Pandemi Berkepanjangan, Kondisi Perekonomian Mengkhawatirkan

pandemi berkepanjangan

Modernis.co, Malang – Penyebaran virus covid-19 yang semakin meningkat di Indonesia saat ini, membawa dampak yang besar bagi kehidupan warga negara. Terkait hal tersebut, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan physical distancing. Artinya, masyarakat dihimbau untuk bekerja dan belajar dirumah serta larangan berada dalam kerumunan.

Melalui beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, maka beberapa kegiatan dalam roda perekonomian di Indonesia nyaris terhenti. Lalu bagaimana dengan kondisi perekonomian di Indonesia ?

Dalam kondisi yang mengkhawatirkan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan, guna untuk menurunkan jumlah kasus positif covid-19. Namun dalam hal lain, kondisi perekonomian di Indonesia juga semakin menurun dan berjalan lambat.

Salah satu penyumbang terbesar dalam pergerakan ekonomi nasional adalah konsumsi swasta, yang persentasenya hampir mencapai 60%. Sedangkan, dalam kondisi saat ini sudah dipastikan sektor perekonomian akan mengalami penurunan, seperti penjualan retail, baik dalam pasar tradisional dan modern.

Menurunnya konsumsi swasta terlihat dari tingkat perjalanan wisata baik domestik maupun asing yang semakin rendah. Menurut BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara turun sebesar 7,62%. Sedangkan, wisatawan nusantara turun sebesar 3,1% pada bulan Januari 2020.

Pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara tujuan ekspor dan lemahnya harga berbagai komoditas, akan memberikan tekanan pada kegiatan ekspor di Indonesia, seperti jasa perjalanan maupun pariwisata.

Negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menjadi pusat pandemi, bahkan melampaui jumlah kasus yang terjadi di China. Akibat dari turunnya kegiatan ekonomi domestik, kegiatan impor seperti bahan baku dan modal sangat mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

Tidak hanya penurunan ekspor, namun penurunan impor juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi domestik, karena hanya memberikan kontribusi yang relatif kecil. Kondisi perekonomian yang mengkhawatirkan ini juga menyebabkan minat pada investasi menurun sangat signifikan, sehingga pertumbuhan investasi berjalan lambat.

Stimulus fiskal menjadi kunci utama untuk meredam dampak negatif yang terjadi dalam perekonomian Indonesia saat ini. Terutama bagi kelompok masyarakat serta pelaku usaha yang terkena dampak paling besar.

Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) untuk membangun kembali minat investasi adalah dengan menurunkan suku bunga hingga 50 bps selama tahun 2020 ini menjadi 4,5%, melakukan intervensi pasar valas untuk meredakan nilai rupiah yang lemah, serta melonggarkan giro wajib minimum.

Meskipun beberapa kebijakan telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI),   turunnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal yang menyebabkan meningkatnya net selling asing, sehingga nilai rupiah terdepresiasi hingga 16%. Bahkan rupiah adalah mata uang yang sangat terdepresiasi diantara mata uang negara-negara ASEAN.

Pandemi yang berkepanjangan ini juga menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat jumlah penduduk di Indonesia berada di sekitar garis kemiskinan yang masih sangat tinggi. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan telah mengalami penurunan.

Jumlah penduduk dengan golongan rentan miskin dan hampir miskin di Indonesia sebesar 66,7 juta orang, yang artinya sama dengan tiga kali lipat jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan. Golongan ini sebagian besar bekerja di sektor informal dengan mengandalkan upah harian.

Jika pandemi ini berlangsung lama, maka waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan mobilitas kemiskinan akan semakin panjang. Akibatnya, masyarakat golongan rentan miskin dan hampir miskin yang bekerja di sektor informal dengan mengandalkan upah harian, akan sangat mudah kehilangan mata pencaharian dan jatuh dalam garis kemiskinan sehingga menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi.

Oleh: Fenni Agista Puspita, Deltalovita Astrid Marbellacerolina (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment