Refleksi Baret Merah XX 2020 (Alam Fikiran Anaximenes)

rekfleksi baret merah

Modernis.co, Surakarta – Kegiatan pengkaderan terlama itu namanya Baret Merah (BM). Ketika mendengar nama BM yang terlintas dipikiran orang awam mesti langsung terjuju pada suatu pasukan khusus yang dimiliki negara Indonesia, ya katakanlah KOPASSUS.

Sama seperti saya ketika mendengar kata BM, pikiran ini langsung tertuju pada pelatihan lapangan yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan ternyata ketika saya masuk dalam kegiatan BM yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang IMM Sukoharjo hasilnya bukan kegiatan lapangan melainkan kegiatan ruangan.

Didalam kegiatan tersebut yang dilakukan setiap hari adalah membaca-presentasi, membaca-presentasi atau mendiskusikan materi bersama. BM ke XX tahun 2020 dalam pelaksanaanya selama belasan hari, dimulai tanggal 01 s/d tanggal 16 Februari namun terpotong hanya sampai tanggal 15 Februari.

Sebenarnya masih banyak pemikiran-pemikiran tokoh yang belum dibahas atau sudah dibahas namun belum terlalu menyelami alam pikiran tokoh tersebut. Jika saya berasumsi, pembahasan satu pemikiran tokoh secara keseluruhan dan mendalam selama satu minggu belum tentu selesai, hal tersebut tidak lain karena pembahasan pemikiran secara masif butuh waktu yang cukup lama supaya faham dan terfahamkan.

Karena memang masih banyak teori-teori yang belum dibahas ketika pelaksanaan diskusi, hanya sebagian kecil pemikiran yang diangkat oleh pemateri dan I think karena kekurangan baca oleh setiap IMMawan maupun IMMawati, sehingga pembahasan hanya terfokus pada pembahasan yang masih ngambang, berdebat tanpa rujukan buku yang absah, kebanyakan hanya asumsi-asumsi tanpa mendasar yang dilontarkan ketika melakukan diskusi, outputnya belum menemukan esensi daripada esensi seorang tokoh secara mendalam.

Selama melakukan kegiatan Baret Merah, dari awal pembahasan filsafat klasik sampai post modern saya menarik perhatian dengan teorinya Anaximenes yang beranggapan bahwa alam semesta ini terbentuk oleh udara.

Anaximenes hidup pada tahun 585-524 SM, merupakan murid dari Anaximandros yang secara substansial pemahamannya tentang alam tidak jauh berbeda dengan gurunya, Anaximenes beranggapan bahwa asal dari alam semesta ini satu dan tak terhingga, hanya saja ia tidak menerima ajaran Anaximandros gurunya, bahwa yang berasal itu tidak ada persamaannya dengan barang yang lahir dan tak terhingga.

Kemudian Anaximandros berpendapat bahwa yang asal itu satu atau tidak banyak. Akan tetapi, yang satu itu bukanlah air, dan juga bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh pancaindra, kemudian ia menamakan yang satu tak terhingga dan tak terbatas itu adalah apeiron (kalau kita seorang agamawan, yang dimaksud apeiron adalah bersifat Ilahiyah atau Ketuhanan).

Namun saya melihat bahwa Anaximenes ini ingin menjelaskan kepada khalayak umum dengan menyederhanakan pendapat Anaximandros bahwa yang dimaksud dengan apeiron itu adalah udara. Anaximenes beranggapan bahwa yang asal mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal ialah udara, udara itulah yang satu dan tak terhingga.

Asal mula terbentuknya alam semesta dapat ditinjau dari beberapa hal, semisal ketika udara renggang maka udara menjadi api, dirapatkan pada tingkatan kesatu maka akan menjadi angin, dipadatkan lagi pada tingkatan kedua akan menjadi awan, dipadatkan lagi pada tingkatan ketiga akan menjadi hujan, dipadatkan lagi pada tingkatan keempat akan menjadi tanah, dipadatkan lagi pada tingkatan kelima akan menjadi batu, dan tingkat kepadatan udara yang paling padat adalah batu.

Namun bukan siklus ataupun evolusi yang saya maksud, melainkan pembentukan alam semesta diakibatkan oleh kerapatan-kerapatan udara yang ada, jika tidak ada udara maka tidak ada kehidupan di alam semesta, artinya udara adalah pembantuk daripada alam semesta.

Teori Anaximenes mengenai bumi ini diibaratkan seperti meja bundar atau berbentuk cakram yang ditopang atau diselimuti oleh udara dari segala penjuru maka saya setuju, ia beranggapan bahwa ketika udara tidak ada maka tidak ada alam semesta atau ketika alam semesta sudah tercipta dan udara menghilang dari alam semesta maka alam semesta akan hancur.

Anaximenes menganalogikan dengan anatomi tubuh manusia, jasad diibaratkan alam semesta atau bumi itu sendiri dan udara diibratkan sebagai ruh, maka ketika ruh terpisah dari jasad maka jasad tak lagi hidup, jasad akan mati dan hancur karena kehilangan ruh, teori tersebut terbilang logis dan rasional karena pandangan Anaximenes tersebut berdasaran atas alasan-alasan sebagai berikut:
Suatu kenyataan bahwa itu terdapat dimana-mana. Dunia ini diselimuti oleh udara, tidak ada satu ruangan pun yang tidak terdapat udara didalamnya. Oleh karena itu, udara itu tidak habis-habisnya, tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan.

Suatu keistimewaan dari udara adalah senantiasa bergerak. Oleh karena itu, udara memegang peranan penting dalam berbagai rencana kejadian dan perubahan dalam alam ini. Udara adalah unsur kehidupan, udara adalah dasar hidup. Tidak ada satupun yang hidup tanpa udara. Oleh karena itu, Anaximenes menerima ajaran gurunya, bahwa “Jiwa itu serupa dengan udara”.

Sebenarnya masih banyak pemikiran-pemikiran para tokoh filusuf klasik sampai post modern yang menginspirasi atau saya setuju dengan teori-teori yang disodorkan, namun saya terfokus pada teorinya Anaximenes dalam pembuatan refleksi ini. Selain Anaximenes yang menarik perhatian mengenai terbentuknya alam semesta, saya tertarik juga dengan Epikorus, dan saya berasumsi, bahwa saya tidak jauh berbeda seperti Epikorus.

Epikorus adalah orang yang tidak mau ribet dan bersusah payah, maka Epikorus banyak mengadopsi teori orang lain, dia mendapat pengetahuan secara empiris, ketika teori orang lain tidak masuk dalam alam pikirannya atau tidak sampai terfahamkan pada otak Epikorus, maka teori itu dinyatakan salah.

Epikorus tidak sepakat dengan hedonis yang ditawarkan oleh pendahulunya mengenai hedonis itu itu bersifat dinamis, Epikorus berpendapat bahwa ia menginginkan hedonis itu harus statis, artinya dengan adanya hedonis dinamis mestilah ada penderitaanya, sedangkan hedonis statis tidak pernah ada penderitaanya.

Selain itu Epikorus menawarkan tiga poin penting agar hidup bahagia, yang pertama adalah jangan takut Tuhan marah, kedua manusia tidak boleh takut akan kematian, ketiga jangan takut akan nasib.

Sekian refleksi ini saya buat, terimakasih kepada temen-temen IMM yang telah menemani selama beberapa hari ini, mulai dari fasilitator mapun peserta, dan saya atas nama pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan yang apabila tersakiti oleh ucapan ataupun tingkahlaku saya yang kurang berkenan, Insya Allah akan saya perbaiki dengan gerak substansial. See you again kawan-kawan. Abadi Perjuangan. IMM Jaya!!

Oleh: Jajang Nurzaman ( PK IMM Hajjah Nuriyah Shabran )

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment