Pengaruh Limbah Plastik Terhadap Ekosistem Laut

limbah plastik

Modernis.co, Jakarta – Sampah plastik menjadi masalah utama di banyak negara karena polusinya yang terus menerus meningkat setiap tahun. Sampah plastik tidak hanya dimulai di daratan tetapi sampah plastik sudah menyebar mencemari laut. Tujuan penulisan karya ilmiah ini ialah penting untuk menyadari bahaya pencemaran limbah plastik dan mengambil tindakan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang, dan mempromosikan kebijakan dan praktik yang ramah lingkungan untuk menghadapi tantangan ini.

Harapan bagi masyarakat dapat memahami bahwa mengurangi limbah plastik di ekosistem laut merupakan tanggung jawab bersama. Jumlah sampah plastik yang mencemari lautan Indonesia adalah 1,29 juta ton (M/D) dalam 1,29 juta ton per tahun, ini jumlah yang sangat besar. Sampah bisa menjadi baru, di karenakan sampah yang telah terpapar berulang kali, sampah terkumpul di suatu tempat dan berpindah lagi.

Sampah plastik di laut dapat berasal dari darat dan air. Polusi plastik air yang sering terlihat berkaitan dengan sisa penangkapan ikan seperti jaring, tali dan bangkai sebuah perahu meskipun orang benua berasal dari kehidupan manusia modern, dimana plastik sering digunakan sebagai produk “sekali pakai” seperti : botol, gelas, dan sendok garpu plastik dan pembersih telinga.

Limbah plastik akan sangat berbahaya bagi makhluk laut contohnya seperti penyu, karena penyu mengira plastik sebagai makan dan akhirnya mengkonsumsi. Penyu tidak dapat membedakan kantung plastik dengan ubur-ubur, sehingga kerap mengonsumsinya tanpa sengaja. Saat sampah plastik masuk kepencernaan hewan laut, itu dapat menyebabkan penyumbatan dan akhirnya kematian.

Cara untuk menghentikan sama sekali penggunaan plastik dalam memproduksi barang, mungkin akan sulit bagi kita karena beberapa keunggulan plastik masih diperlukan untuk memproduksi barang. Tindakan seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang, memilih produk yang ramah lingkungan, dan meningkatkan kesadaran akan dampak limbah plastik dapat membantu melindungi ekosistem laut dari pencemaran plastik.

Limbah plastik ialah salah satu masalah lingkungan yang seriu di dunia. Plastik merupakan bahan yang tahan lama dan terjangkau, sehingga banyak digunakan dalam berbagai industri dan kehidupan sehari-hari. Namun, karakteristik plastik yang sulit di urai juga menyebabkan masalah ketika plastik menjadi limbah. Pemahaman terhadap dampak limbah plastik terhadap ekosistem laut sangat penting karena plastik telah menjadi masalah lingkungan yang merusak dan menimbulkan konsekuensi serius bagi kehidupan laut. Limbah plastik sangat berpengaruh bagi ekosistem laut. (Aliviyanti et al, 2022 : 6).

Limbah plastik yang terbuang di laut menyebabkan pencemaran yang sangat luas, plastik sangat sulit di urai sehingga dapat bertahan di lingkungan laut selama ratusan taun. Banyak hewan laut seperti burung, ikan, penyu dan mamalia laut dapat mengonsumsi yang mengapung di air. Masalah di atas dapat menyebabkan keracunan, luka dalam sistem pencernaan dan akhirnya kematian. Ketika limbah plastik masuk ke dalam lingkungan laut, berbagai proses seperti angin, arus laut, dan kegiatan manusia dapat menyebabkan limbah plastik tersebut mencapai ekosistem laut.

Salah satu sumber utama limbah plastik dalam ekosistem laut ini ialah sampah plastik yang secara langsung di buang ke laut sehingga semakin cepat pencemaran yang akan terjadi di laut (Chotimah etal, 2021:5). Laut tempat yang dianggap menjadi pembuangan akhir (sampah) bagi masyarakat, sehingga hal ini diacukan oleh masyarakat dikarenakan laut yang memiliki kapasitas air yang

lumayan banyak, sehingga dapat mengencerkan segala macam polutan atau zat yang dapat mencemari lingkungan. Volume yang besar dengan intensitas tinggi, rusaknya keseimbangan laut juga berdampak pada lingkungan alam dan terjadi dampak di dunia. Ada beberapa masalah sampah laut di Indonesia, seperti kebiasaan dan kebijakan suatu Pemerintah. Kebiasaan sebagia masyarakat yang tidak ramah lingkungan, dan mereka  akan hal membuang sampah sembarangan.

Hal ini akan mengakibatkan sampah mencemari sungai dan laut, dan pada akhirnya sampah tersebut akan mengendap di daratan. Meski pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah (TPA) bagi warga masyarakat untuk membuang sampahnya, namun sebagian masyarakat tidak memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah (Hasana, 2019 :7).

Pencemaran dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk gangguan lingkungan: adanya gangguan, perubahan atau perusakan. Lingkungan laut sering tercemar, yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungan. Pengaruh laut meluas ke semua aktivitas yang terjadi di laut dan aktivitas yang dilakukan masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai. Serta kegiatan yang berlangsung di wilayah pesisir.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, pencemaran laut adalah suatu penambahan organisme, zat-zat, energi, bahkan factor yang lain ke dalam laut sehingga kualitasnya menurun hingga pada tingkatan khusus yang menjadikan area laut tidak memenuhi standar.

Sifat atau fungsi sesuatu adalah seberapa banyak yang dapat dilakukannya dan seberapa banyak polusi yang dapat ditimbulkannya wilayah pesisir merupakan wilayah yang rawan terhadap pencemaran limbah, Perairan pesisir menampung sampah baik yang berasal dari limpasan maupun yang langsung dibuang oleh masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan pengendapan lumpur pada area pantai dan merubah sebagian parameter kualitas air di sepanjang  pantai. (Ningsih, 2018 : 5).

Pengertian Limbah Plastik

Limbah plastik merupakan jenis limbah yang terdiri dari material plastik atau polimer yang tidak diinginkan dan dibuang setelah digunakan. Plastik ialah bahan sintetis yang dibuat dari polimer yang dapat bertahan dalam lingkungan selama ratusan tahun. Limbah plastik termasuk dalam kategori limbah padat dan menjadi salah satu masalah lingkungan global yang signifikan.

Limbah plastik dapat berasal dari berbagai sumber seperti: kemasan makanan dan minuman, kantong plastik, botol plastik, peralatan rumah tangga, mainan, peralatan elektronik, dan banyak lagi. Plastik juga dapat terbentuk sebagai limbah sampingan dalam proses industri manufaktur. (Salamah & Maryudi, 2019 :6).

Beberapa dekade terakhir, penggunaan plastik telah meningkat secara signifikan karena keawetan, kekuatan, dan kemudahannya dalam penggunaan. Namun, limbah plastik memiliki dampak negatif yang serius terhadap lingkungan. Plastik yang dibuang ke alam bebas, seperti lautan, sungai, dan lahan pembuangan sampah ilegal, dapat mencemari ekosistem dan membahayakan flora dan fauna.

Cara mengatasi masalah limbah plastik ialah  upaya pengurangan, daur ulang, dan penggantian plastik sekali pakai dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan menjadi penting. Edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pengelolahan limbah plastik juga menjadi faktor kunci dalam mengurangi dampak negatif limbah plastik terhadap. lingkungan. (Ningsih, 2018 :7).

Mengenal Berbagai Jenis – Jenis Limbah Plastik Dan Sifat Limbah Plastik

Limbah plastik dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat dan karakteristiknya. Berikut ini ialah beberapa jenis limbah plastik yang umum ditemui sebagai berikut:

(1) Plastik Kresek (Polyethylene)

Plastik kresek adalah jenis plastik yang sering digunakan untuk kantong belanja, bungkus makanan, dan kemasan produk lainnya. Plastik ini sulit terurai dan memiliki sifat yang tahan terhadap pelapukan alami. Mereka cenderung berakhir di tempat pembuangan akhir atau tersebar di lingkungan;

(2) Plastik Polietilen Tereftalat (PET)

Plastik PET umumnya digunakan untuk botol minuman, wadah makanan, dan sering kali di gunakan dalam industri tekstil. Plastik ini relatif mudah di daur ulang, tetapi jika tidak didaur ulang dengan benar, mereka dapat mencemari lingkungan dan menjadi sumber masalah;

(3)  Plastik Polivinil Klorida (PVC)

PVC adalah jenis plastik yang tahan terhadap api, korosi, dan kerusakan fisik. Ini digunakan dalam pipa, kabel listrik, dan produk konstruksi lainnya. Namun, ketika terbakar atau dibiarkan terurai, PVC dapat mengeluarkan gas beracun yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia;

(4) Plastik Polipropilena (PP)

Plastik PP sering digunakan dalam wadah makanan, tutup botol, dan serat karpet. Plastik ini memiliki sifat yang cukup tahan terhadap panas dan digunakan dalam banyak produk yang terpapar suhu tinggi. Meskipun memiliki tingkat daur ulang yang lebih tinggi daripada beberapa jenis plastik lainnya, masih banyak plastik  yang berakhir sebagai limbah yang tidak terkelola dengan baik; dan

(5) Polistirena (Styrofoam)

Polistirena adalah jenis plastik ringan yang digunakan dalam kemasan makanan, nampan busa, dan cangkir sekali pakai. Mereka sangat sulit terurai dan sering kali mencemari lingkungan jika tidak di daur ulang dengan benar. (Salamah & Maryudi, 2019: 6).

Sifat umum dari limbah plastik adalah bahwa mereka memiliki waktu dekomposisi yang sangat lama, sehingga dapat bertahan di lingkungan selama berabad-abad. Plastik bisa berubah menjadi mikroplastik ketika terurai, yang dapat mencemari ekosistem air dan memengaruhi kehidupan laut. Selain itu, limbah plastik juga dapat menciptakan masalah kebocoran bahan kimia berbahaya ke tanah dan air, kebocoran bahan kimia sangat mengganggu ekosistem laut.

Oleh karena itu, pengelolaan limbah plastik yang baik, seperti daur ulang dan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, sangat penting untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kehidupan ekosistem laut (Salamah & Maryudi, 2019 :5 ).

Dampak negatif limbah plastik terhadap ekosistem laut salah satunya ialah pencemaran air: Ketika limbah plastik memasuki perairan laut, mereka dapat terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik ini dapat mencemari air laut dan menyebabkan kerusakan ekosistem. Mikroplastik juga dapat menyerap zat-zat kimia berbahaya seperti polutan organik persisten (POP) dan logam berat. Ketika organisme laut mengonsumsi mikroplastik, zat-zat kimia ini dapat masuk ke dalam rantai makanan, mempengaruhi organisme di semua tingkat trofik. (Ningsih, 2018 :9).

Dampak Kimiawi Limbah Plastik terhadap Ekosistem Laut

Limbah plastik memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem laut. Beberapa dampak kimiawi limbah plastik terhadap ekosistem laut sebagai berikut:

(1) Pencemaran Air

Ketika limbah plastik memasuki perairan laut, mereka dapat terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik ini dapat mencemari air laut dan menyebabkan kerusakan ekosistem. Mikroplastik juga dapat menyerap zat-zat kimia berbahaya seperti polutan organik persisten (POP) dan logam berat. Ketika organisme laut mengonsumsi mikroplastik, zat-zat kimia ini dapat masuk ke dalam rantai makanan, mempengaruhi organisme di semua tingkat trofik;

(2) Keracunan Organisme Laut

Plastik yang terbawa oleh arus laut seringkali tertelan oleh hewan laut, seperti burung laut, ikan, dan mamalia laut. Bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam plastik, seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat, dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi, gangguan endokrin, dan gangguan kesehatan lainnya pada organisme laut. Hal ini dapat berdampak buruk pada populasi hewan laut dan mengancam keberlanjutan ekosistem laut;

(3) Pencemaran habitat: Limbah plastik seperti tali, jaring, dan kantong plastik dapat terjerat di terumbu karang, hutan lamun, dan struktur bawah laut lainnya. Hal ini dapat mengganggu dan merusak habitat laut yang penting bagi berbagai spesies. Plastik juga dapat menciptakan “pulau plastik” di tengah lautan, yang merupakan konsentrasi limbah plastik yang besar dan dapat mempengaruhi pergerakan dan migrasi hewan laut;

(4) Gangguan Reproduksi

Bahan kimia dalam plastik dapat mengganggu siklus reproduksi hewan laut. Misalnya, beberapa bahan kimia dalam plastik dapat menyebabkan penurunan kualitas sperma pada ikan dan gangguan perkembangan embrio pada moluska. Hal ini dapat mengurangi keberhasilan reproduksi dan mengancam kelangsungan hidup spesies laut; dan

(5) Perubahan Ekosistem

Akumulasi limbah plastik di laut dapat menyebabkan perubahan dalam struktur ekosistem laut. Organisme laut yang bergantung pada terumbu karang atau hutan lamun sebagai habitat dan sumber makanan dapat terancam akibat kerusakan yang disebabkan oleh limbah plastik. Hal ini dapat memicu pergeseran populasi dan mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. (Akbar, 2023 :11).

Dampak Limbah Plastik Terhadap Ekosistem Laut

Limbah plastik memiliki dampak yang serius juga pada ekosistem laut. Ketika limbah plastik masuk ke dalam lingkungan laut, berbagai proses seperti angin, arus laut, dan kegiatan manusia dapat menyebabkan limbah plastik tersebut mencapai ekosistem laut (Purba et al., 2021). Beberapa sumber utama limbah plastik yang berdampak bagi ekosistem laut ialah sebagai berikut:

(1) Sampah yang dibuang langsung ke laut

Tindakan pembuangan langsung limbah plastik ke laut merupakan salah satu sumber utama pencemaran plastik di ekosistem laut. Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya pengelolaan sampah yang memadai di beberapa wilayah atau kelalaian dalam membuang sampah secara bertanggung jawab;

(2) Limbah darat yang mencemari sungai dan saluran air

Banyak limbah plastik berasal dari darat dan mencapai ekosistem laut melalui sungai dan saluran air. Sampah plastik yang dibuang di sungai atau saluran air dapat terbawa oleh arus air dan akhirnya mencapai laut;

(3) Limbah plastik dari industri dan aktivitas pesisir

Industri seperti manufaktur plastik, perikanan, pariwisata, dan kegiatan pesisir lainnya dapat berkontribusi terhadap limbah plastik di ekosistem laut. Contohnya adalah pembuangan limbah plastik dari kapal-kapal perikanan atau kegiatan pariwisata di pantai yang menghasilkan sampah plastik; dan

(4) Mikroplastik dari produk-produk konsumen

Mikroplastik merupakan fragmen kecil plastik dengan ukuran kurang dari lima milimeter. Sumber utama mikroplastik adalah produk-produk konsumen seperti produk perawatan pribadi (misalnya scrub wajah), serat sintetis dari mesin cuci, dan fragmen plastik dari pembuangan sampah yang tidak terkendali. (Amin et al, 2022 : 6).

Pengenalan dan Pemahaman Bahaya Pencemaran Limbah Plastik Mengenal Berbagai Bahaya Limbah Plastik

Mengenal berbagai bahaya limbah plastik sangat penting bagi masyarakat, macam macam bahaya limbah plastik sangat banyak salah satu contohnya adalah kerusakan lingkungan, kerusakan ekosistem, serta sangat bahaya bagi manusia. Limbah plastik yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, terutama lautan, sungai, dan danau. Plastik yang tidak terurai dengan mudah dan dapat bertahan selama ratusan tahun di alam bebas.

Banyak hewan laut dan satwa liar lainnya terperangkap atau memakan limbah plastik, yang dapat menyebabkan cedera atau kematian Limbah plastik memiliki pengaruh yang signifikan bagi ekosistem laut. Korelasi antara pengaruh limbah plastik terhadap ekosistem laut salah satunya ialah kerusakan habitat: Limbah plastik dapat mencemari habitat alami, seperti lautan, sungai, dan hutan.

Plastik yang terbuang dapat menghancurkan rumah bagi banyak spesies, termasuk hewan laut, burung, dan satwa liar lainnya. Limbah plastik sangat mengganggu siklus kehidupan dan mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Korelasi di atas menggambarkan bagaimana pentingnya mengurangi limbah plastik atau dengan cara mendaur ulang sehingga tidak menyebabkan kerusakan atau bahaya yang lebih fatal. (Aliviyanti etal,  2022 : 12).

Upaya Mengurangi Limbah Plastik Terhadap Ekosistem Laut

Upaya yang dapat di lakukan untuk mengurangi limbah plastik terhadap ekosistem laut ialah sebagai berikut:

(1) Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai

Menghindari penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan plastik, dan wadah makanan sekali pakai. Beralihlah ke bahan alternatif yang ramah lingkungan seperti kantong kain, sedotan logam atau bambu, serta wadah makanan yang dapat digunakan berulang kali;

(2) Daur ulang dan mengelola limbah plastik dengan benar

Pastikan untuk memilah dan mendaur ulang limbah plastik dengan benar. Tempatkan limbah plastik pada tempat yang sesuai dengan petunjuk daur ulang yang ada di daerah Anda. Jika sistem daur ulang belum tersedia, carilah cara alternatif untuk mendaur ulang atau mengelola limbah plastik dengan bertanggung jawab;

(3) Edukasi dan kesadaran masyarakat

Lakukan upaya edukasi kepada masyarakat mengenai dampak buruk limbah plastik terhadap ekosistem laut. Informasikan tentang cara mengurangi penggunaan plastik, pentingnya mendaur ulang, dan bagaimana membuang limbah plastik dengan benar yaitu pemahaman yang lebih baik, masyarakat akan cenderung mengubah perilaku mereka terkait penggunaan plastik;

(4) Kampanye pembersihan pantai dan laut

Mengadakan kampanye pembersihan pantai dan laut dapat membantu mengurangi limbah plastik yang masuk ke ekosistem laut. Melibatkan komunitas, sukarelawan, dan organisasi lingkungan dalam kegiatan ini akan membantu meningkatkan kesadaran dan memperkuat perubahan positif;

(5) Inovasi teknologi

Mendorong dan mendukung inovasi teknologi yang dapat menggantikan penggunaan plastik atau mengolah limbah plastik menjadi bahan yang berguna. Contohnya, pengembangan bahan pengganti plastik ramah lingkungan, sistem pengendalian pencemaran plastik di sungai, dan teknologi pengolahan limbah plastik; dan

(6) Regulasi dan kebijakan

Mendorong pemerintah untuk mengadopsi kebijakan dan regulasi yang melarang atau membatasi penggunaan plastik sekali pakai, mempromosikan daur ulang, dan mengenakan pajak atau denda terhadap limbah plastik. Regulasi yang kuat dapat menjadi penggerak perubahan dalam mengurangi limbah plastik di ekosistem laut (Suryono, 2019: 7). Ingatlah bahwa mengurangi limbah plastik merupakan usaha bersama. Diperlukan kolaborasi antara individu, masyarakat, pemerintah, dan sektor bisnis untuk mencapai pengurangan limbah plastik yang signifikan. (Suryono, 2019:7).

Kesimpulan

Indonesia memiliki masalah besar dengan bahan limbah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Pencemaran laut di Indonesia menjadi topik perdebatan saat ini, dengan orang-orang yang menerapkan konsep tujuan pembangunan berkelanjutan untuk memperbaiki lingkungan. Serta tidak akan ada limbah masyarakat (sampah) berakhir ke lingkungan atau sungai yang langsung bermuara ke laut. Penting untuk memahami bahwa mengurangi limbah plastik di ekosistem laut merupakan tanggung jawab bersama.

Tindakan seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang, memilih produk yang ramah lingkungan, dan meningkatkan kesadaran akan dampak limbah plastik dapat membantu melindungi ekosistem laut dari pencemaran plastik. Upaya mengatasi bahaya pencemaran limbah plastik, diperlukan tindakan yang komprehensif, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang plastik, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah yang baik, serta mempromosikan penggunaan bahan pengganti plastik ramah lingkungan.

Sampah yang dihasilkan masyarakat termasuk sampah plastik yang tidak bisa dihindari di laut Indonesia. Jika pembuangan sampah plastik ke lautan yang tidak terkendali serta berlanjut, maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan dari waktu ke waktu. Penanggulangan pembuangan sampah dapat dilakukan dengan dua cara untuk menangani sampah plastik: dengan membakarnya atau dengan mendaur ulangnya.

Namun, banyak sampah plastik yang tidak di dibuang di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), sampah langsung dibuang ke laut dan tidak digunakan kembali. Misalnya, hewan  membutuhkan tempat yang nyaman untuk hidup, akan tetapi air laut sudah tercemar sampah plastik sehingga  banyak polutan yang merugikan ekosistem laut.

Pantai yang indah akan sangat nyaman untuk dinikmati oleh mata. Pencemaran yang terjadi di laut dapat kita hindarkan, dengan mengurangi limbah yang kita hasilkan dengan menggunakan metode dan praktik yang lebih efisien, yakni dengan menggunakan produk-produk ramah lingkungan dan memiliki rencana pengelolaan sampah yang memperhatikan lingkungan.

Seperti pengembangan sampah menjadi sebuah barang- barang kreatif yang berguna bagi masyarakat. Contohnya seperti kapal ini dilengkapi dengan sarana untuk mengumpulkan sampah dari berulang kali berlayar melalui air yang penuh dengan sampah. Sistem ini membantu mengurangi jumlah sampah yang dikumpulkan dan dibuang.

Memahami tentang pengaruh limbah plastik pada ekosistem laut ini membantu kita memahami dampak yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari interaksi antara plastik dan organisme laut, kita dapat mengetahui bagaimana limbah plastik mempengaruhi kesehatan dan keberlanjutan ekosistem laut secara keseluruhan.

Oleh: Yessy Martha Aulia, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Daftar Pustaka

Akbar, A. (2023). Dampak pencemaran lingkungan di wilayah pesisir makasar akibat limbah masyarakat. SENSISTEK: riset sains dan teknologi kelautan, 1(1), 1–10.

Aliviyanti, D., Kasitowati, R. D., Yona, D., Semedi, B., Rudianto, R., Asadi, M. A., Dewi, C. S. U. (2022). Edukasi bahaya sampah plastik pada perairan dan biota laut di sekolah alam, pantai Bajulmati, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Abdi Geomedisains, 1(1), 119–129.

Amin, M. A. N. A., Indriasih, D., & Utami, Y. (2022). Pemanfaatan limbah plastik menjadi kerajinan tangan bagi ibu-ibu PKK desa Mejasem Barat, Kecamatan Keramat, Kabupaten Tegal. Jurnal pengabdian masyarakat Nusantara, 2(1), 35–41.

Chotimah, H. C., Iswardhana, M. R., & Rizky, L. (2021). Model collaborative governance dalam pengelolaan sampah plastik laut guna mewujudkan ketahanan Maritim di Indonesia. Jurnal Ketahanan Nasional, 27(3), 348–376.

Djongihi, A., Adjam, S., & Salam, R. (2022). Dampak pembuangan sampah di pesisir pantai terhadap lingkungan sekitar (studi kasus masyarakat Payahe Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan). Jurnal Geocivic, 5(1), 1–10.

Hasana, U. (2019). Efektivitas penggunaan sistem manajemen sampah perkotaan di TPS (Tempat pembuangan sampah terakhir) kota-kota besar Indonesia. Jurnal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1(1), 1–10.

Ningsih, R. W. (2018). Dampak pencemaran air laut akibat sampah terhadap kelestarian laut di Indonesia. Jurnal Universitas Muhammadiyah, 1(1), 1–12.

Purba, N. P., Anna, Z., Faizal, I., & Kristiadhi, F. (2021). Adaptasi masyarakat pulau pramuka dalam mereduksi sampah laut. Farmers: Journal of community services, 2(2), 1–6.

Salamah, S., & Maryudi, M. (2019). Recycle limbah plastik jenis PET (Polyethylene terepthalate) dengan proses pirolisis dengan katalis silika-alumina. Jurnal rekayasa kimia & lingkungan, 14(1), 104–111.

Suryono, D. D. (2019). Sampah plastik di perairan pesisir dan daut: implikasi kepada ekosistem pesisir DKI Jakarta. Jurnal riset Jakarta, 12(1), 17–23.

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment