Pondasi dan Amanah Juang IMM 58 Tahun

IMM sumsel

(Dalam Buku Catatan Tinta Emas Dari Narasi Menuju Aksi hal. 17-22)

Modernis.co, Palembang – Sejarah mengajarkan kita arti penting suatu perjalanan waktu dan aktivitas yang terlewat dengan tidak akan terulang kembali dengan segala catatan-catatan penting. Bayangkan saja apabila suatu organisasi tidak pernah mengenal sejarah, tentu organisasi tersebut pincang dan prematur digilas oleh zaman karena hilang arah gerakan seperti halnya organisasi yang baru lahir.

Hal tersebut karena subjek di dalam organisasi tersebut dinamis begulir dari generasi ke generasi, maka sangat mungkin apabila terjadi kegagalan kaderisasi dan melenceng dari kiblat organisasi. Belajar dari sejarah sangat penting agar terwujud kesadaran kolektif organisasi dinamis mencapai kemajuan.

IMM sebagai organisasi Islam terbesar yang menuai kiprah sejak tahun 1964 sudah menorehkan perjalanan berharga bagi Muhammadiyah itu sendiri maupun Bangsa ini. Mengulik sejarah bukan membuat kita terhanyut dan hanya ber-nostalgia saja akan masa lampau. Namun, dengan kita mengenal perjalanan IMM secara mendalam bisa kita menyusuri catatan-catatan berharga hingga memahami pondasi gerakan untuk dapat mengajekkan maupun mengaktualisasi gerakakan secara massif dengan menajamkan tujuan, membumikan gerakan guna kemaslahatan umat.

Menjadi catatan yang penting bagi kader IMM untuk senantiasa menjadi pioner dalam setiap momentum peradaban bangsa seperti yang dijelaskan oleh Pramula (2016) bahwa kader IMM harus mengambil peranan penting dalam setiap momentum sejarah peradaban bangsa. IMM harus tampil pada grada terdepan mengisi pembangunan. Tidak boleh hanya sekedar menjadi pengekor peradaban, penonton, dan hanya sebagai penikmat sejarah.

Lahirnya Trilogi IMM Hingga Tri Kompetensi Dasar

Asbabun Nuzul lahirnya trilogi IMM yakni, Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Kemasyarakat-an, yang merupakan intisari yang tertuang dalam Deklarasi Kota Barat (DEKOBAR) hasil dari keputusan Musyawarah Nasional (MUKTAMAR) IMM di Kota Barat-Solo, tanggal 5 Mei 1965.

Deklarasi Kota Barat juga dikenal sebagai “Enam Penegasan 1965” yang sebelumnya menjadi tanda peresmian pendirian IMM 14 Maret 1964/29 Syawal 1384 H.  yang ditandatangani oleh KHA. Badawi dan disaksikan oleh H.Tanhawi (Badan Pembantu Harian Pemerintah DIY) berlokasi di Gedung Dinoto Yogyakarta.

Kemudian enam penegasan tersebut, dibawa ke Munas Pendahuluan yang dilaksanakan 11-13 Desember 1964. Imron Fathoni (2017) dalam artikelnya membahas topik buku IMMawan Bung Karno menjelaskan Djasman Al Kindi beserta pengurus DPP IMM periode awal tahun 1965 menemui Bung Karno dengan membawa misi bersejarah dalam pergerakan mahasiswa dan meminta restu sang proklamator untuk mendirikan organisasi IMM. Pada pertemuan itulah Djasman Al-Kindi, dkk. memanggil Soekarno dengan sebutan “IMMawan” yang merupakan sebutan akrab bagi kader-kader IMM.

Enam penegasan IMM tersebut, sebagai cikal bakal pondasi gerakan IMM. Kemudian, melihat arah gerak IMM dalam 6 penegasan itu, pemerintah Presiden Soekarno merestui IMM berdiri secara resmi (Nasional) dengan menuliskan prasasti pada 16 Februari 1965 yakni: “Saya Beri Restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)”.

Ada stigma mengganggap IMM bagian dari pemerintah yang otoriter karena pemerintah Soekarno memberikan restu (1965). Tetapi, asumsi itu sudah ditepis tuntas pada waktu itu, dan sudah dibayar lunas oleh AF. Fathoni dalam buku “Kelahiran yang dipersoalkan” (1990).

Kemudian enam penegasan tersebut, dibawa ke Munas pertama di Kota Barat-Solo pada 5 Mei 1965 dan diputuskan menjadi Deklarasi Kota Barat (DEKOBAR). Enam Penegasan 1965 sangatlah penting karena pondasi gerakan IMM yang merupakan arah gerakan yang memiliki ciri khas sekaligus deskripsi identitas IMM dalam menjalankan roda organisasi.

Dalam poin-poin 6 penegasan IMM terdapat gambaran (deskripsi) arah gerakan IMM, sehingga wajar kalau Bung Karno memberi restu untuk berdirinya IMM.

Berikut ini merupakan isi Deklarasi Kota Barat (DEKOBAR) 1965 yang dikutip dari Buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik IMM (2017) yakni:

  1. IMM adalah gerakan mahasiswa Islam;
  2. Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM;
  3. Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (stabilitator dan dinamisator);
  4. Ilmu adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiyah IMM;
  5. IMM adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku;
  6. Amal IMM dilahirkan dan diabadikan untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa.

Trilogi IMM adalah intisar dari DEKOBAR yang merupakan kandungan yang lahir dari Al-Quran surat Ali Imran 104 dan al-Ma’un ayat 1-7. Trilogi IMM menghasilkan turunan berupa Tri Citra IMM atau Tri Kompetensi Dasar yakni: Intelektualitas (kemahasiswaan), Religiusitas (aqidah agama Islam/keagamaan), dan Humanitas (kemasyarakatan). Tri Kompetensi IMM tersebut diabadikan dalam AD/ART IMM Pasal 5 dan merupakan cikal bakal lahirnya bidang-bidang IMM yang terintergritas untuk mewujudkan tujuan IMM.

Deklarasi Kota Barat seperti yang dijelaskan Sani (2017) bahwa Dekobar merupakan suatu peristiwa yang penting dan dijadikan tonggak sejarah oleh Ikatan guna membuktikan eksistensi Ikatan dalam sejarah. Pengambilan intisari dalam Deklarasi Kota Barat tersebut munculkan trilogi ikatan yang kita kenal dengan kemahasiswaan, keagamaan, dan kemasyarakat-an. Selain trilogi dalam Deklarasi Kota Barat (DEKOBAR) mengungkapkan harapan besar Muhammadiyah dan Bangsa terhadap ikatan, (Theologi of Hope). Theologi of Hope dalam perfektif ikatan adalah tugas yang diemban oleh Ikatan secara organisatoris dan kadernya sebagai untuk melakukan tugas kemanusiaan dan pembenahan spiritualitas dalam pembangunan (developmentalisme) yang dilakukan negara dikarenakan berorientalis pada struktur. Tugas kemanusiaan terus berlanjut dikarenakan banyaknya permasalahan yang terjadi seperti kemiskinan, korupsi, ketidakadilan, penindasan dan lainnya.

IMM Harus Source of Solution

Di tengah krisisnya demokrasi yang bersih, perlu adanya upaya yang konkrit bagi IMM untuk senantiasa memberikan suatu yang berarti menuai angin segar bagi kehidupan bernegara sebagai wujud aksi nyata menghadirkan solusi. Ironis memang, yang diperlihatkan akhir-akhir ini dengan penampakan bernegara yang seolah-olah hukum selalu tajam bagi yang kritis dan kebal hukum bagi yang sejalan dengan pemerintah.

Stigma yang dihadapkan oleh elit-elit eksekutif maupun jajarannya, yudikatif, maupun legislatif yang masih pula tergiur uang panas atau nama kerennya korupsi uang rakyat, menjadi dilematik, masih saja kita temui secara gamblang pungutan liar (PUNGLI) yang masih masif terjadi di beberapa daerah.

Terkait hukum yang tumpul ke atas namun tajam ke bawah, PUNGLI, hingga korupsi menjadi bagian tanggungjawab moral bagi IMM untuk menghadirkan solusi yang merupakan amanah perjuangan IMM dalam membaca situasi tersebut. IMM dalam masa keterbentukan awalnya, menjunjung tinggi berpihak kepada kaum tertindas/kaum lemah (mustadh’afin) yang merupakan refleksi dari kompetensi humanis (kemasyarakatan). Harus ada upaya vokal kritis dalam membaca membaranya kesewenang-wenangangan yang merupakan musuh nyata bagi IMM. Hal tersebut karena IMM merupakan organisasi yang nasionalisme.

Keadaan bangsa ini, semakin miris pula kalangan pemuda maupun kalangan mahasiswa yang tersesat dalam pergaulan bebas hingga narkoba. Hal tersebut menjadi catatan penting bagi IMM untuk senantiasa memberikan solusi meluruskan kiblat pemuda Indonesia melalui pembinaan karakter terutama kalangan mahasiswa melalui Baitul Arqam Mahasiswa (BAM), Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah/mentoring, maupun kegiatan secara rutin kajian-kajian ke-Islam-an, hingga seminar edukatif hingga deklarasi anti narkoba.

Meskipun IMM memiliki jurus yang ampuh dalam mencegah penyimpangan sosial seperti pergaulan bebas hingga narkoba, tentu perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak dalam meluruskan kiblat generasi penerus bangsa. Segenap elemen bangsa harus bersatu dalam mengatasi problematika terutama kalangan generasi muda agar tercipta insan yang progresif dalam estapet kepemimpinan bangsa.

Amanah perjuangan IMM untuk senantiasa tumbuh dan diabadikan untuk kepentingan umat. Hal tersebut, sebagai refleksi mengaplikasikan kepribadian Muhammadiyah dan juga sebagai gerakan mahasiswa Islam.

Oleh: Preli Yulianto (Ketua Bidang Media dan Komunikasi DPD IMM Sumsel 2022-2024)

Preli Yulianto
Preli Yulianto

Penulis Muda Sumsel

Related posts

Leave a Comment