Pandemi COVID-19, Media adalah Panggung Utama

panggung covid

Modernis.co, Malang – Saat ini dunia sedang berjuang menghadapi virus COVID-19. Bahkan WHO telah menetapkan wabah virus COVID-19 ini sebagai pandemi. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa pandemi ini telah berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat di segala aspek.  

Mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hingga aktivitas ibadah. Kini semua aktivitas itu dianjurkan untuk dilakukan dari rumah demi mencegah meluasnya penyebaran virus.

Pola konsumsi masyarakat terhadap media pun naik drastis akibat kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan imbauan bekerja dari rumah. Media yang dimaksud disini adalah media massa maupun media sosial. 

Sejak pemerintah pertama kali mengumumkan kasus COVID-19 di Indonesia, media seolah menjadi ‘panggung’ utama untuk mendapatkan perhatian masyarakat dengan membahas segala hal yang berkaitan dengan virus COVID-19.

Banyak pihak telah terdampak akibat pandemi ini, di sisi lain banyak sekali aksi solidaritas yang ditunjukkan masyarakat. Media menjadi alat untuk gotong royong membantu mereka yang kesusahan di tengah pandemi ini. Sebagai contoh adalah konser amal yang dilakukan oleh beberapa musisi di Tanah Air. Ekspos media yang sangat besar berhasil membantu mengumpulkan dana hingga miliaran rupiah.

Selain itu, media juga memiliki peran sebagai pengawal kebijakan pemerintah di tengah pandemi ini. Beragam upaya memang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi meluasnya penyebaran virus. 

Namun masih banyak kebijakan yang terkesan ‘sembrono’ serta belum efektif. Media yang dapat berimbang kepada masyarakat maupun pemerintah dapat menjadi jembatan untuk menghasilkan dampak positif bagi semua pihak.

Disinilah media berperan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah melalui acara televisi, rubrik opini, hingga unggahan media sosial. Di samping itu pemerintah juga dapat menggunakan media sebagai alat untuk berkomunikasi dengan masyarakat. 

Sebagai contoh adalah adanya program diskusi televisi dimana acara tersebut dapat menjadi tempat untuk membahas penanganan pandemi COVID-19 dari sudut pandang pemerintah, oposan maupun masyarakat.

Peranan media yang tak kalah penting lainnya adalah sebagai sarana dalam upaya mengedukasi masyarakat. Baik media massa maupun media sosial mempunyai andil besar dalam menciptakan persepsi masyarakat. 

Hal ini sejalan dengan Teori Jarum Hipodermik dimana masyarakat ditempatkan sebagai objek yang mudah dipengaruhi oleh berbagai informasi yang diberikan. Tingkat literasi masyarakat yang rendah juga turut memberikan dampak negatif.

Dampak negatif akan muncul apabila media terlalu membombardir masyarakat dengan informasi-informasi yang berlebihan. Bahkan tak jarang media menggunakan clickbait untuk mendapatkan perhatian publik. Meskipun hal itu tidak sepenuhnya salah, namun apabila penyampaiannya berlebihan maka akan terjadi disrupsi penerimaan informasi. Hal itu membuat masyarakat akan cenderung panik dan irasional karena pemahaman yang tidak tepat.

Edukasi mengenai betapa pentingnya mematuhi protokol kesehatan seperti tetap menjaga kebersihan, memakai masker, serta selalu menjaga jarak atau biasa disebut Physical Distancing harus terus dilakukan. 

Pemahaman dasar dengan penyampaian yang tepat akan menghasilkan dampak yang lebih baik. Hal itu dapat disampaikan dengan menyelipkan pesan edukatif melalui tayangan-tayangan maupun konten yang sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia.

Maka dari itu diperlukan kolaborasi yang baik antara pihak media, pemerintah, dan masyarakat. Baik media maupun pemerintah harus menyusun strategi untuk mengontrol kepanikan masyarakat. 

Masyarakat juga tidak boleh menelan informasi secara mentah-mentah. Dengan memanfaatkan perannya secara tepat, media akan menjadi kunci untuk menghadapi pandemi ini karena media menjadi ‘panggung’ yang saat ini diperhatikan oleh semua pihak.

Oleh: Yogie Satya Ferdinan (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment