Menjadi Influencer di Tengah Wabah Covid-19, PeaceLink Adakan Sharing Online

peace link malang

Modernis.co, Malang – Di tengah karantina akibat wabah Covid-19, anak-anak muda Malang yang tergabung dalam komunitas Peace Literacy Network (PeaceLink) mengadakan sharing online, Sabtu (04/04/2020).

Pada diskusi panel via daring ini PeaceLink menghadirkan Ahmad Romzi, Influencer Muda NU dan juga sebagai asisten staf khusus Presiden RI dan Maharina, pegiat media dan sekaligus aktivis Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur sebagai pemantik pada diskusi kali ini.

Sebagaimana kita tahu, wabah Covid-19 telah membuat masyarakat Indonesia menjadi takut sekaligus panik yang berlebihan. Kepanikan ini disebabkan karena arus dan obesitas informasi yang dikonsumsi masyarakat tanpa melalui saring. Sehingga membuat informasi menjadi simpang siur.

Maharina selaku pemantik pertama menjelaskan bahwa Covid-19 yang melanda bangsa Indonesia telah mengakibatkan serangan bukan hanya penyakit fisik, tetapi juga aspek lainnya termasuk psikis masyarakat.

“Kalo kita lihat, kasus penolakan jenazah yang terjadi di masyarakat adalah contoh nyata adanya serangan psikis yang terjadi di masyarakat, itu terjadi karena informasi yang simpang siur mengenai Covid-19, untuk itu perlunya menjadi Influencer muda untuk menangkal hoax di tengah masyarakat kita,” terangnya saat sharing online, Sabtu (04/04/2020).

Rina sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa menjadi Influencer tak perlu memiliki sosial media dan followers yang banyak. Bahkan orang yang diklaim sebagai Influencer itu belum tentu memproduksi konten yang bermanfaat.

“Influencer belum tentu memiliki sosial media dan followers yang banyak, orang yang diklaim sebagai Influencer belum tentu memproduksi conten yang bermanfaat. Maka di sini, ada istilah Influencer online dan ada Influencer offline. Yang online misalanya ada Ria Ricis dan Atta Halilintar, sedangkaen yang offline dia yang tak memiliki media sosial tetapi punya pengaruh besar misalnya saja Nadiem Makarim, yang kata-katanya selalu muncul di media sosial,” ujarnya.

Ia pun menambahkan ada tiga ciri jika ingin menjadi Influencer, pertama memilki ke-khasan, relevansi dan konsistensi.

“Pertama harus mengetahui apa yang dipikirkan orang lain tentang kita dan apa yang ingin ditunjukan oleh kita; kedua, relevansinya degan kebutuhan masyarakat tapi tidak dibuat-buat seolah-olah pencitraan; ketiga, konsistensinya, yaitu berusaha untuk selalu menjadi orang yang berpengaruh,”

“Setelah menjadi informan yang baik dan kemudian menjadi Influencer goals terakhir adalah entertain, maksudnya apa yang kita buat kemudian berpengaruh kepada orang lain itu bersifat menghibur atau tidak,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, tambahnya, harus ada aspek yang dimiliki sebagai seorang Influencer; Communication Skill (keahlian berkomunikasi), Personal Branding dan Cognitive Skills (keahlian dalam berfikir).

“Yang pertama, mengharuskan seorang Influencer menempatkan dirinya di mana Ia bericara, untuk itu perlu memperbanyak kosa kata sehingga bisa beradaptasi dengan lingkungan ketika Ia berbicara, kedua membrendng diri, yah dengan cara mengenal dan memahami diri sendiri terlebih dahulu dan mencari apa yang unik dari dalam diri kita, dan yang terakhir adalah kemampuan berfikir yaitu memiliki mindset yang luas bersifat gobal dan punya problem solving dalam setiap menghadapi masalah,” pungkasnya.

Asisten Staf Khusus Presiden RI pun menutup bahwa, menjadi Influencer itu tanggung jawab kita semua sebagai anak muda yang kenal dunia digital.

“Menjadi Influencer itu tanggung jawab kita sebagai digital native, sama tanggung jawabnya seorang kiyai menyampaikan dakwah agama,” kata Romzi.

Terakhir Ia mengingatkan bahwa “Nabi Muhammad SAW tidak hanya punya sifat fatonah (Cognitive Skill), tapi punya keahlian dalam menyapaikan dakwah (Skills Comunication), anak muda harus punya keahlian itu, harus bisa menjadi Influencer baik online maupun offline,” tutupnya. (OM)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment