Modernis.co. Malang – Susahnya mencari kerja saat ini tengah dirasakan oleh semua kalangan, baik usia muda maupun usia tua, baik wanita maupun pria. Semua terkena dampak dari sulitnya mencari kerja. Ini terlihat dari banyaknya jumlah pengangguran yang ada di masyarakat. Sulitnya mencari pekerjaan saat ini mengakibatkan meningkatnya kemiskinan di indonesia.
Masyarakat yang memiliki kehidupan sulit akan bertambah sulit karena tidak memiliki pekerjaan. Apalagi untuk keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Atau sebuah keluarga yang harus menanggung kebutuhan hidup saudaranya. Banyaknya manusia tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Berpendidikan mau pun yang tidak berpendidikan sama-sama merasa sulit mendapatkan pekerjaan. Membuat rakyat terkungkung dalam lingkar kemiskinan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan maret 2020, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang dibandingkan periode September 2019. Jumlah penduduk miskin RI saat ini tercatat mencapai sebanyak 26,24 juta orang. (kompas.com, 16/07/2020).
Kepala Badan Statistik (BPS), Suhariyanto, menjelaskan dari sisi jumlah sebagian besar penduduk miskin masih berada di pulau Jawa dengan jumlah 14,05 juta orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah ada di pulau Kalimantan sebanyak 965.640 orang, penduduk miskin di Sumatera 5,84 juta orang, Maluku dan Papua 1,52 juta orang. Dengan demikian, total penduduk miskin pada maret 2020 berjumlah 26,24 juta,” jelas suhariyanto dalam video conference. (kompas.com, 16/07/2020).
Padahal yang kita ketahui bahwa sumber daya alam Indonesia sangat luar biasa; laut, darat maupun hutan. Tetapi mengapa masyarakat masih sangat susah mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidupnya agar layak?—baik sandang, pangan dan juga papan.
Ini adalah akibat dari penerapan sistem kapitalisme, dimana aktivitas ekonomi dikuasai oleh orang-orang yang memiliki modal besar. Tenaga manusia diganti dengan mesin-mesin yang mampu meningkatkan produktivitas usaha mereka. Apalagi dalam kapitalisme peran negara dalam aktivitas ekonomi sangat diminimalisir. Pemerintah lepas tangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sehingga yang terjadi adalah kemakmuran dan kesejahteraan hanya dapat dirasakan oleh mereka yang bermodal besar. Sedangkan masyarakat kecil yang tak bermodal tidak dihiraukan.
Negara tidak akan peduli apakah rakyat bekerja atau tidak, tidak peduli rakyat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya atau tidak. Negara hanya peduli apabila regulasi dan kebijakan yang dibuat dapat memperoleh keuntungan bagi negara, bukan bagi rakyat. Sehingga sudah selayaknya sistem kapitalisme yang menyengsarakan rakyat ini harus diganti dengan sistem yang dapat menaungi rakyat dalam segala bidang, yaitu sistem islam.
Dalam pandangan islam, seorang pemimpin bertugas untuk mengurusi rakyat baik dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lapangan pekerjaan. Jika rakyat membutuhkan pekerjaan, maka pemimpinlah yang menyediakan lapangan pekerjaan. Jika pemimpin tidak menyediakan lapangan kerja untuk rakyat yang membutuhkan, maka ia akan di minta pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. “Seorang imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurus.” (HR. Al Bukhori dan Muslim).
Masyarakat di dalam islam akan terjamin kelangsungan hidupnya karena ada negara yang memenuhi kebutuhan rakyatnya, karena hukum-hukum di dalam islam selalu mementingkan rakyat. Menjadikan rakyat adil, aman, dan sejahtera hanya di dapat bila islam diterapkan secara kaffah dalam sebuah negara.
Terlebih dalam islam bekerja dinilai sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya. Bekerja untuk mendapat rezeki yang halalan thayiban, termasuk jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun islam. “Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang bekerja dan terampil, dan siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarga maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.” ( HR. Ahmad).
Tidakkah kita merindukan kembali kehadiran sistem islam di tengah-tengah kita? Sebuah sistem yang mampu melahirkan para pemimpin yang adil dan amanah. Mari kita ganti sistem yang mendzolimin rakyat ini dengan sistem yang rahmatan Lil alamin.
Walah a’lam bi ash – shawab.
Oleh: Prayana (Aktivis Muslimah)