Wujudkan Kemandirian , Perempuan Merah Gelar Webinar Sexual Consent dalam Event Goes to City di Sumatera Barat

perempuan merah

Modernis.co, Sumatra Barat – Perempuan Merah menggelar Webinar Sexual Consent dalam Rangkaian event Goes to City pada 23 Februari lalu. Acara ini mengundang Hamzah Jamaris, S.Psi., Ketua Umum DPD IMM Sumatera Barat sebagai keynote speaker dan Relung Fajar, S.Psi., penulis buku Be Relisiend Muslimah sebagai speaker. Sebelum ini, event Goes to City juga sempat hadir di Bali dengan tema yang berbeda.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah Perempuan Merah ingin mengajak dan mewujudkan perempuan yang mandiri dan percaya untuk membela dirinya sendiri, serta laki-laki yang mendukung perempuan. Hal ini juga disampaikan oleh Founder Perempuan Merah, Aulia Anis.

Webinar ini disambut baik oleh peserta dari berbagai daerah. Dimulai dari pembukaan dan sambutan utama dari Founder Perempuan Merah. Aulia Anis berpesan bahwa berkata tidak pada kekerasan seksual bukanlah hal yang harus kita takuti, perempuan harus menegakkan diri untuk masa depan yang lebih cerah. Setelahnya, Hamzah Jamaris sebagai pemantik turut mengungkapkan dukungannya pada Perempuan Merah.

“IMM Sumatera Barat sangat terbuka dalam acara-acara semacam ini, perempuan memang harus percaya diri dan harapannya di setiap acara seperti ini laki-laki dapat turut berpartisipasi dan mendukung perempuan,” Katanya  

Hamzah juga menambahkan bahwa perempuan harus melawan, tidak bisa terus berada di zona aman.

“IMMawati ketika ada masalah dalam organisasi harus selalu tampil, selalu memiliki kepercayaan diri, dan jangan mudah dipengaruhi oleh orang lain,” Pesan Hamzah

 Setelah hamzah memantik acara tersebut selesai menyampaikan acara dilanjutkan ke acara utama yaitu pemaparan materi dari Relung Fajar, seorang penulis buku Be Relisiend seorang muslimah kelahiran Lamongan. Materi yang bertema Sexual Consent ini membahas dua hal yaitu Kekerasan Seksual dan Kebebasan Seksual.

Namun disampaikan oleh pemateri bahwa fokusnya akan lebih banyak pada bagaimana kita mampu berkata ‘‘tidak’’ pada tindakan yang mengarah pada kebebasan seksual. Relung memberi pesan bahwa perempuan harus tegas agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan, hal ini disampaikan ketika membahas kebebasan seksual.

Dari banyaknya materi yang disampaikan, pertanyaan yang diberikan oleh peserta pun beragam. Salah satu peserta mempertanyakan mengapa laki-laki yang melakukan kekerasan seksual dianggap kejahatan sedangkan jika perempuan yang melakukan hal tersebut maka dianggap candaan belaka. Maka Relung menjawab bahwa laki-laki atau pun perempuan sama-sama bisa menjadi pelaku, karena sebenarnya ada banyak contoh di sekitar kita.

Salah satu peserta juga mengungkapkan perspektifnya tentang pemilahan kategori kekerasan seksual yang seringkali bias. Dalam konteks kehidupan di sekitar misalnya laki-laki dicubit oleh perempuan maka laki-laki tidak bisa membalas karena otomatis pandangan sekitar akan buruk. Perempuan yang melakukan hal tersebut tidak dianggap melakukan kekerasan, namun berbeda jika laki-laki yang melakukannya.

Bagi peserta tersebut, kekerasan seksual tidak melulu soal pemerkosaan, meurutnya hal-hal yang membuat tidak nyaman bisa jadi termasuk kekerasan seksual. Diskusi ini berjalan cukup panjang dan jawaban yang diberikan pemateri pun cukup variatif sehingga dapat menambah wawasan peserta.

Pemateri juga mempersilakan siapa saja yang ingin menanggapi atau membantu memberikan jawaban agar diskusi bersifat terbuka dan  tidak hanya bersumber dari pemateri.

Dalam waktu kurang lebih satu jam, pemateri berhasil menyampaikan ilmunya dan memancing diskusi yang lebih luas dari peserta. Terakhir moderator menutup dengan kesimpulan bahwa sebenarnya laki-laki maupun perempuan dapat menjadi pelaku kekerasan seksual dan siapa saja dapat menjadi korban. (ONH)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment