Jangan Abaikan Kondisi Psikologi Tenaga Medis Selama Pandemi

Modernis.co, Makassar – Sudah sepuluh bulan bangsa ini berkutat dengan pandemi, berbagai kebijakan, himbauan dan bantuan telah diberikan oleh pemerintah agar masyarakat bisa sedikit bernafas ditengah serangan pandemi yang melumpuhkan sebagian besar lini kehidupan.

Menurut data kementrian keuangan Republik Indonesia, pada tahun 2020 di kuartal II pertumbuhan ekonomi mengalami minus 5,32% dan terancam resesi. Meskipun pada kuartal III angka ini membaik dan pemerintah bisa sedikit menarik nafas lega.


Sejak pandemi menyerang Indonesia di awal Maret 2020 lalu, dua aspek kehidupan masyarakat yang selalu disoroti adalah kesehatan dan ekonomi. Keduanya sekali lagi menjadi momok yang menakutkan baik bagi warga Indonesia maupun masyarakat yang ada di dunia. Menurut data WHO, akhir tahun 2020 sudah ada 87.2 juta kasus covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, 48.8 juta dinyatakan sembuh, dan 1.88 juta meninggal dunia, dan sisanya masih menjalani perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri sebagai bentuk pemulihan.


Tenaga keseahatan seperti perawat dan dokter juga tidak luput dari perhatian, karena memiliki peran sentral dalam menangani setiap pasien yang terpapar covid-19. Namun perlu diingat, selain pasien terpapar covid-19, baik pemerintah maupun institusi kesehatan juga perlu memerhatikan bagaimana kondisi kesehatan para tenaga medis karena yang paling intens berinteraksi dengan pasien covid-19. Menurut data yang sampaikan oleh kompas.com, sudah 363 tenaga kesehatan yang meninggal karena covid-19.


Dari sisi jaminan kesejahteraan dan nutrisi para tenaga kesehatan, kita patut apresiasi dukungan yang diberikan oleh banyak pihak seperti pemerintah, donatur, dan pihak lainnya yang ikut membantu tenaga kesehatan agar bisa bertahan dari gempuran pandemi yang tidak memandang siapa yang akan menjadi korban selanjutnya. Harus diakui, bahwa penangan covid-19 di Indonesia masih terpusat pada pasien yang terpapar tanpa melihat bagaiman beban yang dihadapi para tenaga medis ketika bertugas merawat para pasien.


Resiko pekerjaan yang dilakoni tidak hanya berbahaya bagi kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental atau psikis para tenaga medis yang bertugas digarda terdepan. Sehingga bisa berakibat fatal bagi kondisi imun dan rentan terkena virus. Hal inilah yang jarang terpublikasi di media, kurangnya kesadaran tentang kondisi psikologis masih dianggap tidak terlalu penting sehingga aspek ini jarang diberikan perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak, khususnya pemerintah.


Beban stress, bahkan bisa meningkat ke tingkat yang lebih tinggi seperti distress dan depresi bukan hanya disebabkan oleh beban kerja yang tinggi. Melainkan ada faktor sosial seeprti terbatasnya interaksi para tenaga medis dengan orang-orang sekitarnya karena resiko pekerjaan yang tidak bisa ditebak bahayanya dan akhirnya menimbulkan gejala gangguna kecemasan. Bisa dikatakan kondisi psikologis yang rawan menjadi salah satu penyebab para tenaga medis terpapar virus karena menurunnya imunitas. Sehingga diperlukan upaya penanganaan yang jauh lebih serius agar para tenaga medis dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal.


Meskipun pemerintah telah memberikan jaminan upah yang lebih tinggi dari biasanya, namun dengan kondisi psikologis yang rentan terganggu harus diperhatikan sebagai bentuk empati pemerintah terhadap kinerja tenaga medis dalam memutus rantai covid-19. Oleh sebab itulah para tenaga medis harus difasilitasi bukan hanya fasilitas fisik yang memadai, tapi fasilitas yang menyupport pekerjaannya agar tetap berjalan dengan baik juga penting.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan para psikolog yang bertugas untuk membantu para tenaga medis dalam menjaga stabilitas psikologis mereka. Dengan begitu, kondisi imun para tenaga medis yang bertugas dapat terjaga dengan baik karena stabilitas mental yang tetap terjaga.


Tugas Psikolog untuk Para Tenaga medis
Dalam konteks ini, tugas psikolog bukan untuk mendapingi para pasien agar memiliki semangat sembuh dari penyakitnya. Tugas ini bisa dilakukan oleh dokter atau para perawat yang bertugas. Tugas psikolog disini adalah mendampingi dokter dan perawat yang membutuhkan untuk melepas beban stress kerja yang mereka miliki. Aspek terpenting adalah agar para tenaga medis tidak mengalami kecemasan yang tinggi karena pekerjaan yang dilakoni memiliki risiko yang sangat berbahaya bagi orang lain.

Dengan pakerjaan yang membatasi interaksi sosial tentu akan berpengaruh pada tingkat kenormalan mental, apalagi dengan pekerjaan yang tidak membolehkan bertemu dengan orang-orang yang disayangi seperti keluarga atau sahabat demi menjaga keselamatan mereka.


Siapapun yang dihadapkan pada kondisi seperti ini pasti akan merasa frustasi, namun dengan kehadiran psikolog bisa membantu untuk mengurangi kondisi itu dan membuat para tenaga medis bisa bekerja karena kondisi psikologis yang stabil. Kebutuhan seperti konseling untuk mengurangi kecemasan, teman curhat, dan menciptkan ruang interaksi layaknya di tengah keluarga adalah tugas utama yang diberikan kepada psikolog ketika mendampingi baik dokter maupun perawat yang bertugas.


Lebih dari itu, para psikolog yang ditugaskan juga bisa memainkan peran keluarga. Hal ini dimaksudkan agar beban pikiran yang dialami oleh tenaga medis untuk keluarganya tidak menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Tugas utama psikolog untuk menciptakan suasana yang positif dilingkungan kerja, memenuhi kebutuhan psikologis dan menunjukkan langkah-langkah yang tepat ketika ada tenaga medis yang tertekan ataupun terbebani dengan tugas-tugasnya selama penangani kasus covid-19.


Meminjam istilah mazhab behaviorisme, psikolog perlu melakukan sebuah tindakan untuk memanipulasi lingkungan yang selama ini menciptakan ketakutan-ketakutan karena serangan pandemi yang terus berdatangan dengan lingkungan yang menciptakan suasana yang ceria. Kalau hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah, khususnya menteri kesehatan, tenaga medis yang bertugas merasa terbantu karena kebutuhan-kebutuhan psikologisnya dipenuhi dan diperhatikan. Dengan adanya lingkungan yang ceria juga akan membantu memperkuat imunitas tenaga medis sehingga kinerja yang diberikan juga bisa optimal.


Oleh sebab itu, menteri kesehatan sudah seharusnya menyiapkan tenaga psikolog yang nantinya ditugaskan untuk mendampingi para tenaga medis baik ketika melakukan pekerjaannya maupun ketika sedang tidak bertugas. Tujuannya adalah agar tenaga medis tidak mengalami gangguan psikologis yang bisa jadi membuat imunitas mereka menurun dan mudah terjangkit virus. Disamping itu, hadirnya psikolog sebagai tenaga pendamping adalah upaya pemerintah dalam mengamalkan prinsip memanusiakan para tenaga medis. Dengan beban kerja yang tinggi dan risiko yang besar, tenaga kesehatan pasti akan merasakan kelelahan baik fisik maupun psikis, dan keduanya sama-sama penting untuk diberi perhatian.


Akan sangat tidak adil rasanya ketika pemerintah hanya menganggap bahwa kebutuhan akan materi akan menyelesaikan semua hal yang dialami oleh tenaga medis ketika bertugas. Justru dengan memerhatikan aspek psikologis mereka, pemerintah baru dikatakan adil, karena tenaga medis yang bertugas masih merasa dimanusiakan, dipenuhi hak-hak psikologisnya tanpa mengenyampingkan hak lain.

Kalau usulan menjadikan psikolog sebagai tenaga pendamping bagi tenaga kesehatan disetujui, maka ini adalah bentuk apresiasi tertinggi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjaga para tenaga kesehatan yang telah bekerja di barisan terdepan dalam menangani kasus covid-19 di negeri ini.

Oleh : Nur Alim MA (Sekjen DPD IMM JATIM)

editor
editor

salam hangat

Leave a Comment