Modernis.co, Malang – Dewasa ini manusia melintasi tingkatan baru dalam sejarahnya, perubahan-perubahan mendalam lagi cepat merata di seluruh dunia. Perubahan-perubahan itu karena digerakkan oleh kecerdasan dan kreativitas manusia, perubahan-perubahan itu mempengaruhi masyarakat dan pemerintah negara dalam mengambil keputusan dan menentukan keinginan, baik individu maupun kolektif, juga dalam cara mereka berpikir dan berbuat.
Dengan itu, memang aneh dan paradoks, belum pernah umat manusia menikmati begitu banyak kekayaan, sumber kemakmuran dan kekuatan ekonomi, seperti sekarang ini. Belum pernah terjadi dewasa ini sebagian besar dari penduduk dunia masih disiksa oleh kelaparan, konflik dan kemiskinan, manusia sadar akan kebebasannya, namun pada waktu yang sama bentuk-bentuk baru dari perbudakan sosial dan psikologis menampakkan mukanya.
Sekalipun dewasa kini, dunia mengalami perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi informasi yang begitu pesat, disatu sisi teknologi informasi dapat memudahkan segala aktivitas pekerjaan menjadi efisien, tapi disisi lain kecanggihan teknologi ini pun menjadi bumerang bagi tatanan sosial politik masyarakat dan negara itu sendiri. Seperti, maraknya sesama umat manusia saling mencaci maki, menebar kebencian, konflik dan konfrontasi yang suatu waktu dapat memicu kekerasan dan peperangan antar masyarakat dan negara.
Kemudian, pertentangan ideologi, sosial politik dan kepentingan ekonomi untuk mengamankan sumber daya alam masing-masing negara masih saja berlangsung sengit, bahkan saling menebar teror, agresi, konfrontasi bahkan ancaman perang yang menjadikan apa yang ada di dunia ini menjadi abu, kelam dan penuh kecemasan/dll.
Perubahan-perubahan menakjubkan dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi informasi selama kurun waktu ini mengubah seluruh struktur masyarakat sampai ke akar-akarnya, bahkan mengancam kelangsungan hidup umat manusia. Belum pernah sebelumnya manusia dihadapkan pada masalah-masalah yang demikian peliknya. Barangkali, sebagai akibat dari revolusi ilmu pengetahuan atau hal yang bekaitan dengannya, telah terjadi kehancuran moralitas masyarakat dan manusia hampir secara total, praktis dalam setiap sektor hubungan antar manusia.
Standar-standar moral masyarakat dan pribadi yang berlaku sebelumnya mungkin banyak kelemahannya, tetapi setidak-tidaknya standar itu pernah ada dan di terima sebagai pedoman yang ditaati. Sekarang orang tidak lagi menerima maupun mematuhinya.(Mochtar Lubis, Hal:28).
Lebih lanjut, kalau kita lihat keadaan di sekeliling kita dewasa ini, jelas justru. Mereka yang memegang tampuk pimpinan-lah yang memberikan teladan buruk. Jika mereka diberi wewenang dan kekuasaan bertindak tidak adil, menyiksa dan membunuh, bukankah mau tidak mau mereka yang menjadi korban juga akan menggunakan cara-cara yang sama. Karena itu, cara-cara konflik, terorisme, kekerasan atau peperangan kian meningkat ditempat yang kita huni ini.
Sejarah manusia sepanjang zaman justru menunjukkan, betapa umat manusia tidak henti-hentinya berperang antar sesama manusia dan negara. Hingga timbul kesan bahwa, seakan akan peperangan adalah bagian dari kebudayaan manusia, dan tak lagi dapat dibayangkan di- dunia, pada suatu ketika, akan menjadi dunia yang penuh damai dan bebas dari peperangan.
Sejarah perkembangan evolusi manusia, menyebabkan evolusi nilai dan budaya manusia, yang berkembang dari manusia pencari dan pengumpul makanan, kemudian menjadi pemburu lalu menjadi petani, kemudian berkembanglah berbagai kegiatan manusia yang kita kenal hari ini untuk menghidupi eksistensi manusia. Sepanjang perjalanan sejarah yang jauh itu, peperangan tidak pernah absen dari evolusi hidup umat manusia.
Sejarah purba menunjukkan peperangan yang terus menerus silih berganti. Sejarah Yunani penuh dengan peperangan. Kisah peperangan di Troya merupakan sebuah kisah perang yang klasik. Apa yang dinamakan Pax Romana lebih banyak ditandai oleh peperangan daripada perdamaian, karena kaisar-kaisar Roma tidak henti-hentinya meluaskan wilayah kerajaan Roma ke segenap penjuru mata angin. Bangsa Tar-tar berkuda, yang menyerbu ke barat dari wilayah Mongolia, memperlihatkan budaya perang yang amat sangat dahsyatnya. Peperangan antara yunani dan Persia telah melahirkan tulisan-tulisan yang juga sudah menjadi klasik.
Teknologi peperangan juga ikut berkembang menyertai terus berlangsunya budaya perang manusia. Alat persenjataan yang di pakai manusia bertambah dahsyat dan mengerikan. Tidak lagi cukup Bom yang yang dapat d ilontarkan dari pesawat udara untuk memusnahkan kota dan desa, tidak cukup peluru dan mesiu untuk senapan dan meriam atau periuk api. Namun, telah dikembangkan pula senjata gas beracun, senjata kimia, malahan juga senjata biologis, seperti virus penyakit, dan lain lain. Dan perkembangan teknologi senjata yang paling dahsyat dan mengerikan manusia tentulah tidak lain dari Bom nuklir.
Lebih lanjut, jika budaya perang ini tidak dapat dihapuskan oleh manusia sendiri dari dirinya dan masyarakat, maka janganlah terkejut, seandainya suatu pagi kita bangun dan mendengar telah pecah perang nuklir dan perang bintang, dan segala yang hidup di dunia tinggal menunggu saat kematian. Kenyataan-kenyataan seperti di atas, di dunia hari ini, sekali lagi seakan membenarkan yang mengatakan bahwa, peperangan merupakan budaya manusia, dan selama ada manusia di atas bumi, selama itu pula timbulnya peperangan dari waktu ke waktu, tidak akan dapat di elakkan.
Alfred Bernhard Nobel (lahir di Stockholm, 21 Oktober 1833 – meninggal di Norra begravningsplatsen, Stockholm, 10 Desember 1896 pada umur 63 tahun) ialah seorang kimiawan, insinyur, dan pebisnis asal Swedia yang menemukan dinamit. Dalam surat wasiatnya, dia memberikan hartanya untuk membuat Penghargaan Nobel.
Alfred Nobel berharap orang yang terpilih menerima hadiahnya akan menggunakan kesempatan yang diciptakannya untuk mengemukakan pandangannya tentang perdamaian dunia dan cara mewujudkannya. Seperti yang dikatakan oleh Alfred Nobel, “Kengerian di atas segala kengerian dan kejahatan terbesar di atas segala kejahatan yakni perang”. Inilah ancaman yang menghantui umat manusia dewasa ini.
Karena itu, perdamaian sudah menjadi tuntunan yang mendesak bagi umat manusia seluru dunia. Supaya nilai nilai keadilan, kesejahteraan dan perdamaian dunia dapat diwujudkan, maka perlu kesadaran nilai kemanusiaan bagi seluruh pemimpin pemerintah dunia dan masyarakat sipil untuk terus menerus mendorong dan menarasikan mengenai penting hidup dengan damai, harmonis, perdamaian, dan menempatkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan sebagai tujuan utama dan tanggung jawab sosial dalam membangun tatanan dunia yang baik.
Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa perdamaian tidak turun dari langit begitu saja. Perdamaian harus diciptakan. Terciptanya perdamaian selalu memerlukan proses panjang dan bahkan serta menyita energi yang luar biasa, dan terkadang waktu tempuhnya lebih lama dari konflik dan kekerasan yang telah berlangsung.
Dalam mendorong perdamaian dibutuhkan juga kesabaran dan daya tahan yang tinggi, ibarat pelari marathon yang harus menjaga stamina dalam jarak dan waktu yang panjang, demikianlah para pihak bersikap terhadap proses perdamaian. Keadilan tidak bisa ada tanpa perdamaian, sebaliknya perdamaian tidak mungkin hadir tanpa ada keadilan.
Maka yang satu tidak bisa ada tanpa ada yang lain, tetapi satu dengan yang lain justru saling mengandaikan secara causal. Perdamaian merupakan suatu nilai dasariah umat manusia, karena damai memungkinkan suatu kualitas hidup yang sungguh sungguh bagus.
*Oleh : Fitratul Akbar, (Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, FAI UMM)