Modernis.co, Jakarta – Radikalisme merupakan paham yang disebar luaskan oleh kelompok dengan merujuk pada berubahnya tatanan yang sudah ada menjadi tatanan baru sesuai keinginan penyebar paham tersebut namun, melalui jalan kekerasan. Radikalisme sendiri memiliki karakteristik meliputi perkembangan yang bervariatif di berbagai negara Isu ini menjadi penting untuk dibahas dikarenakan penyebaran paham tidak hanya melalui gerakan “bawah tanah” saja, mereka mulai secara terus terang terjun di publik ini sangat mengkhawatirkan.
Menurut mereka hal tersebut untuk merepresentasikan pembelaan dan penegakan Islam melalui kekerasan yang sering kali mereka sebut dengan kata Jihad. Jihad dalam Islam yang sesungguhnya tidak pernah mengajarkan kekerasan terutama di masa sekarang, seringkali oknum-oknum yang mengatasnamakan Islam memakai kata Jihad dalam perspektif yang berbeda sehingga menimbulkan salah paham yang memicu kebencian.
Salah satu gerakan Islam transnasional yang jelas menganut radikalisme adalah ISIS, gerakan yang diinisiasi dengan mengatasnamakan membela Islam. ISIS menjadi organisasi yang ditentang oleh berbagai pihak pasalnya menggunakan aksi radikal, aksi yang dijalankan oleh ISIS bukan hanya penyebaran paham namun, ISIS juga melakukan aksi bom masal. Mereka meyakini bahwa aksi tersebut merupakan aksi yang membawa kebajikan untuk Islam.
Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang dipimpin oleh Aman Abdurrahman adalah kelompok aktif mengadopsi ideologi ISIS, terdapat banyak serangan teror yang ditemukan dan terbukti teroris tersebut anggota JAD. Penyebaran ideologi JAD bukan hanya dilakukan dari mulut ke mulut saat ini, penyebaran terorisme dinilai berlangsung masif melalui media sosial dengan adanya akun-akun yang memuat tentang aksi teror mengatasnamakan jihad serta penyebaran pandangan mengenai aksi yang sah dilakukan dalam memerangi kekafiran.
Gerakan ini telah melakukan beberapa serangan teror di Indonesia, Filipina, dan Malaysia, termasuk serangan bom dan penyerangan di tempat ibadah. Model gerakan Ansharut Daulah di Asia Tenggara semakin mengkhawatirkan karena semakin banyaknya orang yang bergabung dengan gerakan tersebut dan potensi untuk menyebar ke negara-negara lain di wilayah itu.
JAD sering menggunakan propaganda dan pernyataan resmi untuk menyebarluaskan ideologi mereka dan mendukung aksi-aksi kekerasan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa JAD memiliki tujuan untuk memperluas pengaruh ISIS di Asia Tenggara dan membangun negara Islam di wilayah tersebut. JAD aktif menggunakan media sosial untuk memperluas pengaruh mereka dan merekrut anggota baru, serta menggunakan platform ini untuk menyebarluaskan propaganda mereka dan mengkoordinasikan aksi-aksi kekerasan.
Radikalisasi melalui online lewat medsos sudah menjadi bahaya nyata maka perlu diwaspadai. Sebab untuk kalangan radikal terorisme media sosial ialah batu loncatan efisien guna merekrut serta menggelar indoktrinasi sebab capaian yang luas. Bisa terlihat pada akun Instagram @info.akhirzaman2020 yang teratur mengunggah poster ataupun film propaganda ISIS.
Dampak penyebaran ideologi Gerakan Ansharut Daulah melalui media sosial tidak boleh diabaikan. Ideologi ekstremis ini dapat membahayakan stabilitas sosial dan keamanan di wilayah Asia Tenggara. Temuan ini menekankan pentingnya tindakan pencegahan yang kuat dalam memonitor dan mengatasi konten yang berbahaya di media sosial. Keterlibatan pihak berwenang, platform media sosial, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam menghadapi penyebaran ideologi ini.
Selain itu, kolaborasi regional dan internasional perlu ditingkatkan dalam menangani penyebaran ideologi Gerakan Ansharut Daulah. Pertukaran informasi, pengalaman, dan taktik antara negara-negara di Asia Tenggara akan membantu meningkatkan pemahaman tentang gerakan ini dan mengembangkan strategi yang efektif dalam menghadapinya. Kerjasama ini juga harus melibatkan pendekatan yang beragam, termasuk pendidikan yang meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ideologi ekstremis dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dan inklusivitas.
Oleh: Aji Novita Faidillah, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang