Lingkungan Pertemanan dan Gaya Hidup Hedonisme

lingkungan dan hedonisme

Modernis.co, Jakarta – Gaya hidup hedonisme mencerminkan penekanan pada kepuasan pribadi dan kesenangan segera tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Sering kali seorang mahasiswa mengabaikan kebutuhan utama dan memilih melakukan kegiatan yang tujuannya untuk mencari kesenangan semata seperti, menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah, belanja barang yang bermerek, nongkrong di tempat yang mewah seperti kafe, pusat perbelanjaan, hingga menimbulkan perilaku konsumtif.

Lingkungan pertemanan sebagai lingkungan sosial yang signifikan dalam kehidupan mahasiswa dapat mempengaruhi adopsi dan penguatan perilaku hedonis. Dukungan sosial yang diberikan oleh teman-teman dapat mempengaruhi kecenderungan mahasiswa untuk mengadopsi perilaku hedonis.

Jika lingkungan pertemanan memberikan dorongan dan penerimaan terhadap perilaku hedonis, mahasiswa cenderung lebih mungkin mengikuti gaya hidup tersebut. Pengaruh teman sebaya yang secara aktif mendorong dan terlibat dalam perilaku hedonis dapat mempengaruhi mahasiswa untuk mengikuti tren tersebut.

Mahasiswa melakukan gaya hidup hedonisme agar mendapat pengakuan dari teman-teman terdekatnya dan mendapatkan pujian dari teman yang lainnya, sehingga membuat mahasiswa semakin tertarik untuk menciptakan image bagi diri mahasiswa tersebut.

Upaya pencegahan dapat difokuskan pada meningkatkan kontrol diri dan kesadaran akan dampak negatif perilaku hedonis dan pentingnya membangun lingkungan pertemanan yang mendukung gaya hidup yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan mahasiswa. 

Karya tulis ilmiah bertujuan untuk memberikan wawasan tentang pengaruh antara lingkungan pertemanan terhadap gaya hidup hedonisme mahasiswa serta dampak negatif dan positifnya. Karya tulis ilmiah ini juga mencakup faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi gaya hidup hedonisme.

Menurut Clasen & Brown (Putri dkk, 2021:200) menyatakan bahwa gaya hidup hedonisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya lingkungan pertemanan. Dukungan sosial yang diberikan oleh tekanan teman sebaya didefinisikan sebagai dorongan atau tekanan yang datang dari teman sebaya kepada individu untuk berpikir atau melakukan suatu hal tertentu yang sudah ditentukan oleh teman sebaya yang selanjutnya dilakukan bersama-sama. Menurut Santrock (Arinda, 2022:529), menyatakan bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain disebabkan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan.

Lingkungan pertemanan kelas tinggi cenderung akan mempengaruhi teman sebaya untuk mengikuti gaya hidupnya seperti ikut nongkrong di tempat yang mewah, belanja barang yang bermerek, serta hobi untuk menghabiskan uang untuk sesuatu yang bahkan bukan kebutuhan. Sikap hedonisme yang berlebihan dapat menimbulkan sikap konsumtif.

Perilaku konsumtif merupakan perilaku mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang atau tidak diperlukan (khususnya yang berkaitan dengan respon terhadap konsumsi barang-barang sekunder atau barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan).

Perilaku konsumtif terjadi karena masyarakat mempunyai kecenderungan materialistic, hasrat yang besar untuk memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya dan sebagian besar pembelian yang dilakukan didorong keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. (Pulungan & Febriaty, 2018:105).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya hidup hedonisme dan perilaku konsumtif saling berhubungan.

Individu penganut gaya hedonisme yang selalu mementingkan kebahagiaan akan melakukan berbagai cara agar diri nya tetap bahagia hingga lupa untuk mengontrol diri dan memicu perilaku konsumtif.

Menurut Sumartono (Putri dkk, 2021:200), menyatakan bahwa, perilaku konsumtif dapat tercermin pada beberapa tindakan, misalnya membeli karena terdapat hadiah, diskon, kemasan menarik, gengsi atau simbol status, model yang mengiklankan, dan adanya persepsi produk mahal dapat meningkatkan rasa percaya diri, bahkan membeli produk sejenis berbeda merk.

Definisi Gaya Hidup Hedonisme

Hedonisme menurut Frans Magnis Suseno (Ismail, 2019:195), merupakan filosofi yang meyakini bahwa kebahagiaan individu dapat dicapai dengan mencari kesenangan sebanyak-banyaknya dan menghindari atau menekan rasa sakit semaksimal mungkin.

Penganut hedonisme akan terus berusaha untuk mendapatkan kesenangan yang diinginkan seperti yang disampaikan oleh Rahmat dkk, (2020:44) gaya hidup hedonis merupakan pola hidup yang fokus pada aktivitas untuk meraih kesenangan hidup, seperti menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah, bermain lebih banyak, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Istilah “hedone” dalam bahasa Yunani berarti kesenangan atau kenikmatan, dan awalnya diperkenalkan oleh Jeremy Bentham pada tahun 1781. Prinsip aliran tersebut berpendapat sesuatu dianggap baik apabila dapat memberikan kesenangan.

Penganut hedonisme menganggap semua yang dilakukan untuk mencari kesenangan merupakan hal yang baik selagi tidak menimbulkan perasaan sakit sehingga tidak dapat mengontrol diri seperti yang disampaikan oleh Burhanuddin (Ismail, 2019:195), hedonisme merupakan suatu hal yang memberikan kenikmatan asalkan tidak menyebabkan kesulitan, kesakitan, dan ketidaknyamanan dianggap sebagai sesuatu yang positif.

Berdasarkan pernyataan tersebut penganut hedonisme kurang memiliki kesadaran diri akan dampak negatif dari gaya hidup hedonisme karena apapun yang membuatnya bahagia akan terus dilakukan meskipun harus menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak penting.

Aspek-aspek Gaya Hidup Hedonisme

Menurut Mowen dan Minor (Khairat dkk, 2018:134) menyatakan bahwa aspek-aspek dari gaya hidup hedonis dapat mengacu pada aspek-aspek gaya hidup:

Pertama-tama, aktivitas (kegiatan) merupakan cara orang memanfaatkan waktu dengan melakukan tindakan konkret yang dapat diamati seperti hobi, berbicara, berbelanja, bepergian, kegiatan sosial, hiburan, dan olahraga. Pengukuran tersebut menunjukkan alasan-alasan mengapa seseorang melakukan aktivitas tersebut.

Kedua, minat (ketertarikan) merupakan tingkat kepuasan yang muncul secara khusus dan membuat seseorang tertarik pada objek, peristiwa, atau topik tertentu.

Ketiga, opini (pendapat) merupakan respons atau tanggapan seseorang secara lisan atau tertulis terhadap stimulus yang muncul. Stimulus atau situasi tersebut dapat berupa isu sosial, produk masa depan, komunitas, olahraga, atau hiburan.

Bentuk-bentuk Gaya Hidup Hedonisme.

Salah satu bentuk dari gaya hidup hedonis yang terlihat dari bagaimana cara seorang individu atau kelompok masyarakat dalam mengkonsumsi barang-barang mewah, bagus, dan bermerk. Menurut Abrianto & Arani, (2021:85) bentuk-bentuk gaya hidup hedonisme mencakup kecanduan belanja, membeli barang bermerk, dan nongkrong di tempar mewah.

  • Kecanduan Belanja.

Mahasiswa penganut gaya hidup hedonisme gemar untuk berbelanja barang mewah. Barang-barang yang  dibeli tidak terlepas dari rasa candu yang ada, walaupun barang tersebut tidak dibutuhkan tetapi demi status sosial saat bermain dan berkumpul agar mendapatkan pujian dari.  (Abrianto & Arani, 2021:85).

Menurut Jean P. Baudrillard (Putri dkk, 2021:200), menyatakan bahwa terkait budaya konsumerisme masyarakat sekarang terhadap masyarakat dewasa yang memberikan penilaian pada suatu objek berdasarkan pada apa yang dibelinya. Mahasiswa dengan gaya hidup hedonisme tidak lagi belanja barang karena butuh melainkan hanya untuk kesenangan sesat dan mendapat pengakuan di lingkungan pertemanannya.

  • Membeli Barang Bermerk

Mahasiswa penganut hedonisme lebih senang memakai barang yang bermerk dari pada barang yang dijual di pinggir jalan, karena barang yang bermerk akan membuat seseorang merasa keren dan dipandang sebagai orang dengan status ekonomi yang tinggi. Barang bermerk sudah menjadi hal yang penting digunakan saat para remaja berkumpul dengan teman agar terlihat lebih keren dan bagus (Abrianto & Arani, 2021:85).

Dapat disimpulkan bahwa teman terdekat mempengaruhi gaya hidup hedonisme.  Seseorang yang menggunakan barang bermerk dan mengikuti tren masa kini akan di anggap keren di lingkungan pertemanannya.

  • Nongkrong di Tempat Mewah

Zaman sekarang sudah banyak sekali ditemukan kafe-kafe dan tempat yang mewah. Di tempat tersebut isi nya para mahasiswa yang sedang nongkrong bersama teman-teman. Mahasiswa juga terlihat mengenakan pakaian yang stylish. Seperti yang dikatakan oleh Abrianto & Arani, (2021:85) ketika mahasiswa menghabiskan waktu bersama teman-teman yang termasuk dalam kelompok hedonis, mahasiswa akan mengenakan pakaian terbaru atau yang sering disebut sebagai up to date.

Terlebih lagi, jika teman-teman dari mahasiswa tersebut mengenakan pakaian yang bagus, mahasiswa akan mendapat pujian dari teman lainnya, sehingga semakin memotivasi mahasiswa untuk memperlihatkan citra diri yang baik. Nongkrong di tempat mewah sudah menjadi kebiasaan mahasiswa untuk mengisi waktu luang dan bersenang-senang bersama teman sehingga menimbulkan gaya hidup hedonisme.

Faktor-faktor Terbentuknya Gaya Hidup Hedonisme.

Menurut Priansa (Abrianto & Arani 2021:84) secara umum, faktor yang memengaruhi gaya hidup yang hedonis dapat dibagi menjadi dua bagian, faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :

Faktor Internal :

  • Sikap

Merupakan kondisi jiwa yang menjadi refleksi dari pengetahuan dan cara berfikir mahasiswa yang memberikan respons terhadap suatu objek yang di organisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung bedasarkan perilaku yang ditampilkan. Sikap  dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan, serta lingkungan sosial mahasiswa yang menjadi objek peneliti (Abrianto & Arani, 2021:84).

  • Pengalaman dan Pengamatan.

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tingkah laku maupun perbuatan mahasiswa pada masa lalu. Hasil dari pengalaman sosial tersebut dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek (Abrianto & Arani, 2021:84).

  • Kepribadian.

Kepribadian merupakan konfigurasi karakteristik dari individu dan juga merupakan bagian dari cara berperilaku yang membentuk perbedaan perilaku setiap individu (Abrianto & Arani, 2021:84).

  • Konsep Diri

Konsep diri merupakan salah satu pola hidup yang bersikap bahwa sesuatu dapat mempengaruhi minat terhadap suatu objek (Abrianto & Arani, 2021:84). Konsep diri negatif merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya yang tidak teratur, tidak memiliki kestabilan, dan keutuhan diri. Konsep diri yang negatif akan menyebabkan seseorang cenderung memiliki gaya hidup hedonisme.

Faktor Eksternal :

  • Kelompok Referensi.

Menurut Abrianto & Arani, (2021:84) kelompok referensi merupakan sebuah kelompok yang mempengaruhi gaya hidup seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok yang mempengaruhi secara langsung merupakan kelompok yang dapat berinteraksi satu sama lain.

Sementara itu, kelompok yang mempengaruhi secara tidak langsung merupakan individu yang tidak terlibat dalam kelompok tersebut. Lingkungan pertemanan merupakan kelompok referensi yang mempengaruhi secara langsung terhadap gaya hidup hedonisme.

  • Keluarga.

Menurut Abrianto & Arani, (2021:84) peran keluarga memegang peranan yang sangat besar dan penting dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang. Faktor keluarga merupakan pengaruh utama dalam membentuk kebiasaan anak dalam keluarga karena orang tua secara tidak langsung memengaruhi pola hidup di antara anggota keluarga.

  • Kelas Sosial.

Menurut Abrianto & Arani, (2021:84) terdapat dua unsur mendasar dalam struktur sosial yang membentuk sistem kelas sosial individu, yaitu kedudukan (status) dan peran. Kelas sosial menentukan posisi seseorang dalam masyarakat, termasuk hak, kewajiban, dan prestisenya. Aspek yang berubah-ubah dari kedudukan kelas sosial merupakan peran. Jika individu memenuhi hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya, maka inidividu tersebut telah melaksanakan suatu peran.

  • Kebudayaan.

Menurut Abrianto & Arani, (2021:84), mengatakan bahwa yang mencakup aspek budaya  meliputi pengetahuan, keyakinan, etika, norma, tradisi, seni, dan kebiasaan yang diperoleh oleh mahasiswa dalam menjalani gaya hidup sebagai individu yang tergabung dalam kelompok yang menganut gaya hidup hedonis di lingkungan kampus.

Dampak Positif dan Negatif Gaya Hidup Hedonisme.

Dampak Positif.

Menurut Jennyya dkk, (2021:14), mengatakan bahwa dampak positif hedonisme merupakan mahasiswa yang hidup hedonis  mengalami penurunan tingkat stres dan merasa bahagia. Mahasiswa penganut gaya hidup hedonistik, terlihat lebih mewah karena ingin terlihat lebih menonjol dalam lingkungan sosialnya.

Selanjutnya, semangat juang yang muncul didorong oleh ambisi untuk mencapai tujuan membuat mahasiswa hedonis berjuang keras untuk mencapai apa yang diinginkan. Berdasarkan pernyataan tersebut gaya hidup hedonisme juga memiliki dampak yang positif apabila individu dapat mengontrolnya dengan baik.

Dampak Negatif

Gaya hidup hedonisme yang tidak terkontrol akan menimbulkan dampak negatif. Dampak negatifnya seperti merusak diri sendiri, pemborosan serta melanggar aturan dan norma (Jennyya dkk, 2021:15). Dari beberapa penjabaran yang telah dituliskan maka dapat diketahui dampak negatif dari gaya hidup hedonisme sebagai berikut :

(1) Bagi mahasiswa yang bersikap hedonisme, cenderung memiliki individualisme atau pandangan bahwa diri sendiri lebih penting daripada orang lain;

(2) Konsumtif, kecenderungan membeli barang-barang yang tidak diperlukan, hal tersebut dilakukan semata-mata untuk kesenangan dan kesenangan semata;

(3) Egois, masih terkait dengan orang-orang individualis yang cenderung berperilaku hedonisme dan lebih memprioritaskan kepentingan pribadi tanpa memperhatikan orang lain;

(4) Bersifat malas, beberapa individu yang terjerumus dalam gaya hidup hedonisme umumnya cenderung menjadi orang yang malas dan tidak menghargai waktu;

(5) Pengikut hedonisme sering kali tidak bertanggung jawab dan cenderung malas, bahkan terhadap diri sendiri;

(6) Orang-orang yang hidupnya didasarkan pada kesenangan semata, cenderung sangat boros. Seseorang akan menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang memberikan kepuasan tanpa mempertimbangkan manfaat dan kegunaan barang yang dibeli; dan

(7) Korupsi, salah satu akibat negatif dari perilaku hedonistic. Tindakan korupsi tidak hanya dalam bentuk korupsi finansial, tetapi juga dalam bentuk korupsi waktu, korupsi pekerjaan, dan sejenisnya.

Penanggulangan terhadap Gaya Hidup Hedonisme

Kontrol Diri

Kesadaran diri yang tinggi sangat penting dalam membentuk kontrol diri. Kemampuan untuk mengontrol diri dipengaruhi oleh seberapa besar dan sejauh mana individu berusaha mengontrol dirinya. Kontrol diri menunjukkan kemampuan untuk mengarahkan perilakunya agar sesuai dengan tujuan yang terarah.

Menggunakan kemampuan kontrol diri, individu dapat membedakan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sebagai perilaku standar untuk membimbing perilakunya sehingga dapat menunda pemenuhan kebutuhannya.

Memilih Lingkungan Pertemanan Yang Sehat

Kelompok teman sebaya merupakan bagian yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan diri remaja dalam pembentukan sikap. Kelompok teman sebaya saling mempengaruhi baik dalam bentuk sikap maupun perilaku yang akhirnya akan memberikan nilai-nilai pribadinya dalam keluarga, masyarakat maupun menentukan suatu pilihan.

Kelompok pertemanan mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap jadi untuk meminimalisir gaya hidup hedonisme penting untuk memilihi lingkungan pertemanan yang sehat dan dapat membangun kualitas diri yang lebih baik.

Kesimpulan

Hedonisme merupakan  kegiatan untuk mencari kesenangan semata, seperti menghabiskan lebih banyak waktu diluar rumah, belanja barang yang bermerek, nongkrong ke tempat yang mewah seperti kafe, pusat perbelanjaan, hingga menimbulkan perilaku konsumtif. Lingkungan pertemanan termasuk salah satu faktor penyebab munculnya gaya hidup hedonisme.

Mahasiswa melakukan gaya hidup hedonisme agar dapat pengakuan dari teman-teman terdekatnya dan mendapatkan pujian dari teman yang lainnya, sehingga membuat mahasiswa semakin tertarik untuk menciptakan image bagi diri mahasiswa tersebut.

Gaya hidup hedonisme dapat berdampak negatif dan positif, dampak negatifnya seperti, bersikap individualisme, egois, bersifat malas, tidak bertanggung jawab, boros, konsumtif, dan dapat melakukan tindakan korupsi. Sedangkan, dampak positifnya seperti, dapat mengurangi tingkat tekanan dan kecemasan dalam diri seseorang, dapat mencegah depresi, dan akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup, sehat secara jasmani, dan berumur panjang.

Gaya hedonisme yang tanpa batasan akan berdampak negatif pada seseorang, untuk mengatasinya dapat melalui kontrol diri. Seorang mahasiswa harus pandai untuk mengontrol diri seperti, belanja sesuai kebutuhan, tidak terlalu sering nongkrong di tempat mewah, tidak harus mengenakan barang yang bermerk, dan berhemat untuk mempersiapkan kebutuhan di masa yang akan datang. Mahasiswa dapat memilih lingkungan pertemanan yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan mahasiswa agar terhindar dari gaya hidup hedonisme.

Oleh: Reftian Gusti Ajeng Rai, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang

Daftar Pustaka

Abrianto, D., & Arani, V. S. (2021). Analisis Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus: Mahasiswa Ilmu Filsafat Universitas Pembangunan Panca Budi Medan). Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 79-87. Retrieved Juni 18, 2023, from https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/ARRASYID/article/view/8744/pdf_9

Arinda, D. (2021). Konformitas Dengan Gaya Hidup Hedonisme pada Mahasiswa. Jurnal Imiah Psikologi, 9(3), 528-534. doi:10.30872/psikoborneo

Hersika, E. I., & Kurniawan, K. N. (2020). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Gaya Hidup Hedonisme Remaja di Kafe Kota Padang. PSYCHE 165 Journal, 13(1), 1-9. doi:https://doi.org/10.35134/jpsy165.v13i1.11

Hidayah, N., & Bowo, P. A. (2018). Pengaruh Uang Saku, Locus of Control, dan Lingkungan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumtif. Economic Education Analysis Journal, 7(3), 1025-1039. Retrieved Juni 22, 2023, from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/28337/12426

Ismail, M. (2019). Hedonisme dan Pola Hidup Islam. Jurnal Ilmiah Islamic, 16(2), 193-204. doi:http://dx.doi.org/10.33096/jiir.v16i2.21

Jennyya, V., Pratiknjo, M. H., & Rumampuk, S. (2021). Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Mahasiswa Universitas SAM Ratulangi. Jurnal Holistik, 14(3), 1-16. Retrieved Juni 19, 2023, from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/34482

Khairat, M., Yusri, N. ‘., & Yuliana, S. (2018). Hubungan Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswi. Jurnal Al-Qalb, 10(2), 130-139. Retrieved Juni 18, 2023, from https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alqalb/index

M, Y., Suroso, & Pratitis, N. T. (2022). Gaya Hidup Hedonisme pada Mahasiswa: Adakah Peranan Kontrol Diri dan Big Five Personality. Journal of Psychological Research, 2(2), 170-181. Retrieved Juni 18, 2023, from https://aksiologi.org/index.php/inner

Nida, H. A. (2021). Konsep Memilih Teman yang Baik Menurut Hadits. Jurnal Riset Agama, 1(2), 338-353. doi:10.15575/jra.v1i2.14571

Pulungan, D. R., & Febriaty, H. (2018). Pengaruh Gaya Hidup dan Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurnal Riset Sains Manajemen, 2(3), 103-110. doi:10.5281/zenodo.1410873

Putri, D. E., Yuliadi, I., & Kusumawati, R. N. (2021). Hubungan antara Tekanan Teman Sebaya dan Gaya Hidup dengan Perilaku Seksual Mahasiswa Laki-laki. Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember, 17(1), 197-206. doi:10.32528/ins.v%vi%i.2289

Rahmat, A., Asyari, & Puteri, H. E. (2020). Pengaruh Hedonisme dan Religiusitas terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Journal of Economic Studies, 4(1), 39-55. doi:http://dx.doi.org/10.30983/es.v4i1.3198

Sa’idah, F., & Fitrayati, D. (2022). Analisis Pengaruh Literasi Ekonomi dan Gaya Hidup Hedonis terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa di Era Pandemi Covid-19. Jurnal Paedagogy, 9(3), 467-475. doi:https://doi.org/10.33394/jp.v9i3.5288

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment