Mapancas untuk Negeri

mapancas

Modernis.co, Bogor – Setelah munculnya Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cendrung dengan ideologi Sosialisme Marxist dan Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang lebih berpandangan komunisme, sehingga cenderung lebih dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada tahun 1955 PKI berhasil memenangkan pemilu di indonesia, maka dari itu imbasnya organisasi CGMI lebih menonjol paling banyak aktif di bandingkan dengan organisasi lainnya. Namun justru hal inilah yang menjadi cikal bakal perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu.

Secara terus terang CGMI menjalankan politik yang ada di PKI. Hingga terjadi adanya suatu propaganda antara CGMI kepada organisasi yang bertentangan dengan ideologi mereka. Mereka melakukan politik pencitraan negatif yang terus dibombardir oleh CGMI dan PKI terutama kepada HMI.

Dengan di bombardirnya serangan yang terus dilakukan oleh CGMI melalui media surat kabar dll kepada organisasi yang bertentangan dengan ajarannya,  akhirnya beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari Mahasiswa Pancasila (Mapancas), HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dengan tujuan agar melancarkan serangan terhadap PKI agar lebih terpimpin dan terkoordinasi.

Dari serangan inilah munculah nama sebagai gerakan angkatan 66 yang di karenakan semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional untuk membasmi PKI.

Pada tahun 1966 KAMI dan pengikut organisasi yang lain menggugat penuh pemerintahan Sukarno dan kabinetnya karena telah dianggap menyimpang dari cita – cita kemerdekaan 1945. Mereka menggugat 3 tuntuan kepada pemerintahan Presiden Sukarno dan mentri kabinetnya atau bisa disebut TRITURA (tiga tuntutan rakyat), dari tiga isi tersebut adalah:

  1. Bubarkan PKI beserta ormas – ormasnya.
  2. Perombakan kabinet DWIPORA.
  3. Turunkan harga dan perbaiki harga sandang dan pangan.

Dari banyaknya dari organisasi KAMI yang melakukan aksi demomstran itu terus menuntut TRITURA agar segera disetujui. Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet. Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru.

Akhirnya diikuti keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 atau yang bisa disebut (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Puncaknya pada tanggal 1 Juli 1966, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967.

Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Melalui Sidang Istimewa MPRS, pada 7 Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR.

Organisasi Pemuda Mahasiswa Pancasila atau yang lebih dikenal dengan MAPANCAS ini adalah organisasi yang dibentuk sejak tahun 1958, tercatat telah melahirkan sejarah awal dalam bentuk ide-ide dan gagasan untuk menghimpun gerakan potensi Mahasiswa Indonesia yang aktif dalam pembangunan nasional. MAPANCAS sendiri ini bertujuan untuk menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dalam dunia kemahasiswaan khususnya dan dalam masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pada masa Orde Baru (Orba) Pancasila malah dijadikan alat untuk melakukan stabilitas politik, “Pada masa Orde Reformasi Pancasila dijadikan topeng reformasi dan pada saat Rezim sekarang Pancasila sebagai alat pemukul lawan hingga akhirnya terbentuklah demarkasi masing

Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.

Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktik kekuasaan rezim Orde Baru.

Ketika itu diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi.

Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974.

Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana.

Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi.

Namun, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa dan pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus.

Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.

Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977

Acara tersebut, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam dengan cerdik.

Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas, menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa.

Peringatan Tritura 10 Januari 1978,

Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal sekaligus akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah penyebaran benih-benih teror dan pengekangan.

Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara. Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus.

Pada Tahun Perjuangan 1990

Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Di kalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menanggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam agenda tersembunyi untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan diluar kampus.

Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus.

Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa pada tahun 1990-an.

Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 – 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

Dan Puncaknya pada Tahun Perjuangan 1998

Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya “KKN” (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya.

Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.

Pada titik awal perjuangannya, Mapancas memiliki jasa besar dalam mengawal ideologi Negara yaitu Pancasila antara tahun 1958-1966 dan dalam awal pendirian saat itu, tokoh Jend.TNI (Pur). A.H Nasution, Ratu Aminah, dr. Adi Tagor Harahap, David Napitupulu, bersama pemuda membentuk organisasi Mapancas yang diperuntukan dalam menangkal dan membendung meluasnya faham komunisme yang mengancam keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam mengukir sejarahnya, Mapancas juga telah menginisiasi kelahiran KNPI dengan dipercayakannya David Napitupulu, salah satu tokoh Mapancas yang pertama di DPP KNPI sebagai Ketua Umum.

Dengan demikian organisasi Mapancas bersama mahasiswa dan pemuda terus membaktikan pengabdiannya dari mulai tahun 1958 hingga tahun sekarang ini.

Oleh: Muhammad Ridho (Sekretaris DPD Mahasiswa Pancasila Kota Bogor)

Informasi Merdeka
Informasi Merdeka

Penulis Amatir

Related posts

Leave a Comment