Minat Baca Indonesia Rendah, Perempuan Bisa Apa?

literasi indonesia

Modernis.co, Lampung – Seperti yang yang digaung-gaungkan oleh pemerintah, masyarakat Indonesia diminta berpartisipasi untuk meningkatkan peringkat minat baca Indonesia dalam kancah internasional. Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi pendididkan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat 60 di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61) pada level minat baca.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal dari segi penilaian infrastruktur pendukung untuk membaca, Indonesia berada di atas Jerman, Portugal, Selandia Baru dan Korea Selatan pada peringkat 34 (Anies Baswedan, 2016).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia tergolong rendah dalam minat baca, di antaranya tidak semua masayarakat Indonesia memiliki akses dan dapat menikmati fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang sangat luas belum bisa dijangkau oleh pemerintah, terutama daerah-daerah pelosok. Sulitnya akses informasi yang mendukung dalam hal literasi membuat masyarakat lebih memilih menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan lain daripada membaca.

Di sisi lain, masyarakat yang berada di wilayah dengan akses teknologi yang memadai, yang menjadi salah satu pendukung literasi belum tentu menggunakannya dengan bijak. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya remaja sekarang yang dengan mudah menyebar informasi di media sosial, padahal mereka belum tentu mengetahui kebenaran berita tersebut. Mudahnya penyebaran informasi ini mengakibatkan mereka tidak perlu membaca referensi lain untuk membuktikan adanya berita tersebut.

Selain itu, orang tua yang tidak memiliki waktu untuk anaknya dalam hal literasi, akan mempengaruhi sang anak saat besar nanti, karena sedari kecil sudah jauh dengan buku. Dari sinilah peran perempuan dituntut untuk menjadi pelopor pergerakan literasi Indonesia. Mengapa perempuan? Karena perempuanlah yang akan menjadi tonggak peradaban di masa depan.

Dari perempuanlah lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas dan berintegritas. Tidak serta-merta perempuan dapat menjadikan keturunannya memiliki kualitas yang baik, melainkan ada proses pembelajaran yang dilalui terlebih dahulu. Salah satunya dengan literasi. Karena dengan membaca, sama saja dengan belajar dari banyak hal yang ada di dunia. Membaca dapat membuka wawasan, cara pandang, dan juga pola pikir melalui cakrawala pengetahuan yang didapat.

Inilah saatnya bagi perempuan untuk berkontribusi terhadap minat baca dan demi kemajuan Indonesia di masa mendatang. Jika belum terpikir untuk kebaikan keturunan kelak, minimal untuk kebaikan diri sendiri saat ini. Walaupun perempuan Indonesia tidak semuanya berpendidikan tinggi, tetapi semua perempuan Indonesia sangatlah berharga karena pengetahuan yang dimilikinya jika rajin membac.

Membaca bukan hanya di media sosial, membaca dalam artian luas dapat dilakukan di mana saja. Tentunya dengan mengetahui sumber dan kebenaran bahan bacaan, karena hanya dengan membaca saja tanpa mengkaji ulang informasi, justru akan menjerumuskan diri sendiri bahkan pihak lain.

Budaya baca yang rendah dapat diatasi dengan meratakan akses literasi untuk masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Namun tidak seharusnya menyalahkan pemerintah yang belum menyediakan  akses dan fasilitas, terutama di daerah-daerah yang sulit terjangkau. Melainkan harus bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan minat baca bangsa Indonesia yang akan memajukan kesejahteraan nasional.

Terutama untuk perempuan yang akan melahirkan generasi-generasi gemilang bangsa Indonesia di masa depan. Perempuan yang akan menjadi pendidikan pertama bagi generasi-generasi emas untuk melanjutkan perjuangan tampuk kepemimpinan bangsa Indonesia. Perempuan dengan pengetahuan luas, akan sangat berpengaruh bagi tonggak peradaban. Dengan banyak membaca, maka perempuan bisa menjadi tonggak peradaban.

Oleh : Lis Dwi Andini (Kader IMM Universitas Lampung)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment