Menjadi Perempuan Layaknya Sakura dan Hinata

sakura dan hinata

Modernis.co, Jakarta – Isu feminisme memang menjadi hal yang patut dan asyik untuk diperbincangkan. Mulai dari usaha untuk menyetarakan gender hingga latar belakang tokoh-tokohnya di penjuru dunia.

Terlepas dari banyaknya pro dan kontra paham feminisme di Indonesia, perempuan memang sudah seharusnya  memiliki hak yang sama dengan laki-laki, terutama di bidang pendidikan, pekerjaan dan hal sosial lainnya.

Jika Prancis memiliki Simone de Beauvoir, maka Indonesia memiliki R.A Kartini. Perempuan kelahiran Jepara yang menjadi pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Memperjuangkan kesetaraan gender yang saat itu sangat timpang. Ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa dan mampu untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsanya.

Hanya  saja, tidak jarang perempuan-perempuan masa kini bingung harus mulai berjuang dari mana. Merasa ragu dan insecure dengan kemampuan yang dimilikinya. Bahan seringkali kehilangan identitas diri sehingga tidak bisa maksimal dalam menyalurkan potensinya.

Padahal ada banyak role model yang bisa menjadi contoh dan panutan. Mulai dari tokoh perempuan yang terjun dalam politik dunia, pebisnis perempuan yang sukses, atau bahkan sekadar tokoh dalam film dan kartun. Tidak ada salahnya kan menjadikan tokoh fiksi sebagai teladan di kehidupan nyata?

Jika diminta memberikan tokoh fiksi untuk dijadikan acuan, saya akan menyebutkan nama-nama seperti Sakura dan Hinata. Dua tokoh dari serial anime Naruto yang memiliki pribadi dan kemampuan yang berbeda. Namun meski begitu, keduanya sama-sama mampu membuktikan bahwa perempuan juga bisa berjuang, berdampingan dengan tokoh laki-laki lainnya.

***

Perempuan Kuat nan Tegas

Jika akrab dengan serial Naruto, kita pasti tahu bahwa perjalanan Sakura untuk menjadi ninja perempuan yang diakui tidaklah mudah. Perbedaan kemampuan antara Sakura dengan dua koleganya—Naruto dan Sasuke—membuatnya tidak begitu diperhitungkan. Terlebih lagi posisinya yang tidak memiliki privilese seperti halnya yang lain.

Beruntung ia diangkat menjadi murid Hokage kelima dan akhirnya mendapat pengakuan sebagai ninja medis terbaik dan salah satu yang terkuat di Desa Konoha. Perannya di perang dunia shinobi melawan Madara juga bisa dibilang sentral dan penting.

Pribadi dan karakteristik Sakura juga bisa kita dapati dalam sejarah Islam, yakni Nusaibah binti Kaab. Salah satu sahabat perempuan yang ternyata juga ikut andil dalam perang Uhud. Berawal dari tugasnya di bidang logistik dan medis, ia bahkan sampai melindungi Nabi dari panah dan serangan kafir Quraisy dengan perisainya.

Watak yang keras dan pemberani menjadi ciri dari sahabat perempuan satu ini. Tidak berhenti di perang Uhud saja, ia bersama suami dan anak-anaknya juga berjuang di Perang Khaibar, Perang Hunain, hingga Perang Yamamah. Menjadi bukti bahwa perempuan bisa menjadi apapun selagi ada kemauan dan kegigihan. 

Cerdas dan Lemah Lembut

Sedikit berbeda dengan Sakura, Hinata dinilai memiliki sifat yang lebih lembut dan pendiam. Meski begitu, kecerdasan dan mata Byakugan membuatnya bisa menganalisa masalah dengan baik. Terlepas dari fakta bahwa ia terlahir sebagai klan Hyuga, kelemahlembutannya juga membuat banyak orang segan dan menaruh hormat padanya.

Hampir sama dengan Hinata, Fatimah Al-Fihri juga memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas. Tokoh perempuan satu ini adalah penggagas dan pendiri universitas pertama di dunia, yakni Universitas Al-Qarawiyyin yang terletak di Maroko. Ia juga dianggap sebagai simbol aspirasi dan pemimpin kreatif  perempuan dalam sejarah Islam.

Selain itu, tidak lengkap rasanya jika tidak menyebut Khadijah sebagai perempuan muslim yang punya pengetahuan luas dan sifat lemah lembut. Menjadi salah satu dari Assabiqunal Awwalun dan mendampingi Nabi dalam setiap dakwahnya. Perempuan yang tidak panik saat melihat Nabi menggigil dan gusar usai kembali dari Gua Hira untuk menyendiri.

Pengetahuan mengenai bisnis dan perdagangan Khadijah juga tidak bisa diremehkan. Bahkan sebelum menikah dengan nabi, ia menjadi saudagar yang sukses dan kaya raya. Ia juga tidak segan sedikitpun untuk menyedekahkan seluruh hartanya untuk berdakwah di jalan Allah.

***

Berjuang dengan Porsinya Masing-masing

Setiap individu punya ciri khas dan gayanya masing-masing dalam berjuang. Tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi orang lain. Cukup menjadi bentuk terbaik dari diri sendiri. Selalu memberikan apa yang bisa dilakukan.

Kita juga tidak diharuskan untuk menjadi the next Khadijah ataupun suksesor Fatimah Al-Fihri. Mereka punya caranya sendiri, begitupun dengan kita. Ada hal lain yang perlu kita perhatikan, yakni bagaimana kita memulai.

Tidak akan ada langkah yang ke-sejuta jika tidak ada angkah yang pertama. Terlepas kita ingin menjadi versi Sakura, Hinata atau perempuan panutan lainnya, jika tidak segera dimulai, tidak akan memberikan hasil.

Percaya akan diri sendiri, berani memulai, dan selalu memberikan yang terbaik atas segala sesuatu yang dilakukan adalah kunci menjadi perempuan tangguh masa kini yang mampu memberikan perubahan.

Oleh: Hassanalwildan Ahmad Zain (Alumnus Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment