Land Reform, Hantu Proletar dari Marx

nurbani yusuf

Modernis.co, Malang – Idealnya Negara berkewajiban memberi tanah atau lahan bagi setiap penduduk agar tak ada lagi penduduk yang sewa di negeri sendiri. Pada akhirnya kita hanya sibuk pada siapa pemenang debat capres, lupa pada yang esensi tentang : Keadilan Tanah Bagi Seluruh Rakyat Indoenesia.

Waspadai komunis kembali bangkit ketika kepemilikan tanah tidak merata. Segelintir orang menguasai ratusan ribu hektar tanah di bagian lain banyak orang berjubel di kamar-kamar pengap yang sempit, berebut tempat yang sedikit. Jika demikian ideologi komunis bakal tumbuh subur. Akan lahir tuan borju yang didukung kawanan pemakai baju besi dan bayonet, melawan kaum proletar tertindas dengan baju sehelai.

Sedikit orang menguasai sumber-sumber kekayaan, menguasai hajat hidup orang banyak. Sumber air, perhutanan, sungai, laut, pertambangan, makanan, peternakan dan perikanan. Bahkan udara. Di bagian lain banyak orang hidup berkekurangan. Kesulitan mendapatkan makanan, air dan fasilitas umum lainnya yang di abaikan.

baca juga opini lainnya : Melawan PKI Wajib bagi Setiap Muslim

Orang sedikit yang kuat melawan orang banyak yang tertindas. Negara hanya sibuk dengan urusannya sendiri. Para politisi bingung dengan bilik suara. Para pedagang tertuju pada laba dan rugi. Para ulama sibuk berikhtilaf. Maka tunggu saja ideologi komunis akan tumbuh kembali tanpa komando.

Karl Marx bukan hantu, ia hanya seorang sosiolog yang mengkonsep dan memberi nama komunis pada teori yang ditemukan. Meski pada perkembangannya teorinya tak pernah sukses karena masyarakat komunal yang di idamkannya melawan fitrah humanitas. Keadilan kumulatif tak banyak laku dan perlahan dimarjinalkan.

Tapi jangan lupa, bahwa komunis tak butuh pembuktian, apakah keadilan kumulatif bisa ujud atau sebaliknya. Sebab komunis hanya butuh kondisi untuk tumbuh. Saat kesenjangan begitu lebar. Orang kaya rakus menguasai banyak hajat hidup dan politisi banyak omong dan janji di panggung politik maka komunis tumbuh. Entah dengan nama apapun.

Amien Rais sudah mengingatkan sejak awal ada kooptasi atas tanah yang harus segera diurus, meski sebagian orang (LBP) menganggapnya ngibul atau hanya pencitraan tapi ruh politik rakyat akan mencandra sebagai sesuatu perampokan atas miliknya yang paling berharga. Siapa berhak atas tanah, itu soal besarnya. Dan itu bisa menimbulkan kemarahan rakyat dengan beragam cara.

baca juga opini lainnya : Polarisasi Kaum Santri-Abangan Kekinian

Di Jl. Peneleh VII No. 29-31 rumah milik HOS Tjokroaminoto, guru sekaligus bapak kost. Musso, dia ada bersama Soekarno, Alimin, Semaun, dan Kartosuwiryo.Musso, Alimin, dan Semaun dikenal sebagai tokoh kiri Indonesia. Sedangkan nama yang terakhir, menjelma menjadi tokoh Darul Islam, ekstrem kanan. Mereka dicatat dalam sejarah perjalanan revolusi di Indonesia.

Musso menjadi salah seorang sumber ilmu Bung Karno dalam setiap percakapan. Seperti misalnya saat Musso menyoal penjajahan Belanda, “Penjajahan ini membuat kita menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa.” Muso akrab berteman dengan Stalin dan fasih bercakap bahasa Rusia.

Gagasan Muso tak ada yang salah. Gagasan populis yang memperjuangkan hak-hak rakyat yang dirampas. Gagasan ini banyak dimusuhi karena melawan kemapanan dan membongkar perselingkuhan penguasa dan pemilik modal yang menjarah. Pada awalnya Muso hanya melawan penjajah yang menguasai banyak tanah dan sumber-sumber kekayaan lainnya. Melawan penjajahan bangsa sendiri.

Tapi Muso anak santri putra Kyai Hadji Hasan Muhyi dan bu Nyai Juru ini kalah. Gagasanya dipatahkan. Pemikirannya diberangus. Bahkan ia dibuang dan dicoret dari sejarah pergerakan Indonesia. Dan dijadikan hantu bagi setiap yang merasa kemapanan nya bakal diganggu. Muso mungkin mati atau lari entah di mana. Tapi ide perlawanan rakyat atas tanah yang dirampas tak bakal mati.

” ….supaya harta itu tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya diantara kamu… “. Penggalan Surat Al Hasyr:7. Agar harta disebar merata sesuai kebutuhan. Bukan kumulatif dengan menghilangkan prestasi personal tapi juga bukan kapitalistik tanpa batasan. Ironis, ketika banyak penduduk negeri tak punya lahan semwntara ada sebagian saudaranya menguasai tanah tanpa batas.

baca juga opini lainnya : Pekaderan Adalah Alat Tempur Paling Mematikan

Melawan komunis dengan cara represif hanya berhasil di permukaan tapi akarnya akan kian menguat. Dan menjalar kemana-mana. Potong saja kesenjangan antara si borju dan si proletar maka komunis akan sekarat mati.. Wallahu a’lam.

Oleh : Nurbani Yusuf (Pegiat Komunitas Padhang Mahsyar Malang/Kiayi Muhammadiyah Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment