Fenomena Gelombang Budaya Korea di Kalangan Remaja

Gelombang Budaya Korea

Modernis.co, Malang – Perkembangan jaman dan juga efek dari globalisasi membuat teknologi di Indonesia semakin modern sehingga banyak remaja dan juga anak-anak lihai mengakses informasi melalui media sosial. Bahkan anak-anak yang masih di bawah umur telah memiliki akun media sosial seperti Facebook, Instagram, Tiktok, dll.

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi terutama media sosial memberikan dampak yang cukup besar terhadap komunikasi, karena teknologi informasi ini dapat menyebarkan suatu informasi dengan cepat hanya dalam hitungan detik.

Korean Wave merupakan salah satu contoh fenomena globalisasi yang masuk ke Indonesia dalam bentuk interaksi budaya. Budaya ini merupakan budaya yang sedang menjadi tren dikalangan anak remaja mulai dari musik, film, fashion, makanan, dll. Korea Selatan kini merupakan negara yang mempopulerkan budaya Pop atau yang saat ini biasa disebut dengan K-Pop. K-Pop sendiri merupakan kepanjangan dari Korean Pop yang berisi tentang musik Pop Korea.

Pemerintah Korea Selatan sendiri sudah lama fokus pada industri musiknya. Pada akhir 1990-an, ketika sebagian besar Asia mengalami krisis keuangan, Korea Selatan secara efektif membentuk Kementerian Kebudayaan dengan departemen khusus K-pop, dan pada akhirnya keberadaan Korean Wave saat ini mendapat tanggapan yang cukup baik dikalangan remaja wanita di berbagai negara.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang terkena gelombang budaya Korea (K-Wave) karena telah banyak diminati oleh remaja wanita di media sosial. Keberadaannya diterima secara umum oleh masyarakat dari segala lapisan, sehingga memunculkan fenomena “Korean Wave” atau dikenal juga dengan nama Hallyu. Fenomena ini banyak dijumpai di Indonesia dan pengaruhnya dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan generasi milenial.

Korean Wave sendiri dikenal banyak orang identik dengan musik dan juga dramanya yang dikemas secara epic, sehingga mendapat banyak peminat dari berbagai kalangan. Bahkan akibat dari fenomena Korean Wave ini sendiri banyak remaja yang meniru style nya mulai dari makeup, fashion, skincare, makanan, hingga bahasanya. Banyaknya penikmat musik K-Pop ini membuat gelombang budaya Korea (K-Wave) semakin meningkat.

Sejak adanya pandemi Covid-19 penggemar K-pop maupun K-Drama meningkat drastis karena kebanyakan dari mereka bosan berdiam diri dirumah sehingga mencoba untuk mengisi waktu luangnya dengan menonton K-Drama ataupun video klip idolanya. Kebanyakan dari mereka mengenal budaya korea tersebut dari media sosial, entah itu Youtube, Instagram, Facebook, Tiktok, dll.

Indonesia sendiri dikenal memiliki basis penggemar yang besar dan loyal di dunia K-pop. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial bagi perekonomian Korea Selatan dengan adanya “Korean Wave”. Terkadang menjadi K-popers tidaklah murah. K-popers harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli tiket konser, album, merchandise, dan produk yang dipromosikan oleh artis favorit mereka.

Selain itu, mengunjungi Korea Selatan merupakan mimpi yang menjadi kenyataan bagi para K-popers, yang tentunya berdampak besar bagi sektor pariwisata Korea Selatan. Sejak terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan pada tahun 1973, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang paling banyak berinvestasi dan terlibat dalam berbagai proyek di Indonesia.

Lalu, apa dampak positif dan negative dengan adanya fenomena “Korean Wave” ini?
Dengan masuknya kebudayaan dari Korea juga ikut membawa dampak positif dan negatif bagi para penggemar budaya tersebut.

Untuk dampak positif yang banyak dikatakan oleh penggemar K-Pop sendiri adalah mereka mendapatkan motivasi dan juga semangat karena kisah idol yang disukainya sangat menginspirasinya, membuat para remaja tersebut mendapat banyak hubungan pertemanan, mendapatkan keuntungan dengan menjual barang-barang mengenai idolanya dan secara emosional menyukai K-Pop ataupun K-Drama dapat menghilangkan stress bagi remaja.

Untuk dampak negatif dari adanya fenomena ini, para penggemar boy band dan girl group K-Pop seringkali mendapat opini negatif dari orang-orang yang bukan penggemar K-Pop. Diyakini bahwa mereka terlalu mengagungkan K-Pop. Para penggemar K-Pop juga diyakini tidak menyukai budaya Indonesia karena terlalu menyukai budaya Korea.

Selain itu, perilaku fanatik para penggemar K-Pop juga dapat mendorong mereka untuk melakukan berbagai hal, seperti mencoba meniru idola mereka, mencintai mereka lebih dari rata-rata penggemar, membeli berbagai jenis produk terkait idola yang terkadang melebihi kemampuan ekonomi mereka dan membeli segalanya untuk mendukung idolanya. Hal ini tentu saja mendorong mereka ke arah yang negatif yaitu pemborosan.

Oleh: Fitri Wulandari (Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment