Menghormati Martabat Sesama Manusia

aktivis imm

Modernis.co, Malang – Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara setiap individu tentu banyak ragam kepentingan. Saling berjalin, saling tarik menarik dan saling memberi dan menerima. Karena memang, dalam masyarakat hidup individu yang beragam status, karakter dan wawasan ilmu pengetahuan.

Begitu pula dalam masyarakat, setiap individu saling tukar menukar berbagai hal, bertukar pikiran mengenai kondisi masyarakat, maupun berkumpul. Berdiskusi dan musyawarah dalam rangka untuk memajukan kehidupan masyarakat yang damai, harmonis dan sejahtera sesuai tujuan yang disepakati. seluruh masyarakat setempat.

Pun demikian dengan kehidupan berkeluarga dan masyarakat tentunya setiap individu punya latar belakang, status dan karakter yang berbeda. Ada yang lemah tak berdaya karena kemiskinan, pun lemah dalam wawasan keilmuan seperti buta huruf.

Oleh karena itulah, setiap individu saling bantu membantu, tolong-menolong. Bertukar pikiran, maupun berinteraksi secara intens agar menciptakan kondisi yang baik, damai, harmoni sejahtera dan bermartabat.

Lebih lanjut, Agama Islam mengajarkan ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Bukan untuk saling memicu atau menebar konflik, kekerasan, membenci, mencaci maki atau menzalimi antar sesama.

Melainkan hubungan setiap individu dalam islam adalah saling cintai mencintai, menebar kasih sayang, setia kawan, menghargai perbedaan budaya dan sosial, saling tolong-menolong dalam berbuat amal kebaikan bukan dalam keburukan, saling menjaga kedamaian, keharmonisan dan kesejahteraan baik dalam keluarga, masyarakat dan negara.

Islam membina masyarakat dimulai dari hati nurani individu, menanamkan benih kecintaan di dalam lubuk hati dan jiwa yang sedalam-dalamnya dan meniupkan rasa kasih sayang yaitu kecintaan manusiawi yang murni tulus.

Islam mendorong manusia supaya selalu ingat akan nurani dan perasaannya tentang kaitan asal keturunan dan tali kerabatan, dan mengingatkan akan hubungan persaudaraan (ukhwah) dibawah naungan satu Tuhan, mengingatkan asal kejadiannya dan tempat ia kembali.

Segala perasaan yang lembut itu membuat perangai manusia menjadi halus, dan mengarah kepada tenggang rasa. Karenanya berbagai macam sebab yang menimbulkan perselisihan dan pertikaian akan melemah. Sehingga memungkinkan suksesnya pelaksanaan tatanan hukum yang menjamin persaudaraan.

Seperti dalam (QS : An-Nisa ayat 1), kira kira makna yang terkandung dalam ayat tersebut bahwa manusia berasal dari satu keturunan dan bernaung dibawah Tuhan yang satu. Karena itu, maka segala perbedaan dan pertentangan harus lenyap ketika berhubungan atau berinteraksi dengan sesama umat manusia, tidak pandang latar belakang, jabatan profesi, golongan, agama dan budaya. Semua melebur menjadi satu kesatuan manusia dan masyarakat yang saling cinta mencintai, menebar kasih sayang dan menjalin persaudaraan antar sesama.

Untuk mewujudkan kecintaan dan kejernihan di dalam hati dan jiwa setiap orang, islam menuntut kepada kaum muslimin supaya menjunjung tinggi kesopanan pribadi dan etika sosial, karena dua hal itu sangat membantu terwujudnya tujuan tersebut di atas. Selain itu, keduanya mencegah timbulnya gejolak perasaan benci dan dengki di dalam jiwa manusia.

Islam mengandalkan etika yang tinggi daripada mengandalkan kekuatan hukum dan undang-undang. Sebab perilaku manusia yang terdidik akan memancarkan perasaan puas, riang, dan tenteram di tengah kehidupan masyarakat. Keadaan masyarakat demikian itu tidak membutuhkan adanya paksaan hukum dan undang-undang. Islam tidak menyukai manusia manusia tinggi diri, congkak dan sombong.

Oleh karena itu, Islam sama sekali tidak menyukai perbuatan umat manusia yang congkak dan sombong. Baik kepada dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Sombong karena dengan jabatan, status dan agama. Karena sifat tersebut yang bisa menyentuh atau merendahkan kehormatan atau perasaan sesama muslim.

Islam melarang saling mencaci maki, mencemooh dan memfitnah antar sesama, Islam melarang mengungkit-ngungkit kesalahan maupun amal kebajikan yang telah diberikan kepada sesama, karena seolah-olah telah merendahkan harga diri orang lain, perbuatan amal kebajikan pertanda pamrih dan pamer.

Islam mengikat setiap individu dalam masyarakat atas dasar persamaan kepentingan. Islam memperkokoh perasaan saling bantu dan setia kawan, dan memperteguh kesadaran memikul kewajiban bersama untuk kepentingan bersama. Islam menetapkan batas-batas kebebasan individual dalam menghadapi kepentingan bersama.

Islam menanamkan kesadaran dalam pikiran semua orang, bahwa setiap individu itu mempunyai tujuan bersama yang tidak mungkin dapat diwujudkan apabila hanya dilakukan oleh seseorang, tapi harus diupayakan bersama-sama atas dasar prinsip saling bantu-membantu, tolong-menolong.

Oleh: Fitratul Akbar (Mahasisiwa Program Studi Ekonomi Syariah FAI UMM)

Fitrah TA
Fitrah TA

Pegiat Isu Keislaman dan Keindonesiaan

Related posts

Leave a Comment