampak Negatif Pergaulan Bebas Terhadap Generasi Muda Menurut Tinjauan Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pengajaran dan Kajian Islam. Vol 1(1).
Sulatri. Eti Hayati., & A. Nursyifa. (2020). Dampak Kenakalan Remaja Untuk Meningkatkan Kesadaran Dari Bahaya Kenakalan Remaja Bagi Masa Depan. Journal of Community Service in Humanities and Social Sciences. Vol 2(1).