5 Fakta Menarik Hari Raya Saraswati di Bali

hari raya saraswati

Modernis.co, Bali – Perayaan Hari Raya Saraswati di Bali menjadi momen sakral bagi manusia untuk lebih menghormati dan meresapi pengetahuan yang telah diperoleh. Tahun ini Hari Raya Saraswati jatuh pada 6 September 2025.

Hari Raya Saraswati bagi umat Hindu merupakan bentuk penghormatan kepada Dewi Saraswati, dewi pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan.

Hari Raya Saraswati di belahan dunia secara garis besar dilakukan secara serentak dengan kegiatan yang memiliki tujuan dan rangkaian acara penghormatan terhadap keilmuan. 

Di Bali perayaan Hari Raya Saraswati selalu disambut antusias masyarakat. Umat Hindu berusaha untuk selalu mencintai ilmu pengetahuan agar memperoleh kehidupan yang seimbang dengan bijaksana.

Warga Hindu di Bali memiliki filosofi mendalam terkait Hari Raya Saraswati yang diimplementasikan dalam tradisi unik dan menarik untuk dipelajari. 

Berikut adalah 5 fakta menarik seputar perayaan Hari Raya Saraswati yang kental dengan budaya Bali.

1. Perayaan Ilmu Pengetahuan Tanpa Batas

Hari Raya Saraswati bukanlah sekadar perayaan keagamaan tetapi juga perayaan ilmu pengetahuan secara universal. 

Umat Hindu meyakini bahwa segala bentuk pengetahuan yang bersumber dari kitab suci, buku, maupun alat tulis merupakan manifestasi dari anugerah Dewi Saraswati. 

Oleh karena itu semua buku dan benda yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan dihias dan disucikan pada Hari Raya Saraswati.

Pensucian ini merupakan wujud rasa syukur dan pengingat bahwa ilmu adalah cahaya yang membimbing kehidupan manusia dalam jalur kebijaksanaan.

2. Dilarang Membaca dan Menulis

Hari Raya Saraswati memiliki satu larangan yang wajib ditaati warga Hindu di Bali, yaitu dilarang membaca dan menulis. 

Tradisi ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi umat Hindu di Bali untuk meresapi dan mengimplementasikan ilmu yang telah mereka pelajari. Sehingga manusia bukan sekadar hafal dan paham, namun juga mengamalkan ilmu.

3. Upacara Sembahyang di Sekolah dan Perpustakaan

Pusat perayaan Hari Raya Saraswati adalah tempat-tempat yang berhubungan dengan pendidikan seperti sekolah dan perpustakaan. Kemudian dilanjutkan ke pura terdekat.

Para siswa, guru, pustakawan, dan masyarakat bersama-sama melakukan persembahan dan ritual penyucian buku. 

Momen ini menciptakan suasana religius yang kuat dan menjadi simbol pentingnya pendidikan sebagai jalan untuk mencapai pencerahan spiritual untuk hidup yang bijaksana.

4. Banten atau Sesajen Khas: Jejahitan dan Porosan

Upacara keagamaan di Bali selalu menggunakan sesajen atau banten. Pada Hari Raya Saraswati digunakan sesajen yang telah dihias dengan jejaitan.

Jejaitan merupakan pola-pola rumit dari daun lontar dan janur untuk dijadikan hiasan sesajen yang nantinya akan diletakkan di atas tumpukan buku.

Sesajen tersebut merupakan simbol dari kerukunan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara Hari Raya Saraswati.

5. Banyu Pinaruh dan Pagerwesi

Hari Raya Saraswati menandai awal dari serangkaian upacara penting. Sebab hari kedua akan diadakan upacara Banyu Pinaruh di mana umat Hindu melakukan ritual pembersihan diri.

Ritual pembersihan diri dilakukan di sumber air yang dianggap suci. Ritual ini melambangkan penyucian diri secara fisik dan spiritual setelah menerima anugerah ilmu. 

Hari Raya Saraswati mencapai puncaknya saat Hari Raya Pagerwesi tiba. Yakni tepat 4 hari setelahnya. Hari Raya Pagerwesi yang memiliki makna sebagai penguat pagar diri dari segala pengaruh negatif. 

Rangkaian upacara Hari Raya Saraswati menjadi pengingat bahwa ilmu pengetahuan menjadi ujung tombak seseorang untuk berperilaku bijaksana.

Hari Raya Saraswati adalah bukti kekayaan budaya Bali yang memadukan spiritualitas dengan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan. 

Perayaan ini mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan sejati tidak hanya ditemukan dalam buku, tetapi juga dalam praktik dan refleksi diri.

Penulis : Wayan Gedhe Dharma

editor
editor

salam hangat

Leave a Comment