Modernis.co, Madura – Masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi dan kekuatan tumbuh dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fakir menjadi matang. Tapi remaja penuh dengan perasaan ketidakpastian, kecemasan dan ragu-ragu, yang berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui oleh pertempuran serius, menuju masa depan dan orang dewasa yang matang.
Peningkatan emosional yang cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai periode badai dan stres. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja. Dalam hal kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari periode sebelumnya. Pada saat ini banyak tuntutan atau tekanan yang ditujukan untuk remaja, misalnya, mereka diharapkan tidak lagi berperilaku seperti anak-anak,mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab akan terbentuk dari waktu ke waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal sekolah atau kuliah. Oleh karena itu, penurunan moral yang dialami remaja saat ini pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor, faktor baik di luar maupun di dalam. Salah satu faktor eksternal, yaitu perkembangan zaman yang terus berkembang berpartisipasi mempengaruhi pola pikir remaja.
Pola pikir dan perilaku remaja yang kurang baik, kurang tersaringnya menggambarkan dan mencerminkan baik ajaran moral yang baik dalam keluarga atau komunitas, yang tentunya masuknya pengaruh budaya asing telah menyebabkan remaja ke gerbang kehancuran, bahkan ke dalam jurang penghancuran moral atau perilaku.
Dekadensi berasal dari kata dekaden (keadaan merosot dan mundur) dan moral atau akhlak. Dengan demikian, dekadensi moral merupakan kondisi moral yang merosot (jatuh) atau sementara mengalami (dalam keadaan) mundur atapun kemunduran, kemunduran dan kemorosatan yang terus menerus (sengaja atapun tidak sengaja) terjadi serta sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnnya.
Analisa Gerakan Mahasiswa Kecamatan Sapeken dan Jaringan Intelektual Malang Fenomena Dekadensi Moral Remaja Saat ini di kecamatan Sapeken Fenomena kehidupan saat ini sangat beragam dan pastinya menarik untuk dicermati, salah satunya adalah fenomena dekadensi moral. Di era globalisasi saat ini banyak budaya dari luar baik itu yang positif atau negative masuk ke kecamatan kita ini.
Budaya ini secara otomatis mempengaruhi moral dan perilaku masyarakat dan bisa mengarah ke arah yang dapat menimbulkan dekadensi moral di kalangan umat manusia di era globalisasi ini, hingga fenomena dekadensi moral sudah menjadi hal yang umum yang ada di tengah masyarakat dunia sekarang. Kalangan yang sangat rentan mengalami dekadensi moral adalah anak-anak remaja. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya,salah satu faktor yang mempunyai pengaruh paling besar adalah media informasi mulai dari televisi,media internet dsb.
Media internet memberikan dampak yang luar biasa di kalangan anak remaja saat ini,baik dampak positif ataupun dampak negatif.Budaya-budaya local saat ini sudah mulai luntur dan bahkan malah remaja saat ini tidak tahu budaya asli kita sendiri.Salah satu contoh yang sangat ironis yang melanda masyarakat sekarang adalah banyak nya masyarakat yang megikuti budaya luar.Hal yang di khawatir kan sekarang adalah mulai berkurangnya rasa nasionalsime masyarakat di karena kan masuknya budaya luar yang lebih menarik.
Dekadensi moral di mulai dari hal yang kecil mulai dari mengikuti budaya luar di mulai dari mengikuti cara berpakaian,berbicara,tradisi yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat dan bahkan dapat mengurangi keimanan dan agama hanya karena ingin mengikuti trend yang sudah di dapat dari budaya luar. Orang tua saat ini harus bisa mengawasi dan membimbing anak-anaknya untuk selalu menjunjung tinggi kebudayaan local. Dalam islam, Rasulullah adalah salah satu contoh tauladan yang seharusnya kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak sunnah-sunnah Rasulullah yang seharusnya kita praktekan ketimbang mengikuti mode atau tren yang melekat dalam dada para kaum muslimin remaja ini.
Dekadensi moral menjadi barang biasa, seperti iklan yang setelah tayang di lupakan saja, tidak pedas dan sengaja di lupakan. Padahal dalam islam kita di anjurkan untuk kembali terhadap Al-quran dan As-sunnah bila terjadi sesuatu yang kita anggap tidak pantas. Pada zaman sekarang, kita dapat melihat kenyataan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam ini. Yakni banyak orang Islam yang kehilangan pegangan di dalam kehidupan. Mereka banyak meniru “cara hidup” Yahudi dan Nashrani, baik disadari ataupun tidak. Banyak orang Islam yangtelah terperangkap dalam tipu muslihat Yahudi dan Nashrani dan ada pula yang sekaligus menjadi alat untuk kepentingan mereka.
Seperti kutipan fenomena Dekadensi Moral yang saya paparkan di atas.Dan hal ini juga mengarah kepada hadis Rasulullah S.A.W Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; “Islam mulai berkembang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.”(HR. Muslim)Strategi Pendidikan Islam untuk Menanggulangi Dekadensi Moral
Permasalahan dekadensi moral di era globalisasi ini memang menjadi hal yang sulit diatasi, karena banyaknya pengaruh yang menjadi faktor penyebab sebagaimana telah dijelaskan di atas. Ibaratkan penyakit dalam hal ini mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati. Begitu juga dengan permasalahan moral, lebih mudah mencegah dari pada memperbaiki moral yang sudah terlanjur rusak atau hancur.
Secara umum dekadensi moral ini tidak hanya terjadi di kalanga orang tua saja akan tetapi marak terjadi di kalangan peserta didik khususnya para pelajar dan mahasiswa yang masih remaja, tentu hal tersebut sangat meresahkan bagi para orang tua, guru, dosen dan para pendidik lainnya.
Maka dalam hal ini diperlukan suatu strategi, langkah-langkah dan upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi dekadensi moral tersebut sebagaimana akan diuraikan berikut ini dari hasil diskusi Gerakan Mahasiswa Kecamtan Sapeken dan Jaringan Intelektual Malang:
a. Menguatkan Pendidikan Agama dalam Keluarga Dalam pandangan Islam setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan juga terhadap keluarganya terutama para orang tua terhadap anak-anaknya.
b. Menguatkan Pendidikan Agama dan moral di Sekolah
Pendidikan agama merupakan suatu proses untuk membentuk manusia yang berkpribadian sesuai dengan aturan atau ajaran agama Islam yang telah diturunkan oleh Allah melaui para Rasul-Nya sebagai utusan kepada umat manusia. Setiap pendidikan yang diselenggarkan oleh individu, sosial, lembaga sekolah formal maupun informal selalu mempunyai maksud dan tujuan sesuai dengan konsetrasinya masing-masing.
Pendidikan agama yang dimaksud penulis disini adalah pendidikan agama Islam, baik di sekolah formal atau-pun informal, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Dalam pendidikan agama tidak hanya mengandung pesan-pesan aqidah dan ibadah, akan tetapi juga mengandung pesan-pesan moral. Sehingga segala permasalahan moral seakan-akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pendidikan agama.
c. Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Pengawasan terhadap Perserta Didik Guru merupakan roda yang terus berputar untuk menjalakan proses pendidikan, di lembaga apapun dan dimana-pun berada guru juga sebagai ujung tombak dari pendidikan, maka lemabaga pendidikan yang berhasil mencetak peserta didik yang berkualitas tidak lepas dari peran guru sebagai tenaga profesional.
d. Meningkat Kepedulian Masyarakat terhadap Pendidikan Masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, masyarakat membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya.
Pendidikan yang maju dan berkualitas merupakan cerminan masyarakat yang maju pula, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan baik, karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lain-nya, begitu pula sebaliknya tanpa ada pendidikan masyarakat tidak akan maju dan berkembang, karena tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup.
Oleh : Qayyimul Masajid (Gerakann Mahasiswa Kecamatan Sapeken & Jaringan Inteletual Malang)