Modernis.co, Malang – Milad ke-60 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah menjadi titik fokus bagi banyak pihak, bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga sebagai refleksi tentang keberadaan dan peran IMM dalam konteks masa kini. Hal unik yang kemudian hadir dalam pelaksanaan milad tahun ini, yaitu adanya dua tema.
Yang pertama mengangkat tema, ‘Seutuhnya Indonesia’ dan yang kedua ‘Merawat idealisme, Mempertegas Khittah IMM’. Lebih jelasnya ada di tulisan yang di buat oleh ketum cabang IMM Kendal berjudul “Benang kusut IMM Jateng”.
Namun, di tengah perayaan tersebut, ada isu yang patut diperhatikan secara serius, yaitu kehilangan peran model dalam IMM ini. Fenomena ini bukanlah sesuatu yang baru, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, tantangan dalam mempertahankan peran model yang kuat semakin nyata. Sehingga mungkin dari situlah tiga kader jateng itu menuliskan keresahanya dalam tulisan yang dimuat di beberapa website.
Konteks Kehilangan
Kurangnya pemimpin yang mampu menginspirasi dan membimbing telah menjadi masalah yang serius di dalam sebuah organisasi mahasiswa, termasuk IMM. Kepemimpinan yang lebih berorientasi pada diri sendiri dan kurangnya integritas moral telah mengurangi dampak positif yang bisa dimiliki oleh pemimpin, sehingga ada beberapa kader yang keluar dari IMM itu sendiri karena hal ini.
Beberapa pimpinan pun terkadang lupa jika mereka memiliki kader yang harus dibina dan diajarkan mengenai ajaran nilai-nilai IMM. Ada yang kemudian dari beberapa pimpinan atau bahkan kader IMM yang saat menjadi kader pun tidak dibina dengan baik, maka saat menjadi pimpinan yaitulah hasil dari perkaderan yang kurang dibina. Maka tak banyak beberapa kader yang merasa diri mereka tidak merasa di “kader”
Selain daripada itu, beberapa pimpinan IMM ataupun kader terkadang sudah tidak serius di IMM Karena sudah nyaman di organisasi lainnya, semisal organisasi internal kampus dll. Nah dari sinilah yang kemundian para kader tidak memiliki role model ketika mereka bergabung di IMM yang harusnya mereka memiliki beberapa orang yang dijadikan role model tapi mereka malah menemukan di tempat yang berbeda.
Upaya Mengatasi Tantangan
Meskipun tantangan kehilangan peran model dalam IMM adalah nyata, namun ada beberapa langkah yang mungkin dapat diambil untuk mengatasinya semmisal IMM dapat memprioritaskan pengembangan pedalam keilmuan yang berfokus pada nilai-nilai dasar yang mengacu kepada ideologi IMM dan ideologi Muhammadiyah. Melalui hal tersebut diharapkan akan muncul pemimpin-pemimpin yang lebih berkualitas dan dapat menginspirasi.
Di sisi lain juga membangun komunikasi yang kuat antara sesama pimpinan dan kader, serta mendorong partisipasi aktif dari seluruh kader IMM, yang dari hal ini dapat membantu mengatasi kevakuman dalam kepemimpinan. Forum-forum diskusi terbuka dan forum partisipatif dapat menjadi sarana untuk mengumpulkan ide-ide baru dan memperkuat ikatan antar anggota.
Perkaderan kultural juga perlu sebagai saran pendekatan antara pimpinan dan kader sehingga apa yang kemudian kader butuhkan bisa digali mendalam di perkaderal kultural semisal; mengajak makan bersama atau yang biasa disebut “ngopi di luar” yang dari situ pimpinan bisa menanyakan hal-hal yang dibutuhkan kader, mak dari situlah kader merasa dihargai dan dibina dengan baik.
Role model tak harus dicari di perkaderan pendukung ataupun yang sifatnya secara formal, melalui perkaderan kultural inilah yang kemudian kader bisa melihat pimpinan yang senantia membina melalui hal itu. Satu sisi ketika seorang kader sudah menjadi pimpinan di IMM maka jangan sampai melupakan nilai-nilai dasar IMM, terlebih ideologi IMM dan enam penegasan IMM itu sendiri, sehingga jika kader belum paham dengan hakl itu maka itu tanggung jawab pimpinan.
Ada juga pimpinan yang sudah menduduki jabatan di atas pun terkadang belum bisa dijadikan role model karena menilik perdetik inipun masih ada keresahan kader-kader IMM kepada para pimpinan yang menjabat distrata atas.
Hal yang perlu diingat adalah jika kita telah berkecimpung di IMM maka dirikita sendirilah yang harus mencari role model itu, jika belum bisa menemukannya maka jadikan diri kita sendiri sebagai role model yang baik dan jangan sampai kita membenci IMM nya namun kritik dan berilah masukan kepada pimpinan yang berada distrata atas agar bisa lebih baik dan mengevaluasi gerakan sesuai tujuan IMM itu sendiri.
Kehilangan peran model dalam IMM adalah isu yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius dari semua pihak terkait. Dengan mengambil langkah-langkah yang mungkin konkret seperti pengembangan keilmuan, pelatihan kepemimpinan, dan penguatan komunikasi antar anggota, diharapkan IMM dapat mengatasi tantangan ini dan kembali menjadi sumber perkaderan yang mencerahkan peradaban. Pasca Milad ke-60 adalah momentum yang tepat untuk merefleksikan hal ini dan mengambil langkah-langkah positif ke depan. Billahi fii sabililhaq Fastabiqul Khairat.
Oleh: Hanif Syairafi (Kader IMM)