Modernis.co, Malang – Tujuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiya (IMM) tidak pernah berubah dari masa berdirinya hingga sekarang. Sebagaimana yang tertera dengan jelas di dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) yang merupakan acuan kaderisasi IMM. Tujuan IMM adalah mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Dalam SPI juga, sudah secara eksplisit menunjukkan esensi IMM bukanlah organisasi politik dan juga bukan panggung untuk ajang rebutan jabatan. IMM adalah organisasi perkaderan dalam rangka mengusahakan Islam sebagai basis intelektual, basis perkaderan dan pembentuk regenerasi pemimpin masa depan.
Hal ini mencirikan apa yang sudah menjadi tujuan Muhammadiyah sendiri, yaitu mengusahakan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benanrnya. Oleh karena tujuan IMM dan tujuan Muhammadiyah berkesinambungan, sangat tidak etis apabila oreantasi perkaderan IMM hari ini semata-mata dijadikan alibi yang bertendensikan pada eksistensi dan ketenaran nama pribadi, tanpa sedikitpun memikirkan apa yang menjadi pencapaian IMM, juga tidak dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Sebab hal yang demikian bertentangan dengan landasan dan tujuan IMM yang tengah mencetak kader-kader yang berintelektual, Religius dan humanis sebagai prototipe Muhammadiyah, regenerasi kepemimpinan Muhammadiyah dan sebagai representasi serta regenerasi kepemimpinan IMM itu sendiri.
Sebagai kader IMM kita semua tentunya sudah mengetahui bahwa dalam proses mencetak regenerasi terdapat struktural atau jenjang kepemimpinan yang sistematis yang harus dilalui oleh kader-kader IMM. Semua jenjang tersebut hadir sebagai laboratorium Intelektual, perkaderan dan lahan membentuk pemimpin masa depan.
Adapun salah satu diantara jenjang perkaderan yang di maksud adalah Komisariat. Peran komisariat di sini sebagai jenjang pertama, dan pada jenjang komisariat sendiri, terdapat beberapa tahap yang harus dilalui oleh kader-kadernya sebelum menjadi anggota pimpinan komisariat atau jenjang komisariat. Dari hal itu sehingga muncul istilah kader satu, kader dua, kader tiga dan seterusnya sampai kader enam yang sekaligus menjadi anggota pimpinan komisariat.
Karena komisariat merupakan jenjang kepemimpinan pertama yang harus dilalu, maka ketua Umum komisariat sebelum berlansungnya proses perkaderan atau sebelum menjalankan kaderisasi harus mampu menghayati secara mendalam asas dan tujuan IMM. Kemudian asas tersebut dijadikan pijakan dalam implementasi kinerja dan program kerja selama periode kepemimpinannya.
Sebab ketua umum merupakan penggerak utama anggota internal komisariat. Karena itu, seorang Ketua Umum di dalam komisariat harus mempunyai visi, gagasan, ide serta kapasitas untuk menjadikan Komisariat sebagai Laboraturium Perkaderan yang berbasis inteklektual, representatif dan sebagai membawa komisariat ke arah yang progressif.
Hal ini merupakan sebuah keharusan, dikarenakan ketua umum komisariat sebagai vigur dan telatadan sangat berpengaruh dalam menentukan partisipasi aktif dan loyalitas terhadap anggota juga kader-kadernya. Sehingga perkaderan IMM di tingkat komisariat tidak ambivalen, tetapi berjalan pada satu basis dan satu arah untuk satu tujuan.
Tolak ukur ketua umum komisariat sebagai figur ini juga yang nantinya akan membentuk ciri dan kebudayaan internal komisariat. Misalnya ketua Umum Komisariat punya kapasitas dan kualitas intelektual yang memadai serta kebiasaan yang menopang intelektualnya tersebut. Maka secara tidak lansung ia akan memberikan dampak pada anggota disekitarnya. paling minimal adalah anggota disekitarnya melakukan hal yang sama agar terbentuknya kapasitas dan kualitas yang sama dengannya.
Dengan demikian anggota dan kader-kader yang berada dibawah naungan ketua umum komisariat dalam menyambut amanat organisasi pada periode selanjutnya, baik itu mengangkut asas maupun tujuan organisasi, kader-kader sudah tidak diragukan lagi akan kecakapan pemikiran, pengelolaan serta langkah penerapannya.
Dilain hal, Letak urgensi ketua umum komisariat yang berkapasitas dan berkualitas akan menjadikan IMM sebagai lokomotif gerakan intelektual. Dimana ketua umum komisariat dengan visi, ide dan gagasannya akan merancang bagaimana gerakan intelektual yang hendak dijalankan dan dijadikan tolak ukur pencapaiannya.
Selain itu, dengan kapasitas dan kualitasnya juga, ketua umum komisariat akan sadar dari awal untuk terlebih dahulu menyiapkan dan berpikiran bahwa komisariat adalah penghasil bibit-bibit unggul. Komisariat adalah lahan basah dan subur yang menumbuh kembangkan bibit-bibit tersebut untuk memasuki periode perkaderan selanjutnya.
Jadi, agar IMM sebagai organisasi perkaderan dikemudian hari tidak mudah didoktrin dan di tarik oleh arus politik praktis, baik itu yang difaktori oleh internal maupun eksternal. Agar IMM tidak mudah dialihgerakkan dan juga tidak mudah terdoktrin oleh pihak-pihak yang berkepentingan di luar dari kepentingan IMM sendiri. Ketua umum Komisariat harus benar-benar serius dalam menjalankan perkaderan dalam rangka menyiapkan kader-kader yang unggul secara ideologi.
Mengingat internalisasi ideologi haruslah sedini mungkin, agar proses pertumbuhan dan berjalannya kaderisasi selalu diliputi dengan alasan bahwa semua itu kita lakukan demi dan untuk IMM. Maka salah satu langkah terbaik yang bisa kita lakukan ialah memulainya dari jenjang Komisariat sebagai jenjang terbawah atau jenjang awal kepemimpinan dan proses perkaderan IMM itu sendiri.
Oleh: Syarifuddin R.S (Aktivis IMM Tamaddun FAI)